1
DRAFT
RENCANA AKSI PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATI F BERBASI S TANAMAN NYAMPLUNG 2010- 2014
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis energi dunia yang terjadi pada dekade terakhir telah mendorong pengembangan energi alternatif
biofuel yang berasal dari sumberdaya energi terbarukan
renewable resources. Untuk mendorong pengembangan energi alternatif ini, pemerintah telah mengeluarkan
Kebijakan Energi Nasional yang diantaranya menetapkan target produksi biofuel pada tahun 2025 sebesar 5 dari total kebutuhan energi minyak
nasional dan menugaskan Departemen Kehutanan untuk memberikan kontribusinya dan berperan aktif dalam pengembangan bahan baku
biofuel termasuk pemberian ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman terutama areal
yang tidak produktif serta ijin usaha pemanfaatan hutan alam. Untuk mendorong pengembangan dan implementasi biofuel tersebut,
Pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan yaitu: 1. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional 2. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Tim Nasional
Pengembangan Bahan Bakar Nabati untuk Percepatan Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran
3. I nstruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati biofuel sebagai Bahan Bakar Lain
4. Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 0048 tahun 2005 tentang Standar dan Mutu Spesifikasi serta Pengawasan Bahan
2
bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Bahan Bakar Lain, LPG, LNG dan Hasil Olahan yang Dipasarkan di Dalam Negeri
5. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 3674K 24 DJM 2006 tentang Standar dan Mutu Spesifikasi Bahan
Bakar yang Dipasarkan Dalam Negeri. 6. UU No.30 Th.2007 tentang Energi, diantara memuat kewenangan
pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyediaan dan pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan, serta untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui peningkatan akses masyarakat tidak mampu dan atau masyarakat
yang tinggal di daerah terpencil terhadap energi. Terkait dengan hal tersebut diperlukan kesiapan bahan baku, teknologi
pengolahan minyak dan pemanfaatannya serta kegiatan pendukung lainnya berupa kebijakan pengembangannya.
Nyamplung Calophyllum inophyllum L. merupakan salah satu tanaman
hutan yang memiliki prospek dan potensi tinggi untuk dikembangkan sebagai bahan baku
biofuel. Biji nyamplung dapat dikonversi menjadi biofuel dengan rendemen yang tinggi diperkirakan mencapai 65 dan
dalam pemanfaatannya diduga tidak akan berkompetisi dengan kepentingan untuk bahan pangan. Selain itu nyamplung memiliki
keunggulan ditinjau dari prospek pengembangan ke depan dan pemanfaatan lain, antara lain : 1. Tanaman nyamplung tumbuh dan
tersebar merata secara alami di I ndonesia, regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun menunjukkan kemampuan daya survival yang tinggi
terhadap lingkungan, 2. Tanaman ini relatif mudah dibudidayakan baik melalui hutan tanaman sejenis
monoculture atau hutan campuran mixed- forest, 3. Cocok tumbuh didaerah beriklim kering, permudaan alami
banyak, dan berbuah sepanjang tahun, 4. Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung berdayaguna dan menghasilkan bermacam produk yang
memiliki nilai ekonomi, 5. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai
3
wind breaker perlindungan untuk tanaman pertanian dan konservasi sempadan pantai, 6. Pemanfaatan biofuel nyamplung dapat menekan laju
penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar.
Beberapa hasil studi yang berkaitan dengan kelayakan ekonomi usaha menunjukkan pengembangan nyamplung sebagai
biofuel layak untuk diusahakan. Selain itu, dengan dibangunnya industri pengolahan
biofuel nyamplung, diharapkan akan membuka kesempatan kerja bagi tenaga
domestik. Dengan target kebutuhan biofuel sampai dengan tahun 2025
sebesar 10.000.000 kiloliter, maka dari kegiatan pengembangan DME akan bisa menyerap tenaga kerja sebanyak 10 juta orang. Jumlah ini akan
bertambah apabila didukung dengan pengembangan industri yang memanfaatkan limbah hasil pengolahan menjadi produk sampingan seperti
briket arang, kompos, dsb.
Selama ini, proses produksi biofuel nyamplung belum dilakukan dalam skala
pemanfaatannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala antara lain biji sebagai bahan baku berasal dari hutan alam yang kuantitas dan
kualitasnya juga terbatas, teknologi pengolahan biji nyamplung menjadi biofuel juga masih belum dipahami oleh masyarakat luas serta belum
tersosialisasinya penggunaan biofuel nyamplung kepada masyarakat.
Peningkatan produksi dan kualitas biji nyamplung dapat dilakukan melalui program pemuliaan tanaman dan penambahan luas areal tanaman
nyamplung melalui pembangunan hutan tanaman nyamplung. Untuk memproduksi
biofuel sebanyak 10.000.000 kiloliter, maka diperkirakan diperlukan penanaman tanaman nyamplung seluas sekitar 500.000 ha.
Sosialisasi dan peningkatan pemahaman budidaya dan proses pengolahan biji nyamplung menjadi
biofuel dapat dilakukan melalui pelatihan dan transformasi teknologi yang telah dikembangkan dengan pembangunan
4
instalasi pembangkit energi berbasis nyamplung. Untuk memperoleh dampak manfaat yang lebih luas, maka pembangunan desa percontohan
pengguna energi berbasis nyamplung akan menjadi pilihan kegiatan yang prioritas. Hal ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap minat masyarakat
banyak dan juga industri untuk mengembangkan nyamplung sebagai biofuel potensial di masa mendatang.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan telah melaksanakan penelitian terhadap nyamplung untuk keperluan biofuel
secara komprehensif. Hasil yang secara nyata dapat dimanfaatkan antara lain rekayasa mesin pengolah biji nyamplung untuk biofuel serta uji coba
bahan bakar murni 100 dari biofuel nyamplung. Adapun hasil penelitian telah disajikan dalam bentuk buku, disosialisasikan dalam beberapa seminar
berskala nasional dan internasional, serta diuji coba melalui demonstrasi road test menggunakan alat transportasi jeep dan bus dengan total jarak
tempuh 320 km dengan bahan bakar murni 100 biodiesel nyamplung B100 tanpa kendala teknis. Biodiesel nyamplung yang dihasilkan telah
memenuhi standar SNI 04-7182-2006. Hasil penelitian tersebut dapat diakses melalui website Badan Litbang Kehutanan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Departemen Kehutanan akan menindaklanjutinya dengan melalukan kegiatan pengembangan dalam Aksi
Pengembangan Energi Alternatif berbasis Nyamplung di 12 lokasi target yang tercakup dalam 9 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Gorontalo, Maluku Tengah, dan Provinsi Papua serta kawasan hutan lainya yang punya
potensi sumber daya.
B. Maksud dan Tujuan