2.3.1
Pend dan memb
merupakan koagulasi
trombosito yang mend
mukosa, h mukosa.
24
2.3.1
Perd pada jarin
Prinsip da dengan H
2
perdarahan perdarahan
pencabuta mengguna
melakukan apabila da
atau mela mengguna
berlanjut s
1.3 Gamba
derita denga bran mukos
n gambaran genetik
openi sering derita leuke
hiperplasia
4
1.4 Penang
darahan yan gan lunak m
asarnya ada
2
O
2
dari jar n yang ban
n yang terj an adalah
akan kain k n penekana
arah masih j akukan pe
akan gelfoam segera rujuk
aran klinis
an ganggua a setelah ter
n klinis yan dan pasi
g mengalam emia akut da
gusi, ptec
ganan
ng hebat ha maupun jarin
alah membe ringan nekro
nyak, harus jadi. Penan
dengan pe kasa yang t
an perdarah juga keluar
njahitan an m atau spon
k ke Rumah
Gamb an pembeku
rjadi traum ng sering t
en dengan mi ptechiae
an kronis se chiae dan
arus segera ngan keras
ersihkan dae otik dan ben
s dilakukan nganan awa
enekanan. P telah diber
han yang te r, maka dap
ngka 8 pa nge gelatin y
h Sakit.
22,25
bar 1. Penja uan darah ak
a atau tinda terlihat pad
n jumlah dan echymo
ering menun echymosis
ditangani. P perlu dilaku
erah luka a nda asing. A
n tindakan al apabila t
Penekanan i adrenalin
erjadi suda pat dilakuka
ada soket. yang dapat
ahitan pada kan jelas te
akan invasif da pasien de
platelet osis. Sedang
njukkan gej pada kulit
Perawatan y ukan dalam
tau debride Apabila pas
segera untu terjadi perd
dapat dila . Biasanya
ah bisa dita an kleim de
Selain itu diabsorbsi.
soket erlihat pada
f lain. Echym engan gang
abnormal gkan pada p
jala ulserasi t dan mem
yang dilaku m keadaan st
emen, misal sien mengal
tuk mengon darahan set
akukan den hanya den
angani. Nam engan hemo
tu, dapat j Apabila m
a kulit mosis
gguan atau
pasien i pada
mbran
ukan teril.
lnya lami
ntrol elah
ngan ngan
mun ostat
juga masih
Universitas Sumatera Utara
Pada pasien yang mengalami fraktur jaringan keras fraktur rahang, maka jaringan keras yang mengalami fraktur harus difiksasi dahulu kemudian menutup
jaringan lunak diluarnya, yaitu dengan menjahit secara bertahap lapis demi lapis dari bagian dalam ke luar. Hal ini dilakukan agar darah tidak lagi keluar. Pada
trauma jaringan lunak dengan kehilangan jaringan lunak, dapat dilakukan rekonstruksi primer dengan menggunakan flap.
22,25
2.3.2 Fraktur dentoalveolar
Fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya yang disebabkan oleh trauma. Trauma
pada gigi dapat terjadi pada semua usia.
25
2.3.2.1 Etiologi
Penyebab fraktur bermacam-macam seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pada olah raga, dan trauma langsung pada gigi akibat benda keras
seperti botol. Fraktur tidak hanya pada struktur gigi email, dentin, dan pulpa gigi tetapi bisa juga terjadi pada jaringan periodontal dan tulang rahang.
25
Fraktur dapat terjadi pada akar gigi, gigi tetangga atau gigi antagonis, restorasi, prosesus alveolaris dan mandibula. Fraktur tulang alveolar dapat terjadi
karena berhubungan dengan terjepitnya tulang alveolar pada saat melakukan pencabutan. Hal ini dapat terjadi karena bentuk dari tulang alveolar atau adanya
perubahan patologis dalam tulang.
