Aktivitas Dakwah Mahrus Amin di Depok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan

(1)

AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK

PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA SELATAN

Oleh :

LILIS NURCHOLISOH

NIM

:

104051001832

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK

PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

LILIS NURCHOLISOH

NIM : 104051001832

Di bawah Bimbingan :

Drs. Wahidin Saputra, MA

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ABSTRAK

Aktivitas Dakwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta

Dakwah Islamiyah merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap umat Islam, termasuk salah satunya adalah seorang kyai. Dakwah merupakan keharusan dalam rangka mengembangkan agama Islam. Dari penjelasan dakwah ada satu fenomena tentang keberadaan kyai dengan berbagai aktivitas dakwahnya di pondok pesantren.

Seseorang yang ingin mengembangkan ajaran Isam tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Kegiatan yang dilakukan seorang kyai merupak agen perubahan social masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang kyai dengan mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah melalui ajaran dakwah yang ia lakukan, salah satunya adalah dengan berbagai aktivitas dakwahnya di pondok pesantren darunnajah.

Penelitian ini ingin mengetahui seperti apa bentuk-bentuk Aktivitas akwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah dan bagaimana pengaruh dakwah KH. Mahrus Amin terhadap masyarakat. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa upaya yang dilakukan KH. Machrus Amin adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan dakwah seperti pengajian ruti, baik harian dan mingguan, mengadakan peringatan mauled Nabi Muhammad saw, dan mengadakan kegiatan Ramadhan. Pengaruh aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin terhadap peningkatan keagamaan masyarakat dapat dikatakan semakin baik dan ada peningkatan untuk memahami ajaran Islam. Mayarakat yang mendalami matri yang diberikandi tempat aktivitas dakwah maka akan semakin mengerti untuk melaksanakan sesuai yang diperintahkan.

Dari upaya-upaya yang dilakukan KH. Machrus Amin dengan mengadakan berbagai kegiatan, dakwah Islamiyahnya dapat berjalan baik sehingga bisa dikatakan cukup berhasil. Keberhasilan yang dirasakan ini karena ada beberapa factor pendukung meskipun ada pula beberapa factor penghambat dan penduung yang dialami. Dari kemajuan dan kemunduran yang terjadi seperti inilah maka seorang juru dakwah dalam menjalankan aktivitas dakwah Islamiyah yang menghadapi segala sesuatu yang terjadi karena semua itu merupakan tantangan demi perjuangannya dalam mensyiarkan ajaran Islam.


(4)

KATA PENGANTAR

¯2Ù{´



­G¡‹+݉ƒo

¯2lµƒo°

Puji syukur Alhamdulillah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Dialah Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti dan memegang teguh ajarannya.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, hambatan dan gangguan hingga terkadang rasa putus asa selalu dirasakan. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan yang sangat berharga dari berbagi pihak akhirnya skripsi dapat terselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih dan pengharaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Murodi, MA., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bapak. Drs. Arief Subhan, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik. Bapak. Drs. H Mahmud Djalal, MA. Selaku Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan. Bapak Ds. Study Rizal LK, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.


(5)

2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Ibu Umy Musyarrofah, MA., selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan. Dan Seluruh staf dan karyawan perpustakaan utama dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan pelayanan dengan baik kepada penulis.

4. Bapak KH. Mahrus Amin selaku pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam memberikan informasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Ayahanda Tercinta Drs. H. Abdullah Rahman, MM., dan Ibunda HJ. Siti Rumbiyah, aku sayang kalian. Terima kasih atas segala jasa dan do’amu, penulis bahagia memiliki orang tua yang selalu memberikan dukungan yang tulus dan sangat berharga untuk penulis demi keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Adik-adikku tercinta, Laily Kamaliyah, Fitrah Awaluddin, Ahmad Fauzan Muslim, Tarich Kamil El-Islami Aziz, yang selalu memberikan semangat dan do’anya.


(6)

7. Sahabat-sahabatku tersayang, Hetty, Nia, Intan, Iskandar, Ayus, Renal, Ray, Kartika yang telah menemaniku selama 4 tahun dan telah memberikan semangat dan dukungan. Terima kasih, penulis takkan lupakan kalian dalam waktu susah maupun senang.

8. Teman-temanku Willy, Lutvi, Ewin, Adnan Jaka, Badru Terima kasih kawanku, kalian penghibur kesedihanku, semoga Allah selalu menyertai kita semua. Sukses selalu buat kalian.

