BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Peralihan Hak atas tanah menurut Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah sesuai dengan ketentuan Pasal 37 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 yang menyebutkan : “Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui
jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak
melalui lelang, hanya dapat didaftarkan, jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.” Maka, peralihan hak atas tanah ini
tidak lagi dilakukan di hadapan Kepala Adat ataupun Kepala Desa, melainkan harus dilakukan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PPAT yang diangkat oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan syarat-syarat tertentu. Dan juga bahwa berdasarkan
UUPA, peralihan Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 35 sd Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA. Pengaturan lebih lanjut mengenai Hak Guna Bangunan tersebut kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah.
Universitas Sumatera Utara
2. Peranan PPAT dalam Peralihan Hak Guna Bangunan adalah merekam segala perbuatan yang terjadi dalam peristiwa jual beli tanah untuk
memindahkan hak atas tanah dari satu pihak ke pihak lainnya dalam bentuk akta jual beli tanah. Untuk dibuatkan akta jual beli tanah tersebut,
pihak yang memindahkan hak, harus memenuhi syarat yaitu berwenang memindahkan hak tersebut, sedangkan pihak yang menerima harus
memenuhi syarat subjek dari tanah yang akan dibelinya itu, serta harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi. Dan apabila PPAT
dituntut oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan ataupun diminta sebagai saksi di Pengadilan, maka hal tersebut hanya sebatas dimintakan
keterangan sehubungan dengan akta yang dibuatnya, disamping itu PPAT pun dapat meminta perlindungan hukumupaya pembelaan kepada IPPAT
sebagai suatu organisasi profesi dimana ia bernaung. Dalam hal ini, posisi PPAT sebatas sebagai saksi dan PPAT tidak bertanggunggugat atas
ketidakbenaran materiil yang dikemukakan oleh para pihak, apabila kesalahan disebabkan oleh para pihak. Tetapi apabila PPAT terbukti
bersalah, maka ia dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana, juga tidak tertutup kemungkinan dituntut ganti rugi oleh pihak
yang dirugikan secara perdata. 3. Akibat Peraturan Menteri Agraria dan Tata RuangKepala Badan
Pertanahan Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 atas penunjukan wilayah- wilayah tertentu terhadap wilayah di luar yang ditetapkan adalah bahwa
wilayah di luar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri tersebut di atas, masih mengikuti peraturan lama yang mengatur mengenai peralihan Hak
Universitas Sumatera Utara
Guna Bangunan yaitu Pasal 38 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
1996 yang mengatur mengenai peralihan Hak Guna Bangunan yang pada umumnya dapat memakan waktu sekitar 30 hari sampai 1,5 bulan untuk
dapat menyelesaikan proses peralihan Hak Guna Bangunan tersebut dan mendapatkan izinsertifikat Hak Guna Bangunan.
B. Saran