22
2.3.2.2 Gambaran klinis
Pada pasien yang mengalami fraktur dentoalveolar tidak hanya trauma pada jaringan keras gigi tetapi bisa juga terkena pada jaringan periodontal, yaitu
terjadinya dislokasi gigi seperti konkusi, subluksasi, avulsi, intrusi dan ekstrusi. Konkusi adalah trauma pada struktur pendukung gigi tanpa goyangnya gigi atau
pergeseran abnormal dari gigi. Subluksasi adalah trauma pada struktur pendukung gigi dengan goyangnya gigi tetapi tanpa pergeseran gigi. Avulsi adalah trauma
yang mengakibatkan gigi keluar dari soket. Sedangkan, intrusi adalah trauma yang
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan gigi masuk kedalam soket dan ekstrusi adalah trauma yang mengakibatkan sebagian gigi keluar dari soket.
25
Gambar 2. Gambaran Klinis Fraktur Dentoalveolar.
2.3.2.3 Penanganan
Pemeriksaan fraktur dentoalveolar dapat dilakukan dengan radiografi intra- oral dan ekstra-oral seperti panoramik. Biasanya perawatan dasarnya adalah
secara konservatif, misalnya dengan splint, immobilisasi gigi geligi yang goyang dan fiksasi. Splint merupakan alat yang ditunjukkan untuk imobilisasi atau
membantu imobilisasi segmen-segmen fraktur. Splint biasanya merupakan logam tuang cor atau terbuat dari akrilik. Apabila terjadi fraktur yang menyebabkan
gigi bergeser maka perlu dilakukan pembedahan. Salah satunya adalah penggunaan arch bar dapat membantu menstabilisasikan segmen yang terjadi
fraktur dan memberikan daerah perlekatan untuk fiksasi maksilomandibular. Caranya dengan menggunakan anastesi lokal ataupun anastesi umum, segmen
fraktur direduksi sebelum pemasangan alat-alat fiksasi atau stabilisasi, kemudian ikatkan kawat baja anti karat pada tipa-tiap gigi melalui diatas arch bar pada satu
sisi, dan dibawah arch bar pada sisi yang lain, ujung-ujung kawat dipilin searah jarum jam dan ujung kawat yang lebih dibuang agar tidak melukai jaringan
mukosa. Jika terjadi pergeseran segmen yang nyata, biasanya diatasi dengan memotong arch bar pada bagian yang mengalami fraktur.
22,25
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Penanganan fraktur dentoalveolar anterior mandibula dengan meng-gunakan arch bar.
2.3.3 Syok
Syok merupakan suatu keadaan patofisiologis yang terjadi bila oxygen delivery DO
2
ke mitokondria sel di seluruh tubuh manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan oxygen consumption VO
2
. Sebagai respon terhadap pasokan oksigen yang tidak cukup ini, metabolisme energi sel menjadi anaerobik.
Menurut John Collins Warren, syok merupakan berhentinya keadaan sesaat dari kematian. Secara patofisiologis, syok merupakan gangguan sirkulasi akibat
kurangnya oksigen kedalam jaringan. Syok dapat terjadi oleh berbagai macam sebab dan melalui berbagai proses. Penurunan volume plasma intravaskular
merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya syok. Terjadinya penurunan volume intravaskular menyebabkan darah yang balik ke jantung
berkurang sehingga curah jantung menurun. Dan menyebabkan oksigen di paru juga menurun dan asupan oksigen ke jaringan tidak terpenuhi.
26-28
Ada beberapa tingkatan kesadaran pada pasien syok. Tingkat kesadaran merupakan indikator utama adanya perubahan status neurologi pasien, karena
berhubungan dengan fungsi hemisfer serebral dan reticular activating system. Tingkatan kesadaran terdiri dari :
29
a. Compos mentis, yaitu keadaan pasien yang sadar akan dirinya dan lingkungan serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
b. Apatis, yaitu keadaan pasien yang berkurang dengan keadaan sekitar dan sikap acuh tak acuh.
c. Latargi, yaitu keadaan kesadaran pasien yang terlihat lesu dan mengantuk.