9. Tyo Zulfan Amri, terima kasih telah memotivasi ku untuk menyelesaikan skripsi ini dengan secepatnya.

11. Teman-teman KPI C Angkatan 2004 yang selalu membantu penulis dalam berbagi pengalaman, bertukar fikiran dan juga saling memotivasi, semoga ukhuwah ini akan selalu terjalin selamanya. I LOVE U ALL…

Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis panjatkan do’a, semoga dengan ilmu yang penulis miliki, dapat penulis amalkan dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, semoga Allah selalu memberikan balasan yang setimpal. Amin….

Jakarta, April 2008 M


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... v

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Peneitian ... 4

D. Metode Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II : LANDASAN TEORITIS ... 8

A. Pengertian Aktivitas ... 8

B. Kyai ... 9

C. Pengertian dan Unsur-Unsur Dakwah... 11

D. Bentuk-Bentuk Dakwah ... 26

E. Pondok Pesantren ... 28

1. Pengertian Pondok Pesantren... 28

2. Fungsi Pondok Pesantren ... 28

BAB III : PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA ... 30

A. Profil KH. Mahrus Amin ... 30

1. Riwayat Hidup ... 30

2. Pendidikan... 31

3. Karya-Karya KH. Mahrus Amin... 32

B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta . 32 1. Sejarah Berdirinya... 35


(8)

BAB IV : AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH...

A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin... 37

1. Bidang Dakwah... 38

2. Bidang Sosial ... 39

3. Bidang Pendidikan ... 41

B. Pengaruh Dakwah KH. Machrus Amin ... 43

BAB V : PENUTUP... 46

A. Kesimpulan ... 46

B. Penutup... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan suatu aktifitas yang mulia, ia menjadi kewajiban bagi setiap umat, dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang Islam dan mengajak orang lain agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.1 penyebarluasan ajaran Islam ke seluruh aspek kehidupan bukanlah bergantung kepada misi tertentu akan tetapi setiap orang Islam yang telah mengetahui akan seruan Islam (agama) sudah mepunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah, bersamaan dengan laju dan perkembangan zaman. Dakwah harus mampu mengkondisikan dengan sasaran yang dapat dilihat dari berbagai aspeknya, antara lain : kondisi sosial, ekonomi, budaya dan ideologi yang diyakininya, bahkan tidak hanya itu, suksesnya perubahan dakwah yakni terlihatnya perubahan sasaran (mad’u), terutama didalam peningkatan pengalaman keagamaan, baik yang bersifat

mahdhoh atau ghairu mahdhah, itulah tujuan dari dakwah.

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, maka para pelaksana dakwah (subyek) sebagai bagian terpenting dalam proses dakwah harus benar-benar

1

Ismah Salman, Strategi Dawah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya, (Jakarta :UIN Syahid,2004), h.3


(10)

professional. Kata professional disini paling tidak memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami hal-hal yang berkenaan dengan pengetahan agama Islam.

2. Meresapi dan menghayati ajaran-ajaran agama Islam.

3. Setia mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan dapat menyajikan kepada umat Islam yang baik.

Sementara itu, hal lainnya yang juga perlu mendapat perhatian agar dakwah Islam dapat menyebar dengan baik adalah dengan mengetahui secara tepat kepada siapa dakwah itu ditujukan karena setiap manusia itu tidaklah sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan, status sosialnya dalam masyarakat. Dan dalam banyak hal lainya, yang kesemua ini menuntut agar penyeru dakwah arif akan siapa yang dihadapi dan dengan cara bagaimana ia harus menghadapinya sehingga apa yang ia serukan dapat diterima dengan baik.2

Dakwah merupakan suatu keharusan dalam rangka mengembangkan agama. Dakwah harus dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman sekarang yang sudah maju dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan. Sebab aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap pengajuan agama dan sebaliknya aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada kemunduran agama. Karena adanya hubungan timbal balik seperti itu

2


(11)

maka, dapat dimengerti jika Islam meletakkan kewajiban dakwah diatas setiap pemeluknya.

Bertolak dari penjelasan tentang pelaksanaan dakwah tadi, ada satu fenomena yang harus dicermati dan diperhatikan tentang keberadaan kyai dengan berbagai aktifitas dakwahnya di pondok pesantren. Keberadaan kyai ini memiliki tempat tersendiri, bukan saja menyampaikan dakwahnya, akan tetapi ada hal lain yang membuat masyarakat setempat sangat “mengagungkan” kyai, yaitu kesamaan paham keagamaan dan nilai keberkahan.

