Latar Belakang RENCANA AKSI Nyamplung 30 Des 09

1 DRAFT RENCANA AKSI PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATI F BERBASI S TANAMAN NYAMPLUNG 2010- 2014 I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir telah mendorong pengembangan energi alternatif biofuel yang berasal dari sumberdaya energi terbarukan renewable resources. Untuk mendorong pengembangan energi alternatif ini, pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan Energi Nasional yang diantaranya menetapkan target produksi biofuel pada tahun 2025 sebesar 5 dari total kebutuhan energi minyak nasional dan menugaskan Departemen Kehutanan untuk memberikan kontribusinya dan berperan aktif dalam pengembangan bahan baku biofuel termasuk pemberian ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman terutama areal yang tidak produktif serta ijin usaha pemanfaatan hutan alam. Untuk mendorong pengembangan dan implementasi biofuel tersebut, Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yaitu: 1. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional 2. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 3. I nstruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati biofuel sebagai Bahan Bakar Lain 4. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 0048 tahun 2005 tentang Standar dan Mutu Spesifikasi serta Pengawasan Bahan 2 bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Bahan Bakar Lain, LPG, LNG dan Hasil Olahan yang Dipasarkan di Dalam Negeri 5. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674K 24 DJM 2006 tentang Standar dan Mutu Spesifikasi Bahan Bakar yang Dipasarkan Dalam Negeri. 6. UU No.30 Th.2007 tentang Energi, diantara memuat kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan, serta untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui peningkatan akses masyarakat tidak mampu dan atau masyarakat yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi. Terkait dengan hal tersebut diperlukan kesiapan bahan baku, teknologi pengolahan minyak dan pemanfaatannya serta kegiatan pendukung lainnya berupa kebijakan pengembangannya. Nyamplung Calophyllum inophyllum L. merupakan salah satu tanaman hutan yang memiliki prospek dan potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan baku biofuel. Biji nyamplung dapat dikonversi menjadi biofuel dengan rendemen yang tinggi diperkirakan mencapai 65 dan dalam pemanfaatannya diduga tidak akan berkompetisi dengan kepentingan untuk bahan pangan. Selain itu nyamplung memiliki keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan ke depan dan pemanfaatan lain, antara lain : 1. Tanaman nyamplung tumbuh dan tersebar merata secara alami di I ndonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan kemampuan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan, 2. Tanaman ini relatif mudah dibudidayakan baik melalui hutan tanaman sejenis monoculture atau hutan campuran mixed- forest, 3. Cocok tumbuh didaerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah sepanjang tahun, 4. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi, 5. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai 3 wind breaker perlindungan untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai, 6. Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar. Beberapa hasil studi yang berkaitan dengan kelayakan ekonomi usaha menunjukkan pengembangan nyamplung sebagai biofuel layak untuk diusahakan. Selain itu, dengan dibangunnya industri pengolahan biofuel nyamplung, diharapkan akan membuka kesempatan kerja bagi tenaga domestik. Dengan target kebutuhan biofuel sampai dengan tahun 2025 sebesar 10.000.000 kiloliter, maka dari kegiatan pengembangan DME akan bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 10 juta orang. Jumlah ini akan bertambah apabila didukung dengan pengembangan industri yang memanfaatkan limbah hasil pengolahan menjadi produk sampingan seperti briket arang, kompos, dsb. Selama ini, proses produksi biofuel nyamplung belum dilakukan dalam skala pemanfaatannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala antara lain biji sebagai bahan baku berasal dari hutan alam yang kuantitas dan kualitasnya juga terbatas, teknologi pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel juga masih belum dipahami oleh masyarakat luas serta belum tersosialisasinya penggunaan biofuel nyamplung kepada masyarakat. Peningkatan produksi dan kualitas biji nyamplung dapat dilakukan melalui program pemuliaan tanaman dan penambahan luas areal tanaman nyamplung melalui pembangunan hutan tanaman nyamplung. Untuk memproduksi biofuel sebanyak 10.000.000 kiloliter, maka diperkirakan diperlukan penanaman tanaman nyamplung seluas sekitar 500.000 ha. Sosialisasi dan peningkatan pemahaman budidaya dan proses pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel dapat dilakukan melalui pelatihan dan transformasi teknologi yang telah dikembangkan dengan pembangunan 4 instalasi pembangkit energi berbasis nyamplung. Untuk memperoleh dampak manfaat yang lebih luas, maka pembangunan desa percontohan pengguna energi berbasis nyamplung akan menjadi pilihan kegiatan yang prioritas. Hal ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap minat masyarakat banyak dan juga industri untuk mengembangkan nyamplung sebagai biofuel potensial di masa mendatang. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan telah melaksanakan penelitian terhadap nyamplung untuk keperluan biofuel secara komprehensif. Hasil yang secara nyata dapat dimanfaatkan antara lain rekayasa mesin pengolah biji nyamplung untuk biofuel serta uji coba bahan bakar murni 100 dari biofuel nyamplung. Adapun hasil penelitian telah disajikan dalam bentuk buku, disosialisasikan dalam beberapa seminar berskala nasional dan internasional, serta diuji coba melalui demonstrasi road test menggunakan alat transportasi jeep dan bus dengan total jarak tempuh 320 km dengan bahan bakar murni 100 biodiesel nyamplung B100 tanpa kendala teknis. Biodiesel nyamplung yang dihasilkan telah memenuhi standar SNI 04-7182-2006. Hasil penelitian tersebut dapat diakses melalui website Badan Litbang Kehutanan. Sehubungan dengan hal tersebut, Departemen Kehutanan akan menindaklanjutinya dengan melalukan kegiatan pengembangan dalam Aksi Pengembangan Energi Alternatif berbasis Nyamplung di 12 lokasi target yang tercakup dalam 9 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku Tengah, dan Provinsi Papua serta kawasan hutan lainya yang punya potensi sumber daya.

B. Maksud dan Tujuan