Universitas Sumatera Utara
d. Delirium, yaitu penurunan kesadaran serta pasien terlihat gelisah dan meronta-ronta.
e. Somnolen, yaitu keadaan kesadaran pasien yang selalu ingin tidur dan dapat dibangunkan ketika ada rangsangan.
f. Stupor atau sopor, yaitu keadaan pasien yang seperti koma, seperti tertidur lelap dan tidak dapat dibangunkan kecuali dengan rangsangan nyeri.
g. Koma, yaitu keadaan kesadaran yang hilang sama sekali dengan rangsangan apapun tidak akan timbul.
Berdasarkan a textbook in cardiovascular medicine pada tahun 1984, klasifikasi syok yaitu : a syok kardiogenik, b syok obstruktif, c syok oligemik
atau syok hipovolemik, dan d syok distributif. Pembagian syok diperkecil lagi menjadi 4 tipe, yaitu syok neurogenik, syok hipovolemik, syok anafilaktik dan
syok kardiogenik.
30,31
Tabel 2. Klasifikasi Syok
28
2.3.3.1 Syok neurogenik
Syok neurogenik disebut juga sinkope. Syok neurogenik terjadi karena penurunan atau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba akibat tidak adekuatnya
aliran darah ke otak. Hal ini disebabkan karena terjadinya vasodilatasi dan SYOK
KARDIOGENIK SYOK
DISTRIBUTIF A. Disebabkan oleh Disritmia
A. Septikemia B. Disebabkan oleh Mekanis Jantung
B. Metabolik atau toksik C.
Miopati C.
Endokrinologik D.
Mikrosirkulasi SYOK
OBSTRUKTIF E. Neurogenik
A. Tamponade perikardium F. Anafilaktik
B. Koarktasio aorta C. Emboli paru
D. Hipertensi pulmonalis primer SYOK OLIGEMIK
A. Perdarahan B. Kekurangan cairan
Universitas Sumatera Utara
bradikardi secara mendadak sehingga menimbulkan hipotensi. Terjadinya hipotensi akan merangsang refleks simpatis berupa takikardi dan vasokonstriksi
perifer yang secara klinis dideteksi sebagai peningkatan denyut nadi dan keringat dingin pada ekstremitas atas. Kemudian terjadi juga penurunan dalam efektifitas
sirkulasi volume plasma yang sering terjadi dari penurunan venous tone, penggumpalan darah di pembuluh darah vena dan kehilangan volume cairan
intravaskular karena peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel. Pada
keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler yang mengakibatkan berkurangnya cairan dalam sirkulasi sehingga perfusi ke otak berkurang dan
menyebabkan pasien mengalami syok.
5,26,31-33
Syok neurogenik atau sinkope merupakan gejala umum yang sering dijumpai di praktek dokter gigi. Keadaan ini disebabkan oleh suhu lingkungan
yang panas, keadaan takut, terkejut atau rasa nyeri. Kurang lebih 2 pasien mengalami sinkope sebelum, selama bahkan setelah perawatan gigi. Sinkope
umumnya, terjadi pada wanita muda, lelaki tua atau dengan riwayat penyakit jantung. Sedangkan syok neurogenik pada pasien trauma terjadi karena hilangnya
sympathetic tone, misalnya pada cedera tulang belakang atau yang sangat jarang yaitu cedera pada batang otak. Denyut nadi pasien menjadi lambat sehingga
pasien akan merasa pusing dan pingsan. Umumnya keadaan ini akan membaik setelah pasien dibaringkan, kecuali cedera karena jatuh.
