2.4. Penyakit Parasit Gastrointestinal 2.4.1. Strongylosis pada Kuda
Strongyloides merupakan agen penyebab Strongiloidiasis yang terdapat pada usus. Strongyloides menginfeksi manusia, kucing, anjing, dan satwa sejenisnya
serta dapat ditularkan dari manusia ke satwa atau sebaliknya. Strongyloidiasis bertanggung jawab untuk kematian sekitar 60-85 atau sekitar 100 juta orang di
seluruh dunia. Tingkat kematian untuk pasien yang membutuhkan rawat inap dengan infeksi Strongyloides adalah sekitar 16,7 . Parasit ini endemik di daerah
beriklim tropis dan subtropis dimana pada daerah tersebut terdapat kelembapan yang tinggi seperti Eropa Timur, Eropa Selatan, Asia Tenggara, Amerika Tengah,
dan Afrika Iriemenam et al. 2010. Infeksi cacing Strongylus pada kuda, dan spesies lain dari Equidae,
terutama oleh S. vulgaris, merupakan kejadian yang sangat sering dalam praktek di hampir semua bagian dunia. Strongylosis dapat menyebabkan kolik
aneurismata bila infeksinya berat. Bila infeksi juga diperberat oleh cacing sejenis dari genus Strongylus, yaitu Triodontophorus dan Trichonema akan
mengakibatkan kekurusan dan anemia. Pada peternakan kuda yang padang penggembalanya sudah tercemar berat oleh telur cacing secara masif sangat sulit
membebaskan kuda-kuda dari kejadian Strongylosis Subronto, 2007.
2.4.2. Fascioliasis Distomatosis, Liver Fluke Disease, Liver Rot, Penyakit Cacing Hati
Fascioliasis hepatik atau penyakit hati PCH merupakan penyakit yang berlangsung akut, subakut, atau kronik, disebabkan oleh trematoda genus
Fasciola, Fascioloides, dan Dicrocoelium Subronto, 2007. Fasciola spp merupakan cacing hati asli Indonesia. Infeksi Fasciola spp pada umumnya
menyerang sapi, domba dan kambing. Fasciola spp juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, anjing, rusa, kelinci, marmot, dan hewan sejenisnya. Telur
Fasciola juga berhasil ditemukan pada tinja badak Jawa dari Suaka Marga Satwa Ujung Kulon. Infeksi Fasciola pernah ditemukan pada manusia di Cuba, Prancis
Selatan, Inggris, dan Aljazair. Fasciola spp hidup didalam tubuh satwa yang terinfeksi sebagai parasit di dalam saluran empedu hidup dari cairan empedu,
merusak sel-sel epitel, dinding empedu untuk mengisap darah penderita Sayuti, 2007.
2.4.3. Paramfistomiasis Porangen, Stomach Fluke Disease, Intestinal Amphistomiasis
Paramphistomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Paramphistomum sp. yang merupakan salah satu cacing dalam kelas trematoda.
Paramphistomum sp. hidup di dalam rumen, retikulum, usus, saluran empedu atau kandung kemih hewan yang diserangnya. Hal ini menyebabkan kerja rumen
menjadi terganggu sehingga pakan tidak dapat dicerna dengan sempurna Darmin, 2014. Menurut Widnyana 2013, Parasit cacing Paramphistomum sp. Dari kelas
termatoda ini dapat mengakibatkan ternak tersebut menjadi lemah, mudak capek, badan makin kurus dan mencret. Infeksi Paramphistomum sp. terdiri atas dua
fase, yaitu fase intestinal dan fase ruminal. Pada fase intensital, cacing muda menyebabkan pendarahan, bengkak serta merah di dalam duodenum dan
abomasum. Hal ini dapat menyebabkan duodenitis dan abomasitis. Pada fase ruminal, cacing akan menyebabkan perubahan epitel dari rumen yang menganggu
kapasitas resorbsi Darmin, 2014.
2.4.4. Askariasis