BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Telur Parasit Gastrointestinal
Berdasarkan hasil pemerikasaan terhadap 30 sampel feses kuda di peternakan Desa Sempajaya Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode sedimentasi glass beads diperoleh 5 jenis telur parasit gastrointestinal. Klasifikasi jenis dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jenis Telur Parasit Gastrointestinal Kuda di Peternakan Kuda Desa Sempajaya Berastagi Sumatera Utara
Filum Kelas
Ordo Famili
Genus Spesies
Nemathelmintes Nematoda
Strongylida Tricostrongylidae
Haemonchus Haemonchus sp.
Strongylida Tricostrongylidae
Ostertagia Ostertagia sp.
Rhabditida Strongylidae
Strongyloides Strongyloides westeri
Ascaridida Ascarididae
Ascaris Ascaris equorum
Platyhelmintes Trematoda
Echinostomida Paramphistomatidae
Paramphistomum Paramphistomum sp.
Pada data Tabel 4.1. memberikan gambaran bahwa ditemukan 2 filum Nemathelmintes dan Platyhelmintes, 2 Kelas Nematoda dan Trematoda, 4 Ordo Strongylida, Rhabditida, Ascaridida, dan Echinostomida, 4 famili Tricostrongylidae, Strongylidae, Ascarididae, dan
Paramphistomatidae, dan 5 spesies yaitu Haemonchus sp., Ostertagia sp., Strongyloides westeri, Ascaris equorum, dan Paramphistomum sp. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa parasit kelas nematoda gastrointestinal lebih banyak dijumpai daripada trematoda pada
kuda di desa Sempajaya Berastagi. Banyaknya jenis parasit nematoda gastrointestinal disebabkan karena nematoda termasuk ke dalam parasit golongan
STH Soil Transmited Helminth. Dari hasil penelitian Ratnawati 2004, prevalensi infeksi campuran nematoda dan cestoda sebesar 86,7 , dan hanya
13,3 kuda delman di Bogor yang diperiksa terinfeksi tunggal cestoda, setelah diidentifikasi lebih lanjut jenis-jenis nematoda yang menyerang kuda adalah
strongyloid, oxyurid, dan ascarid. Menurut Gandahusada dkk 2008, Soil Transmited Helminth adalah cacing golongan nematoda yang memerlukan tanah
untuk perkembangan bentuk infektif. STH hidup di usus dan telurnya akan keluar melalui feses hospes. Telur tersebut akan tersimpan di dalam tanah dan
berkembang menjadi infeksius jika telur matang. Jhoni dkk 2015, menjelaskan bahwa kejadian penyakit parasit nematoda
gastrointestinal pada ternak yang belum pernah diberikan obat cacing lebih dipengaruhi oleh faktor sanitasi dan kebersihan kandang, jenis kelamin serta
umur ternak. Berdasarkan hasil penelitian Mahfooz et al. 2008, kuda di Pakistan yang terserang parasit gastrointestinal mengalami penurunan rata-rata
jumlah telur per gram EPG setelah diberikan antihelmin abamektin dengan dosis 0,2 mgkg berat badan. Pada penelitian ini, lebih dari 98 pengurangan
rata-rata jumlah jelur per gram feses yang diamati setelah 14 hari pemberian antihelmin abamektin melalui subkutan.
Karakteristik telur parasit yang ditemukan pada gastrointestinal kuda di desa Sempajaya Berastagi adalah sebagai berikut :
A. Haemonchus sp.