5,26,31-33
Penanganan untuk pasien syok yaitu dengan memposisikan kedua kaki pasien lebih tinggi dari dada shock position atau posisi trendelenburg agar aliran
darah ke otak maksimal. Kemudian periksa tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan pasien. Lalu memberikan oksigen 6-8 liter per menit atau berikan bau
yang merangsang seperti alkohol selama masa pemulihan. Pemberian kompresi pijat jantung tidak dapat dilakukan apabila denyut nadi karotis masih teraba,
karena melakukan kompresi pijat jantung hanya dilakukan pada pasien yang mengalami tanda utama henti jantung atau cardiac arrest.
32,33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. A. Posisi syok shock position dan B. Posisi Trendelenburg dan Anti-Trendelenburg.
8
2.3.3.2 Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskular atau kehilangan cairan tubuh. Syok hipovolemik dapat
terjadi akibat perdarahan hemoragik dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar yang luas dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang
sering terjadi adalah akibat perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.
26-28
Penanganan syok hipovolemik, hal utama yang dilakukan yaitu mengganti cairan tubuh atau darah yang hilang, kemudian berikan oksigen sebanyak 5-10
Lmenit untuk jalan nafas dan respirasi pasien. Lalu berikan infus dengan cairan koloid. Tujuan utama terapi adalah memulihkan curah jantung dan perfusi
jaringan secepat mungkin.
27
2.3.3.3 Syok anafilaktik
Syok anafilaktik adalah kegagalan perfusi jaringan yang disebabkan reaksi alergi yang luar biasa atau berlebihan pada suatu organisme terhadap protein
asing. Anafilaktik syok dapat terjadi dalam beberapa menit dan dapat mengancam nyawa. Faktor penyebabnya adalah karena alergi terhadap obat-obatan, terutama
yang diberikan secara intravena seperti antibiotik contoh : penisilin. Selain itu penyebab lainnya adalah karena pelepasan histamin sebagai konsekuensi dari
suatu tipe I reaksi alergi. Tanda-tanda klinis pasien yang mengalami syok anafilaktik yaitu pasien susah bernafas, wajah kemerahan, gatal pada mata dan
mulut, pusing, lemas, sakit perut, bronkospasme dan edema epiglotis sehingga A
B
Universitas Sumatera Utara
pasien terasa tercekik. Gejala akan timbul pada 2-11 menit setelah dilakukan suntikan dan reaksi puncak akan terjadi pada 5-60 menit.
5,26,31,33
Penanganan pada pasien syok anafilaktik adalah dengan mempertahankan jalan nafas dan mempertahankan sirkulasi dengan memberikan oksigen 6-8
litermenit lalu berikan 0,3-0,5 ml epineprine adrenalin 1:1000 secara intramuscular dengan kecepatan 1 mlmenit dan ulangi setiap 5 atau 10 menit
sampai pasien terlihat membaik.
5,26,31,33
2.3.3.4 Syok kardiogenik
Syok kardiogenik adalah syok yang terjadi akibat tidak berfungsinya jantung untuk mengalirkan darah ke jaringan yang mengakibatkan curah jantung
menjadi kecil atau berhenti. Tanda-tanda klinis dari syok kardiogenik meliputi hipotensi, takikardia, oliguria dan bagian ekstermitas dingin.
28
Dalam menangani pasien syok kardiogenik hal pertama yang dilakukan adalah memberikan bantuan hidup dasar BLS. Menurut AHA 2010
American Heart Association BLS merupakan dasar untuk menyelamatkan pasien tanda utama henti jantung atau cardiac arrest dan mengaktifkan sistem
kegawatdaruratan serta melakukan CPR Cardiopulmonary resuscitation secara dini. Langkah-langkah BLS terdiri dari penilaian dan tindakan yang dijabarkan
dalam bentuk algoritma yang disederhanakan Gambar 5A. Sedangkan pada gambar 5B, merupakan urutan keterampilan BLS untuk penyediaan layanan
kesehatan.
34
Universitas Sumatera Utara
A
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5
Adult B
1
2
4 Begin c
7
Re
5. A. Simp kesehata
BLS Health
No breath
Active e G
or send se
W
3
cycles of 30
5
AED
6
Shockabl
Give 1
esume CPR
for 2 m
ple BLS u an.