Diantara peranan yang cukup penting dari seorang Kyai adalah sebagai agen perubahan social masyarakat menuju tatanan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dilakukan oleh seorang kyai dengan cara mengajak manusia untuk mengikuti jalan Allah SWT melalui ajaran dakwah yang ia lakukan, karena pada dasarnya dakwah adalah merupakan manifestasi iman yang paling utama yang dimiliki seseorang. Sebab dakwah itu tidak lain kecuali menunjukan jalan yang hak kepada segenap insan, menanamkan rasa cinta kepada kebaikan dan benci kebatilan serta kejahatan, dan membawanya keluar dari kebodohan serta kekalutan.3

Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta yang dipimpin oleh KH. Mahrus Amin ini merupakan sarana dakwah Islamiyah, eksistensi pondok pesantren ini cukup dikenal luas di berbagai daerah jakarta maupun diluar jakarta. Lembaga dakwah ini sudah lama didirikan. Adanya kyai yang yang dicintai,

3


(12)

kegiatan-kegiatan rutin yang berdimensi ilahi dapat memberikan suasana baik kepada para jamaahnya.

Atas dasar uraian diatas, maka penulis merasa terdorong untuk mengadakan penelitian seputar kegiatan dakwahnya KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah yang sudah cukup terkenal sehingga penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul skripsi dengan judul “ Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar skripsi ini lebih terarah, penulis merasa perlu membuat batasan masalah yakni dengan menekankan pada peranan KH. Mahrus Amin dalam dakwah Islamiyah melalui pondok pesantren Darunnajah Jakarta Selatan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Seperti apa Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta ?

2. Materi Apa Saja yang disampaikan KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian pada skripsi ini adalah sebagai berikut :


(13)

a. Untuk mengetahui lebih dekat lagi tentang Aktivitas dan bentuk-bentuk aktivitas Dakwah yang dilakukan KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah.

b. Untuk mengetahui metode Pelaksanaan Dakwah KH. Mahrus Amin Di Pondok Pesantren Darunnajah.

2. Manfaat Penelitian : a. Akademis

Dalam penulian skripsi ini diharapkan dapat berguna secara akademis yaitu untuk menambah wawasan keilmuan dakwah, khususnya tentang Aktivitas dakwah untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama di bidang dakwah dan komunikasi.

b. Praktis

a. Bagi penulis untuk mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam dan mengembangkan pemikiran yang berarti

b. Penelitian ini untuk memberikan kontribusi bagi praktisi dakwah, berupa gambaran dakwah yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin.

D. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu kegiatan penelitian yang pencarian faktanya dengan mengembangkan teori-teori yang ada serta melakukan pengamatan langsung di lapangan mengenai objek yang akan kita teliti.


(14)

Tujuan metode ini digunakan adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Disini penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data melalui studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, menelaah buku-buku, majalah, surat kabar dan bahan-bahan informasi lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan skrpsi ini.

2. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dengan metode ini penulis akan mengetahui bagaimana Aktivitas Dakwah KH. Machrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.

3. Interview atau Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara tanya jawab lisan maupun lisan atau komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi.4 dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung dengan orang-orang yang dianggap langsung dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti yaitu KH. Mahrus Amin.

4. Dokumentasi

Dokumentasi, dari kata asalnya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melakukan dokumentasi, yang harus di teliti adalah

4

Roni Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia,1985), cet. Ke.3, h.63


(15)

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, majalah, dokumen dan sumber tertulis lainnya.5 yang penulis butuhkan dalam penelitian ini. E. Sistematika Penulisan

Dalam sitematika penulisan skripsi ini, penulis akan menguraikannya ke dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I Memuat pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Berisi tentang landasan teoritis yang menjelaskan mengenai pengertian aktivitas, Pengertian Kyai, Pengertian dakwah dan Bentuk-bentuk dakwah dan unsur-unsur dakwah, Pengertian Pondok Pesantren dan fungsi Pondok Pesantren.

BAB III Memuat Profil KH. Machrus Amin, meliputi riwayat hidup dan pendidikan dan karya-karya KH. Mahrus Amin, sejarah berdirinya pondok pesantren, visi misi pondok pesantren.

BAB IV Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah. Menjelaskan tentang bagaimana bentuk-bentuk aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah serta metode pelaksanaan dakwah KH. Machrus Amin, Faktor-faktor pendukung dan Penghambat.

BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran

5

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hal.135


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Aktivitas

Aktivitas dalam kamus besar Bahasa Indonesia, “ Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan-kegiatan, kesibukan atau biasa juga berarti kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan tiap bagian dalam tiap suatu organisasi atau lembaga.1

Sedangkan menurut kamus besar Ilmu Pengetahuan, kata aktivitas berasal dari ling: Activity; lat: Activitus: aktif, bertindak, yaitu bertindak pada diri setiap eksistensi atau makhluk yang membuat atau menghasilkan sesuatu, dengan aktivitas menandai bahwa hubungan khusus manusia dengan dunia. Manusia bertindak sebagai subjek, alam sebagai objek manusia mengalih wujudkan dan mengolah alam. Berkat aktivitas atau kerjanya, manusia mengangkat dirinya dari dunia dan bersifat khas sesuai cirri dan kebutuhannya.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aktivitas, kegiatan, atau kesibukan yang dilakukan manusia. Namun, berarti atau tidaknya kegiatan tersebut bergantung pada individu tersebut. Karena, menurut Samuel Soeitoe sebenarnya, aktivitas bukan hanya sekadar kegiatan. Beliau mengatakan

