tetapi kerugiannya dipandang dari segi ekonomi sangat besar dan dapat menimbulkan kerugian berupa penurunan berat badan ternak, penurunan produksi
susu, kualitas daging, produktivitas ternak sebagai tenaga kerja serta bahaya penularan terhadap manusiazoonosis Rozi, 2013.
2.2. Zoonosis
Produk hasil peternakan seperti daging, susu, telur dan kulit dapat menjadi sumber penyebaran zoonosis Suradi, 2004.
Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alamiah di antara hewan vertebrata dan manusia, dengan
demikian zoonosis merupakan ancaman baru bagi kesehatan manusia. Berkembangnya zoonosis dalam beberapa tahun terakhir menjadi tanda
bertambahnya ancaman penyakit yang mematikan bagi manusia yang ditularkan oleh hewan. Sampai saat ini, terdapat tidak kurang dari 300 penyakit hewan yang
dapat menulari manusia Widodo, 2008. Zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui beberapa cara,
yaitu kontak langsung dengan hewan pengidap zoonosis dan kontak tidak langsung melalui vektor atau mengonsumsi pangan yang berasal dari hewan sakit,
atau melalui aerosol di udara ketika seseorang berada pada lingkungan yang tercemar. Berdasarkan agen penyebabnya, zoonosis dibedakan atas zoonosis yang
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau yang disebabkan oleh jamur Suharsono
, 2002
; Nicholas Smith, 2003. Pencegahan zoonosis dapat
dilakukan dengan : a melakukan isolasi ternak yang baru tiba, b kesehatan dan kebersihan pekerja, c sanitasi kandang, e pemberian pakan dengan kualitas dan
kuantitas yang baik, f tes penyakit dan vaksinasi, g higiene hasil produksi dan pengolahan, h sanitasi peralatan, transportasi, penyajian dan penyimpanan
Suradi, 2004.
2.3. Parasit Gastrointestinal
Penyakit parasiter adalah penyakit pada hewan, manusia yang disebabkan oleh parasit. Parasit adalah organisme yang hidup di luar atau di dalam tubuh
organisme lain inang. Parasit merupakan organisme yang mengganggu kehidupan inang. Keberadaan parasit dapat mempengaruhi kualitas dan kesehatan
inang yang terinfeksi Natadisastra Agus, 2009. Parasit ini dapat menghambat kemajuan di bidang peternakan, terutama dalam hubungannya dengan
peningkatan populasi dan produksi ternak Sari dkk, 2015. Secara umum parasitisme dapat terjadi bila terpenuhi komponen-
komponen sebagai berikut 1 adanya parasit, 2 adanya sumber parasit untuk hospes yang rentan reservoir: hospes antara atau hospes definitif, 3 proses
pembebasan stadium parasit dari reservoir, 4 proses penularan terhadap hospes yang rentan, 5 cara parasit memasuki tubuh hospes yang rentan, 6 adanya
hospes yang rentan. Adanya parasit di dalam hospes yang rentan tidak harus diikuti oleh perubahan yang sifatnya klinis. Banyak proses parasitisme yang bila
diukur dari jumlah parasit yang ada di dalam tubuh hospes definitif cukup banyak, akan tetapi perubahan klinisnya tidak dapat dikenali dari luar. Pada umumnya
penderita demikian dalam jangka panjang akan kurang mampu bertumbuh baik, hingga dilihat dari segi peternakan akan merugikan Subronto, 2007.
Parasit gastrointestinal merupakan parasit yang masuk ke dalam tubuh hospes definitive melalui mulut, melalui pakan yang tercemar larva. Parasit
tersebut meliputi cacing cambuk, cacing pita, cacing hati, protozoa seperti trichomonas, Balantidium coli dan lain-lain Subronto, 2007. Faktor utama
terjadi peningkatan
penyebaran penyakit
parasit terutama
nematoda gastrointestinal karena pengaruh topografi, geografis, kondisi lingkungan,
temperatur, kepadatan kandang, kelompok umur, penanganan yang tidak tepat dan pola pemeliharaan yang tidak sesuai dalam upaya memutuskan siklus hidup
cacing Zulfikar dkk, 2012. Infeksi parasit di saluran gastrointestinal terjadi bila intensitas infeksi
parasit tersebut sedang dan tinggi Suriptiastuti, 2006. Parasit nematoda gastrointestinal turut menghasilkan toksin dalam jumlah yang banyak, toksin
tersebut dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah serta turut membantu masuknya bakteri patogen atau virus patogen ke dalam jaringan yang dapat
menimbulkan infeksi sekunder Zulfikar dkk, 2012.
2.4. Penyakit Parasit Gastrointestinal 2.4.1. Strongylosis pada Kuda