34
hcare Prov Unrespo
hing or no
only ga
emergency Get AEDde
econd rescu do th
Check p DEFINIT
Within 10 s
COMPRE
defibrillat
Check rh Shockable
shock
R immediate
minutes
untuk dewa
viders onsive
normal bre sping
response sy efibrillator
uer if availa his
pulse: TE pulse
seconds ?
No
ESSIONS an
tor ARRIV
hythm rhythm?
8
co
ely
asa. B. BL
eathing
ystem
able to
Puls
nd 2 BREA
VES
Not Sh
Resume C
for Check rhyth
ontinue until over or vic
LS berdasa
High-Qualit - Rate at leas
- Compressio inches 5 cm
- Allow comp after each co
- Minimize in chest compre
- Avoid exce
3A Give
5 to 6 Reche
2 minu
ATHS
B
hockable
CPR immed
r 2 minutes hm every 2
l ALS prov ctim starts to
arkan pelay
ty CPR st 100min
on depth at leas m
mplete chest rec ompression
nterruptions in ession
essive ventilatio
1 breath ev seconds
eck pulse ev utes
B
diately
minute; viders take
o move
yanan
st 2 ol
on
very very
Universitas Sumatera Utara
Nam dikenal de
Circulatio a. A
Airw pada pasie
kemungki ada benda
lidah kebe dapat men
Hea dahi kebel
thrust dap masih ob
mandibula nafas dari
teknik fing untuk men
mun, dari be engan tindak
on sirkulasi Airway jalan
way merupa en yang tid
nan pasien a asing yan
elakang. Un nggunakan t
ad tilt yaitu lakang serta
pat digunaka struksi. Ca
a lebih maj sumbatan b
ger sweep nyapukan ca
Gambar 6 eberapa lite
kan ABC y i.
3,5,31
n nafas akan usaha
dak sadar. K tidak dapat
g menutupi ntuk memb
teknik head u dengan m
a dibantu de an jika pada
aranya, den ju daripada
benda asing yaitu meng
airan yang a
6. Head tilt,
Gambar eratur meny
yaitu Airway
untuk mem Ketika pasie
bernafas de i jalan nafa
bebaskan ja d tilt, chin lif
meletakkan engan chin
a saat melak ngan meng
a maksila. g seperti dar
ggunakan 2 ada didalam
chin lift da
7. Tindaka atakan bahw
y jalan nafa
mpertahank en dalam k
engan baik. as pasien at
alan nafas ft dan jaw th
tangan did lift yaitu me
kukan head gangkat dag
Sedangkan rah dan cair
jari tangan m rongga mu
an jaw thrus
an finger sw wa untuk m
as, Breathi
an dengan keadaan tida
Hal ini dap tau akibat ja
airway, m hrust.
3,5,31
ahi pasien engangkat d
d tilt dan chi gu pasien
untuk mem ran muntah
n yang diba ulut pasien.
3
st.
31
eep.
31
memberikan ing pernafa
baik jalan ak sadarkan
pat terjadi k atuhnya pa
maka dokter
dan mendo dagu pasien
in lift jalan sehingga p
mbebaskan dapat digun
alut dengan
3,5,31
n BLS asan,
nafas n diri,
karena ngkal
r gigi
orong n. Jaw
nafas posisi
jalan nakan
n kain
Universitas Sumatera Utara
b. Breathing pernafasan Breathing merupakan teknik untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada
pasien sadar atau pasien yang tidak sadar. Seorang dokter yang menangani pasien kegawatdaruratan dental harus mendekatkan pipi 1 inci ke mulut dan hidung
pasien untuk melihat look, mendengar listen dan merasakan feel tanda-tanda yang ada pada pernafasan pasien. Melihat yaitu melihat apakah ada pergerakan di
dada atau abdomen pasien, mendengar yaitu mendengar apakah ada atau tidaknya suara nafas tambahan yang dikeluarkan oleh pasien, dan merasakan yaitu
merasakan apakah ada hembusan nafas atau aliran udara yang keluar dari mulut atau hidung pasien. Dan bila pernafasan pasien tidak terasa diperlukan nafas
buatan. Untuk pemberian nafas buatan dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma. Dan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Ambu bag untuk memberikan suplai oksigen 90.