1

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990),cet. Ke-3,h.17


(17)

bahwa aktivitas, dipandang sebagai usaha mencapai atau memenuhi kebutuhan.2

Salah satu kebutuhan manusia adalah menuntut ilmu untuk menjadi pintar. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia harus belajar dengan cara bersekolah atau mengikuti majelis atau tempat-tempat ilmu, membaca buku, berdiskusi, dan kegiatan-kegiatan lain. Ternyata untuk memenuhi satu kebutuhan saja manusia harus melakukan berbagai aktivitas.

Seseorang yang ingin mendalami ilmu agama dan hubungan interaksi masyarakat yang Islami misalnya, tentu ia harus melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membantu tercapainya keinginan tersebut. Seperti membaca buku-buku keagamaan, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan diskusi-diskusi tentang keagamaan dan kemasyarakatan, mengkaji norma-norma ajaran Islam tentang hubungan sesama manusia dan tak kalah pentingnya adalah mengaplikasikan atau menerapkan ajaran atau ilmu yang telah didapatkan ke dalam kehidupan yang nyata.

B. Kyai

Istilah kyai atau bindere, nun, ajengan dan guru adalah sebutan yang semula diperuntukan bagi para ulama tradisional di pulau jawa. Walaupun sekarang kyai sudah digunakan secara umum bagi semula ulama, baik tradisional maupun modern, di pulau jawa.

2


(18)

Kyai adalah sebagai pendakwah atau juru dakwah di lingkungan pesantren ataupun majlis taklim, yang berarti sarjana muslim yang menguasai bidang-bidang tauhid, fiqh dan juga sekaligus seorang ahli sufi. Kyai merupakan unsur yang paling esensial dari suatu pesantren ataupun majlis taklim, bahkan sering kali merupakan pendirinya.

Keberadaan kyai dalam lingkungan sebuah pesantren laksana jantung bagi kehidupan manusia. Intensitas kyai memperlihatkan peran yang otoriter disebabkan karena kyai lah perintis, pendiri, pengelola, pengasuh, pemimpin bahkan juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Oleh sebab ketokohan kyai di atas, banyak pesantren akhirnya bubar lantaran ditinggal wafatnya kyai. Sementara kyai tidak memiliki keturunan yang dapt melanjutkan usahanya.

Kyai dapat juga dikatakan tokoh non-formal yang ucapan dan seluruh perilakunya akan dicontoh oleh komunitas di sekitarnya. kyai berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik (uswah hasanah) tidak saja bagi para santrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas di sekitar pesantren.

Dari penjabaran di atas, jelas terlihat suatu gambaran bahwa kewibawaan kyai dan kedalaman ilmunya adalah modal utama bagi berlangsungnya semua wewenang yang dijalankan. Hal ini memudahkan berjalannya semua kebijakan pada masa itu, karena semua jama’ah taat kepada kyai. Ia dikenal sebagai tokoh kunci, karena kata-kata dan keputusannya dipegang teguh oleh pengikutnya.

Sebagai seorang juru dakwah, kyai tentunya harus memiliki kriteria yang baik mengingat peran seorang kyai di masyarakat akan menjadi


(19)

pandangan dan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Kriteria-kriteria itu antara lain :

1. Iman dan takwa kepada allah

2. Tulus ikhlas dan tidak mementingkan diri pribadi. 3. Ramah dan penuh pengertian

4. Tawadhu (rendah hati) 5. Sederhana dan jujur 6. Sabar dan tawakkal

7. Tidak memiliki penyakit hati.3

Dari kriteria-kriteria di atas, jadi seorang kyai harus bisa melaksanakan peranannya dalam introspeksi, mengarahkan, menyimpulkan dan menggerakkan mad’unya kepada suatu sikap tertentu untuk mencapai tujuan yag telah ditentukan.

C. Dakwah Dan Unsur-unsurnya 1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi perkataan dakwah berarti seruan, ajakan atau panggilan.4 kata dakwah berasal dari kata da’aayad’uuda’watan, yang berarti menyeru, mengajak, memanggil atau mengundang.5

Dakwah dengan arti di atas dapat dilihat dalam ayat Al-Qur’an seperti firman Allah SWT :

3

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas,1983),h.99

4

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-1, h. 31

5


(20)

ْﻮ

ْ أ

ْ و

إ

لﺎ و

ﺎ ﺎ

و

ﻪ ا

ﻰ إ

ﺎ د

ْ

ْ ْا

) .

