Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui Kebijakan Pemerintah

6. Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. Dalam memanfaatkan pasar global, UMKM kita bisa belajar ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Ketiga negara tersebut memiliki UMKM yang kontribusinya tinggi terhadap ekspor. Akses pemasaran yang tidak tertembus UMKM ini juga sangat dipengaruhi lemahnya penguasaan Teknologi Informasi TI oleh pelaku UMKM Wahyuni dkk, 2005. Menurut Dwiwinarmo 2008 dalam Haryadi, 2010, ada beberapa faktor Penghambat berkembangnya UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah antara lain kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang cara mendapatkan dana dan keterbatasan kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana. Kebanyakan usaha skala kecil dalam menjalankan usaha tanpa adanya perencanaan, pengendalian maupun juga evaluasi kegiatan usaha.

2.1.7 Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui Kebijakan Pemerintah

Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Universitas Sumatera Utara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan pendampingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dan pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Pengembangan UKM diIndonesia selama ini dilakukan oleh Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Negera KUKM. Selain Kementrian Negara KUKM, instansi yang lain seperti Depperindag, Depkeu, dan BI juga melaksanakan fungsi pengembangan UKM sesuai dengan wewenang masing-masing. Di mana Depperindag melaksanakan fungsi pengembangan Industri Kecil dan Menengah IKM dengan menyusun Rencana Induk Pengembangan Industri Kecil Menengah. Demikian juga Departemen Keuangan melalui SK Menteri Keuangan Menkeu No. 316KMK.0161994 mewajibkan BUMN untuk menyisihkan 1-5 Iaba perusahaan bagi Pembinaan Usaha Kecil Dan Koperasi PUKK. Bank Indonesia sebagai otoritas keuangan dahulu mengeluarkan peraturan mengenai kredit bank untuk UKM. Prinsip Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UU No. 202008 adalah: a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan; Universitas Sumatera Utara c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. Sesuai dengan UU No.20 tahun 2008, pemberdayaan UMKM bertujuan: a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah RKP Bidang Pemberdayaan Koperasi Dan UKM Tahun 2014, perkembangan UMKM ditunjukkan oleh peningkatan jumlah UMKM sebesar 2,4 persen sehingga mencapai 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012 dan jumlah tenaga kerja UMKM juga meni ngkat sebesar 5,8 persen menjadi sekitar 107,7 juta orang. Peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja terbesar tercatat pada kelompok usaha menengah, yaitu masing- masing 10,7 persen dan 14,7 persen. Sementara itu, pertumbuhan unit usaha dan tenaga kerja usaha kecil juga terus meningkat. Pengembangan kinerja usaha mikro masih membutuhkan kerja keras, hal ini penting karena pertumbuhan unit usaha Universitas Sumatera Utara dan tenaga kerja yang rendah. Padahal usaha mikro masih dominan yaitu 98,8 persen unit usaha dengan menampung 92,8 persen tenaga kerja. Sehingga berdasarkan perkembangan UMKM yang semakin pesat maka Rencana Kerja Pemerintah RKP Bidang Pemberdayaan Koperasi Dan UKM diarahkan kepada kebijakan berikut: 1. Penguatan badan hukum dan pengawasan koperasi. 2. Peningkatan kapasitas usaha bagi koperasi di sektor-sektor produktif. 3. Penguatan akses keuangan bagi UMKM dan penguatan KSPKJKS. 4. Peningkatan akses dan jaringankemitraan usaha dan pemasaran bagi UMKM. 5. Peningkatan jangkauan diklat UMKM. 6. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu PLUT UMKM di tingkat nasional, provinsi, dan kabupatenkota. Menurut Suarja 2007 dalam Sudrajat mengungkapkan pemberdayaan Koperasi dan UMKM dilakukan melalui: a. Revitalisasi peran koperasi dan perkuatan posisi UMKM dalam sistem perekonomian nasional. b. Revitalisasi koperasi dan perkuatan UMKM dilakukan dengan memperbaiki akses UMKM terhadap permodalan, tekologi, informasi dan pasar serta memperbaiki iklim usaha. c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pembangunan. d. Mengembangkan potensi sumberdaya lokal. Universitas Sumatera Utara

2.1.8 Landasan Hukum UMKM