5,31
Gambar 8. Look, listen and feel.
31
Gambar 9. Pemberian nafas buatan, a mulut ke mulut, b mulut ke hidung dan c mulut ke stoma.
31
A C
B
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Penggunaan Ambubag.
32
c. Circulation sirkulasi Circulation merupakan monitoring dua tanda vital yang sangat penting,
yaitu tekanan darah dan denyut jantung yang memberikan informasi tentang fungsi sistem cardiovascular. Tidak terabanya nadi karotis pada dewasa
merupakan tanda utama terjadinya cardiac arrest atau henti jantung. Pemberian ventilasi buatan dan kompresi pijat jantung diperlukan pada keadaan
kegawatdaruratan ini.
5,31
Gambar 11. Pemeriksaan nadi karotis.
29,31
Untuk melakukan pijat jantung dilakukan 30 kali dengan selingan 2 kali nafas buatan dalam 2 menit. Pertama-tama tentukan titik penekanan yaitu di
bagian tengah sternum. Kemudian lakukan penekanan tulang dada kira-kira 4-5 cm 1,5-2 inchi untuk dewasa, anak balita 4 cm 1,5 inchi, dan anak-anak 5 cm
2 inchi . Dan dilakukan 80-100 kali per menit. Kompresi pijat jantung dapat dihentikan apabila pasien sudah dalam keadaan membaik atau sadar, pasien telah
meninggal, operator sudah letih dan pelayanan kesehatan lain sudah datang.
5,32,33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12. Kompresi dada pada dewasa, bayi dan anak usia sampai 8 tahun.
31,32
Menurut American Heart Association 2010, ada perubahan kunci terhadap panduan Basic Life Support BLS pada tahun 2005 untuk pasien cardiac arrest,
yaitu :
34
a. Pengenalan segera terhadap SCA Sudden Cardiac Arrest berdasarkan penilaian tidak adanya respon dan tidak adanya pernafasan normal misalnya,
pasien tidak bernafas atau hanya hembusan nafas.
Universitas Sumatera Utara
b. Menghilangkan Look, Listen dan Feel dari algoritma BLS. c. Melakukan CPR menggunakan tangan hanya kompresi pijat jantung untuk
penolongpetugas yang tidak mengikuti pelatihan khusus. d. Urutan perubahan dalam melakukan kompresi pijat jantung sebelum
membebaskan jalan nafas melakukan CAB dari pada ABC. e. Penyediaan perawatan kesehatan yang efektif dalam melakukan kompresi pijat
jantung atau CPR sampai kembalinya sirkulasi secara spontan. f. Meningkatkan metode untuk melakukan CPR dengan kualitas tinggi misalnya,
kedalaman pada saat melakukan penekanan kompresi pijat jantung harus adekuat. g. Selanjutnya melakukan pemeriksaan nadi bagi pelayanan kesehatan.
h. Algoritma BLS untuk dewasa yang sederhana diperkenalkan dengan memperbaiki algoritma tradisional.
2.4 Upaya pencegahan kegawatdaruratan medis
Setiap dokter gigi berkewajiban untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk menghindari komplikasi dan untuk mencegah timbulnya kegawatdaruratan
medis. Anamnesa merupakan salah satu bagian terpenting dalam pemeriksaan pasien karena mendapatkan keterangan mengenai kondisi pasien. Walaupun
keadaan kedaruratan tidak dapat dihindari dalam praktek dokter gigi, namun sebaiknya keadaan kedaruratan dapat dikurangi atau dihindari dengan melakukan
perawatan dengan cermat, terampil dan trauma minimal.