تﻼ

ا

:

33

(

Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri.

Berdasarkan ayat-ayat di atas dakwah merupakan suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.

Dakwah dalam pengertian ini masih bersifat umum dan luas. Secara definitive dakwah Islam adalah mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunai dan akhirat sesuai dengan surat An-Nahl ayat 125.6

Pengertian dakwah dari segi istilah terdapat beberapa pendapat, di antara pendapat yang mashur adalah :

1. Syekh Ali Mahfuz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin,sebagaiman dikutip oleh Abdul Rasyad Saleh, memberikan definisi dakwah sebagai berikut : “Mendorong manusia agar berbuat kebaikan, menurut petunjuk, menyeru kebaikan, melarang dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.7

6

Toha Yahya Omar, ilmu Dakwah, (Jakarta : Wijaya,1971), h. 1

7

Abdul Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h.8


(21)

2. Menurut Soedirman dalam bukunya Problematika Dakwah di Indonesia, definisi dakwah adalah : “ Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat untuk memperoleh keridhaan Allah SWT.8

Dari beberapa pendapat dan definisi di atas meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan namun dapat diambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Dakwah merupakan penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja untuk mendorong manusia menuju kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Aktivitas dakwah itu berupa :

a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT atau memeluk agama Islam.

b. Amar Ma’ruf, menganjuran berbuat kebaikan dan pembangunan masyarakat.

c. Nahi Munkar, melarang orang melakukan kejahatan yang merugikan diri sendiri dan masyarakat.

3. Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai Allah SWT.

8

Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta : Forum Dakwah, 1971), h. 4


(22)

Dari ketiga kesimpulan tersebut menimbukan dua buah konotasi yang berbeda namun saling terkait antara satu dengan yang lain, yaitu :

Pertama: Dakwah diterjemahkan atau diidntifikasikan dengan ceramah, pidato, khutbah, tabligh, penyiaran agama dan lain sebagainya.

Kedua: dakwah diberi pengertian berbagai aktivitas muslim dalam mengimplementasikan ajaran Islam pada berbagai aspek kehidupan baik lahir maupun batin untuk kesejahteraan dan kebahagiaan (individu – masyarakat) di dunia dan akhirat.

Pengertian pertama inilah yang banyak dipahami oleh masyarakat, karena lewat jalur inilah transformasi ajaran Islam banyak digunakan. Interpretasi di atas tidak bisa disalahkan tetapi mengharapkan perubahan masyarakat tidak cukup hanya dengan ceramah dan khutbah saja, bukankah Allah tida akan merubah kondisi suatu kaum (individu dan komunitas masyarakat) tanpa adanya supaya kolektif yang sungguh-sungguh dari masing-masing anggota masyarakat untuk merubahnya, di sinilah urgensi persoalan dakwah yang haarus di garap secara totalitas dan professional.

Paradigma yang telah melekat dikalangan masyarakat ini, tampaknya hampir tidak pernah memberikan solusi konkrit terhadap persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan krusial di tengah-tengah masyarakat, namun demikian dakwah verbal ini cukup berhasil dalam memberikan informasi ajaran Islam.


(23)

Pemikiran kedua, dapat dilihat dalam konsep dakwah yang dikemukakan oleh Muhammad Natsir yang memiliki pengertian yang lebih luas bukan hanya menyeru dan menyuruh tetapi juga nahi munkar,

melarang orang melakukan tindakan yang tidak dibenaran oleg agama Islam, pada prakteknya nahi munkar ini jauh lebih berat, lebih banyak kritik kadang lebih keras dan bahkan sangat keras. Oleh karenanya dibutuhkan dai-dai yang tegar dan segar yang tahu bagaimana berbicara dan bersifat aktual dengan metode yang tepat, peka terhadap persoalan konkrit, mempunyai pemahaman tentang Islam dan konteks-nya dengan budaya bukan dengan mengulang informasi tentang halal-haram dan dengan cara yang kaku dan penuh ancam.

Konsep dakwah kedua ini menyangkut dua hal yaitu komunikasi dan perubahan social, dan tentunya membutuhkan strategi, teknik, metode pendekatan yang tepat terkait dengan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan berbagai aspek sosial budaya kehidupan manusia.

Meskipun dalam pengertian umum dakwah berarti menyeru atau mengajak, pada prakteknya, implementasi makna tersebut tidaklah mudah. Faktor-faktor yang menghalangi atau merintangi dan cara penyeesaian misi dakwah sangat kompleks dibanding dengan misi organisasi yang berorientasi umum.