31
Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran mengamanatkan agar setiap dokter ataupun dokter gigi yang berpraktek wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang
diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi dan dilaksanakan
sesuai dengan standar pendidikan profesi kedokteran ataupun kedokteran gigi. Hal ini berguna agar dokter ataupun dokter gigi dapat meningkatkan, mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
35
Universitas Sumatera Utara
Keadaan pingsan yang sering terjadi di praktek dokter gigi, mungkin dikarenakan ruang praktek memiliki temperatur dan kelembaban yang tinggi.
Oleh karena itu, sebaiknya ruang praktek haruslah berhawa dingin dan mempunyai ventilasi yang baik. Ruang tunggu harus terang dan sejuk serta untuk
mencegah pasien lama menunggu sebaiknya dilakukan penjadwalan kunjungan yang efisien. Dokter gigi harus menggunakan dental unit yang desainnya
memungkinkan pasien segera dibaringkan lurus dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala posisi Trendelenburg 10
pada saat terjadi kondisi kegawatdaruratan.
36
Selain memperhatikan kondisi ruang praktek, sebaiknya juga dapat dilakukan pemeriksaan awal. Walaupun tidak semua perawatan dental
memerlukan pemeriksaan awal, tetapi dalam menangani pasien yang ingin melakukan bedah minor seperti pencabutan dan odontektomi, pemeriksaan awal
perlu dilakukan. Adapun pemeriksaan awal yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda-tanda vital.
2.4.1 Pemeriksaan tanda vital
Tanda vital termasuk penilaian dalam pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh tenaga medis. Tanda-tanda vital dapat menghasilkan perubahan yang
bertahap dari waktu ke waktu. Yang termasuk tanda-tanda vital adalah tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu.
37-39
2.4.1.1 Tekanan darah
Untuk mengukur tekanan darah pasien sebelum melakukan perawatan seperti pencabutan, sebaiknya dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan baik
pada saat dilakukan pengukuran, karena keadaan pasien dapat mempengaruhi hasil dan penilaian. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan darah adalah
sphygmomanometer. Tekanan darah diukur pada lengan tangan gambar 12. Lebar manset harus mencakup 12-23 panjang lengan atas. Manset yang dipakai
terlalu sempit akan memberikan hasil pemeriksaan tekanan darah menjadi tinggi, sedangkan manset yang terlalu lebar akan memberikan hasil pemeriksaan terlalu
rendah.
37-39
Universitas Sumatera Utara
Cara untuk mengukur tekanan darah yaitu dengan memasangkan manset melingkari lengan atas pasien, dengan batas bawah lebih kurang 3 cm dari siku.
Lakukan pemompaan sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba dan gunakan stetoskop untuk mendengarkan arteri brakialis di fosa kubiti. Kemudian
kosongkan manometer perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mm tiap detik.
39
Tekanan sistolik adalah saat terdengar bunyi pada saat Korotkoof I yaitu bunyi pertama yang didengar berupa bunyi detak yang perlahan. Sedangkan
tekanan diastolik adalah saat terdengar bunyi Korotkoof IV yaitu bunyi yang tiba- tiba melemah. Dan nilai normal tekanan sistolik adalah 120mmHg dan untuk
tekanan diastolik adalah 80mmHg.
38,39
Gambar 13. Cara mengukur tekanan darah.
39
2.4.1.2 Denyut nadi
Nadi merupakan refleksi perifer dari kerja jantung dan penjalaran gelombang dari proksimal pangkal aorta ke distal. Gelombang nadi tidak
bersamaan dengan aliran darah tetapi menjalar lebih cepat. Nadi dapat dirasakan selama midsistole, saat konstraksi jantung dan saat ejeksi darah intrakardia sedang
berlangsung. Kecepatan penjalaran nadi dapat menurun pada beberapa penyakit jantung, darah atau pembuluh darah, tetapi dapat meningkat pada kondisi lain.