Dakwah tidak saja harus mengantisipasi perubahan lingkungan yang ada. Dakwah memiliki dua dimensi yaitu dimensi dunia dan dimensi


(24)

akhirat, pembuktian kebenaran agama dan proses sosialisasinya dalam masyarakat.

a. Unsur-unsur Dakwah 1. Da’i (Pelaku Dakwah)

Yang dimaksud Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk lembaga. Da’I sering disebut kebanyakan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam). Akan tetapi, sebagaiman telah disebutkan pada pembahasan dimuka tersebut sebenarnya lebih sempit dari sebutan da’I yang sebenarnya.

Kata Da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan

Mubaligh (orang yang menyempurnakan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sepit karena masyarakat umum cenderung mengartikan sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.

Untuk mewujudkan seorang da’i yang professional yang mampu memecahkan kondisi mad’unya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh objek dakwah, ada beberapa criteria. Adapun sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh seorang da’i secara umum adalah :

a. Mendalami Al-Qur’an dan sunnah dan sejarah kehidupan Rasul serta khulafaurrasyidin.


(25)

b. Memahami keadaan masyarakat yang akan dihadapi

c. Berani dalam mengungkapkan kebenaran kapan pun dan dimana pun d. Ikhlas dalam menjalankan atau melaksanakan tugas dakwah tanpa

tergiur oleh nikmat materi yang hanya sementara e. Satu kata dengan perbuatan

f. Terjauh dari hal-hal yang menjatuhkan harga diri.

Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-qur’an dan hadist yang memberikan sifat-sifat dan etika yang harus dimiliki da’I. Quraish shihab menambahan bahwa dari masing-masng wahyu pertama Qur’an telah terlihat dengan jelas prinsip-prinsp pokok yang digariskan al-Qur’an bagi manusia pelaku dakwah, yaitu:

a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan tertulis segala hal yang berhubungan dengan masyarakatnya agar dakwahnya selalu segar dan menyentuh, sesuai dengan ayat yang pertama kali turun.

b. Da’i harus siap mental megnhadapi situasi yang akan dialaminya. c. Da’i harus memiliki sikap mental yang terpuji, sadar akan imbalan

yang akan didambakan dari upaya dakwah sesuai dengan surah al-Mudatsir.9

2. Maddah (Materi Dakwah)

Unsur lain selalu ada dalam proses dakwah Maddah atau materi dakwah. Maddah dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang

9


(26)

disampaikan da’I pada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri.oleh karena itu, membahas yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bias dijadikan maddah dakwah itu pada garis besarnya adalah akidah, Syari’ah dan Akhlak.

Karna luasnya ajaran Islam maka setiap Da’i harus selalu berusaha dan terus menerus mempelajari dan menggali ajaran agama Islam serta mencermati tentang situasi dan kondisi social mayarakat, sehingga materi dakwah dapat dterima oleh objek dakwah dengan baik. Namun pada dasarnya materi dakwah itu tergantung dengan dakwah yang hendak dicapai. Materi dakwah sudah tentu prinsip-prinsip ajaran itu sendiri mencakup ibadah, Sri’ah dan muamalah yang meliputi seluruh aspek kehidupan didunia.

Dari semua materi dakwah yang disampaikan itu hendaknya janganlah bersifat normativ seperti terdapat dalam al-Qur’an dan sunnah, tetapi harus juga bersifat empiris dan operasonal. Sehingga materi dakwah yang disampaikan baik scara kiasan maupun tulisan tentang permasalahan pemahaman ajaran keagamaan, hendak ada keseimbangan antara dimensi esoteris agar pola kehidupan keagaman umat tidak bersifat formalistic dan ritualistic belaka, sehingga terdapat sikap keselarasan antara sikap batin dan prilaku. Sehingga apa yang dapat dikatakan materi dakwah itu paling tidak yang harus diperhatikan seorang da’i.


(27)

3. Mad’u

Kita tahu bahwa misi yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang berupa agama Islam adalah untuk seluruh umat manuia, baik ia telah menemui beliau atau tidak, stu bangsa dengan beliau atau berlainan kebangsaannya, lain halnya para nabi yang tulu semata-mata hanya untuk bangsa tertentu dan waktu tertentu pula (kaumnya).

Unsur ketiga ini adalah Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupu sebagai kelompok, baik manusia yang beragam Islam ataupun bukan, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan. Kepada manusia yang belum beraga Islam, dakwah bertujuan mengajak mereka mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-orang yang telah beragama Islam, dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas iman, Islam dan ihsan. Mereka yang menerima dakwah ini lebih tepat diebut mitra dakwah dari ada disebut objek dakwah, sebab yang kedu lebih mencerminkan kepasifan penerima dakwah, padahal dakwah sebenarnya adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan berfikir tentang keimanan, suyari’ah dan akhlak kemudian untuk di upayakan untuk di hayati dan di amalkan bersama-sama.

Al-Qur’an mengenlkan kepada kita beberapa tipe mad’u,. secara umum, mad’u terbagi menjadi tiga, yaitu mu’min, kafir dan munfik. Didalam al-Qur’an selalu di gambarkan bahwa sikap rasul menyampaikan


(28)

risalah, kaum yang dihadapinya akan terbagi 2, mendukung dakwah atau menolak dakwah.

Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga dijelaskan : yang dimaksud dengan mad’u adalah orang yang menerima pesan dari da’I dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan objek dakwah (dalam bahasa arab disebut mad’u), yang di ajak.

Objek dakwah di klasifikasikan menurut :

a. Bentuk masyarakat, bentuk ini dapat kita bagi berdasarkan letak geografis, seperti masyarakat kota, desa dan primitive.

b. Aqidah, dan kacamata aqidah manusia terbagi muslim dan non muslim.

c. Status social, pada dasrna statifikasi social ini, terbagi pada : pejabat, rakyat jelata, Kaya dan miskin.10

Da’i yang tidak memiliki kemampuan yang cukup tentang masyarakat yang akan menjadi mitra dakwahnya adalah calon-calon da’I yang mengalami kegagalan dakwahnya jika hal di atas telah dikuasai, maka da’I hanya menunggu hasil dari semuanya.

4. Tujuan Dakwah

Setiap aktivitas, usaha kegiatan mempunyai tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang ingin dicapai dalam kadar tertentu dengan segala usaha yang dilakukan. Tujuan proses dakwah merupakan landasan

10


(29)

seluruh aktivitas-aktivitas dakwah yang akan dilakukan. Tujuan juga merupakan penentu sasaran strategi dan langkah-langkah operasional dakwah selanjutnya, tanpa adanya tujuan yang jelas, pekerjaan hanya terhitung sia-sia. Tujuan memiliki empat batasan, yaitu hal hendak dicapai, jumlah atau kadar yang diinginkan, kejelasan yang ingin dicapai dan ingin di tuju.11

Demikian dengan kegiatan dakwah, merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan memberi arah, pedoman, metode bagi aktivitas dakwah, tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia. Oleh karena itu juru dakwah harus memahami tujuan akhir dari semua kegiatan dakwah yang dilaksanakan.

Menurut Rofi’udin, S.Ag dan Dr. Maman Abdul Djaliel dalam buku Prinsip dan Strategi Dakwah, menyatakan bahwa tujuan dakwah adalah “mengajak manusia ke jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak. Agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.12

Pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Toto Tasmara, bahwa tujuan dakwah adalah untuk menegaskan ajaran Islam kepada setiap insani

11

Abdul Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakart: Bulan Bintang, 1986), cet. II. H. 8-9

12

Rofi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan strategi dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001) cet, 2. h. 32-33


(30)

baik individu maupun masyarakat sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam tersebut.13

Dakwah memiliki tujuan yang berorientasi kepada perilaku manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai tujuannya manakala ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun oran agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direalisasikan dengan sempurna. Bahkan diutsnya Nabi akhir zaman adalah untuk menyempurnakan akhlak, seperi sabda Rasulullah SAW:

ْﺜ ﺑ

ﺎ إ

قﻼْﺧﺄْا

مرﺎﻜ

ﺎ ﺄ

Artinya : “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak. “(HR. Imam Malik)

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah terealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini, sehingga mendatangkan sisi positif berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia hingga di akhirat.

5. Metode Dakwah

Ialah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.14

Metode dakwah sangat diperlukan dalam proses dakwah guna keberhasilan dan perkembangan dakwah Islamiyah, karena metode merupakan komponen terpenting dalam menentukan suatu kegiatan. Salah

13

Toto Tasmara, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. Ke.1, h.34

14

Munzier Suparta dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta,2003), h.16


(31)

satu faktor berhasil tidaknya suatu kegiatan di dukung oleh ketepatan metode yang digunakannya, tanpa metode dakwah yang tepat dan sesuai dengan kontekstualisasinya sulit rasanya perkembangan dakwah akan berhasil dengan baik, sebab kompleksitas dan heterogenitas masyarakat saat ini sangat tinggi.

Menurut Slamet Muhaemin Abda, metode dakwah pada umumnya terbagi pada beberapa segi, yaitu sebagai berikut:

a. Metode dari segi cara, yaitu :

1) Cara tradisional, termasuk didalamnya adalah system ceramah umum, cara ini marak dilakukan oleh masyarakat luas.