Intensitas nadi dapat berhubungan dengan karakteristik pembuluh darah dan tekanan nadi. Kecepatan denyut nadi normal pada dewasa yang sehat berkisar dari
50-100 denyutmenit dan anak berusia dibawah 10 tahun berkisar 60-90 denyutmenit.
38,39
Cara mengukur denyut nadi yaitu dengan menggunakan dua jari jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba arteri radialis. Untuk menyingkirkan
Universitas Sumatera Utara
kemungki nadi, hen
jantung. D
2.4.1
Kec kemosenso
karbondio ventilasi. K
Dengan a pernafasan
menyadari kecepatan
kalimenit Pem
cara yaitu 1. C
menghitun pemeriksa
2. C meletakka
kemudian 3. C
stetoskop nan terdapa
ndaknya se Dan semua p
1.3 Pernafa
epatan pern or dan o
oksida dan Kecepatan
adanya rasa n. Untuk p
i bahwa pe n pernafasan
t pada orang meriksaan re
:
39
Cara inspeks ng frekuens
aan dilakuka Cara palpasi
an tangan p dihitung ge
Cara auskult yaitu mend
atnya pulsu etiap perhit
penghitunga
Gambar
asan
nafasan dan otak. Untu
ion hidrog pernafasan
a cemas p emeriksaan
ernafasanny n involunte
g dewasa.
38
espirasi ata
si, merupaka sinya. Cara
an dengan m , merupakan
pemeriksa p erakan pern
tasi, pemeri dengarkan da
us defisit l tungan nad
an harus dil
r 14. Car denyu
n pola pern tuk orang
gen dalam normal tida
pada pasien n pernafasan
ya sedang er. Kecepa
au pernafas
an pemeriks a ini tidak
melihat gera an cara yang
pada dindin nafasan pasi
iksaan yang an menghitu
laju jantung i dilakukan
akukan satu
ra memerik ut nadi.
40
afasan dike normal,
darah dapa ak berarti b
n dapat m n harus hat
diamati da atan pernafa
san dapat d
saan dengan praktis da
akan nafas d g dianjurkan
ng abdomen en sambil m
g dilakukan ung bunyi p
g lebih bes n juga perh
u menit penu
ksa
endalikan ol peningkat
at merangsa bahwa oksig
menyebabkan ti-hati, kare
pat terjadin asan norma
dilakukan d
n melihat ge an tidak dia
dan detak ja n yaitu pem
n atau dindi melihat detak
n dengan m pernafasan.
sar daripada hitungan d
uh.
36
leh kemose tan konse
ang pening genisasi ade
n meningk ena pasien
nya pening al adalah
dengan beb
erakan nafa anjurkan k
am sekaligu meriksaan de
ing dada pa ak jarum jam
menggunakan a laju
enyut
ensor- ntrasi
gkatan ekuat.
katnya yang
gkatan 12-18
berapa
as dan karena
s. engan
asien, m.
n alat
Universitas Sumatera Utara
Gambar 15. Teknik palpasi dan Teknik auskultasi.
37
2.4.1.4 Suhu
Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang karena lingkungan luar. Cara
pengukuran suhu adalah dengan menggunakan thermometer. Sebelum menggunakan thermometer, pada permukaan air raksa harus diturunkan sampai
dibawah 35 C dengan mengibas-ngibaskan thermometer.
37,39
Pada bayi dibawah 2 tahun, pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada lipatan paha atau rektum dengan suhu normal 36
C-37 C. Sedangkan pada anak
diatas umur 6 tahun, pengukuran dapat dilakukan di mulut suhu oral yaitu dengan meletakkan thermometer di bawah lidah sublingual dan suhu oral normal
adalah 37 C. Semua pengukuran suhu dilakukan selama 3 menit. Dalam keadaan
normal suhu aksila sama seperti suhu pada rektum yaitu 36 C-37
C.
37,39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 16. Pemeriksaan suhu rektal, aksial, dan oral.
40
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep Penelitian