2) Cara modern, termasuk dalam metode ini adalah diskusi, seminar dan sejenisnya.

b. Metode dari segi jumlah audiens, yaitu:

1) Dakwah Perorangan, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap perorangan secara langsung ( Face to Face atau Privat)

2) Dakwah Kelompok, yaitu dakwah yang dilakukan terhadap kelompok tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya, seperti kelompok pengajian, karang taruna, organisasi dan lain-lain.

c. Metode dari segi pelaksanaan, yaitu:

1) Cara langsung, yaitu dakwah yang dilakukan dengan cara tatap muka antara komunikator dengan komunikannya.

2) Cara tidak langsung, yaitu dakwah yan dilakukan oleh media seperti televisi, radio, penerbitan-penerbitan internet dan lain-lain.


(32)

d. Metode dari segi penyampaian isi, yaitu :

1) Cara serentak, cara ini dilakukan untuk pokok-pokok bahasan yang praktis dan tidak terlalu banyak aitannya dengan masalah-masalah lainnya. (Fokus terhadap suatu permasalahan)

2) Cara bertahap, cara ini dilakukan terhadap pokok-pokok bahasan yang banyak kaitannya dengan masalah ini, sehingga diperlukan waktu yang relative panjang, maka kegiatan ini harus dilakukan secara kontinu (terus menerus).14

6. Media Dakwah

Agar dakwah yang dilakukan lebih sinergis, cepat dan tepat tentunya berbagai bentuk komponen dakwah tidak bias dipisahkan. Salah satu komponen yang terpenting dalam suatu proses dakwah adalah penggunaan media sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah, dalam kaitan inilah komponen-komponendakwah harus terus diberdayakan agar dapat menghasilkan guna bagi masyarakat.

Bila dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu

medium yang artinya alat perantara, sedangkan pengertian istilahnya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.15

Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapa tujuan dakwah yang telah

14

Slamet Muhaemin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. Ke.1,h. 80-87

15


(33)

ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang, atau material, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.

Sebenarnya media dakwah bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu system yang terdiri dari beberapa koponen yang saling terkait dalam mencapai tujuan, maka media dakwah mempunyai peranan atau keduukan yang sama pentingnya dengan komponen lain. Apabila dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki asa efektivitas dan fisisen, media dakwah menjadi tampak jelas peranannya.

Dengan mengertahui pengertian media dan dakwah tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media juga berarti alat objektif yang menjadi saluran yang menghbungkan antara ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan menjadi urat nadi dalam kegiatan dakwah.

Media sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengembangkan dakwah saat ini. Apakah itu berbentuk media cetak maupun elektronik. Walaupun instrument berupa podium atau mimbar tetap ada, akan tetapi kemajuan pesat industri komunikasi serta media massa telah menyodoran kemajuan-kemajuan media dakwah yang sangat luas dan canggih, untuk itu perlu ada penyesuaian dari suatu kondisi tabligh ke kondisi yang lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini.


(34)

Menurut Adi Sasono, jika dilihat dari segi sifatnya, media dakwah dapat digolongkan mnjadi dua golongan yaitu:

a. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan iidepan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sift komunikasi seperti: drama, pewayangan, ketoprak humor dan lain-lain.

b. Media modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi yang antara lain seperti: televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain dan sebagainya.16

D. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah

Aktivitas dakwah yang dilakukan oleh para pelaku dakwah tentunya sangat beragam. Pada saat ini aktivitas tersebut semakin variatif seiring dengan dinamika masyarakat. Hampir-hampir bias dikatakan tidak ada satu kegiatan pun yang ada dalam masyarakat yang tidak ada di dalamnya unsur dakwah. Bahkan, para sutradara film, penyanyi, aktris ataupun aktor menyatakan bahwa kegiatan yang mereka lakukan mengandung unsur dakwah, meskipun terkadang dalam realitasnya apa yang mereka lakukan ternyata bertentangan dengan dakwah itu sendiri.

Aktivitas dakwah yang merupakan operasionalisasi dari dakwah yang dilakukan para pelaku dakwah dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu :17

16

Adi Sasono, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta:Gema Insani Press,1998), h.154

17


(35)

1. Dakwah bi al-lisan

Dakwah bi al-lisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan, dapat berupa ceramah, symposium, diskusi, khutbah, sarasehan, dan lain sebagainya.

2. Dakwah dengan tulisan

Dakwah dengan tulisan adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk pamphlet, lukisa-lukisan, bulletin dakwah, dan lain sebagainya.

3. Dakwah bi al-hal

Dakwah bi al-hal adalah dahwah melalui perbuatan nyata seperti perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia. Dakwah ini dapat berupa pendirian rumah sakit, pendirian panti dan pemeliharaan anak yatim piatu, pendirian lembaga pendidikan, pendirian pusat pencarian nafkah seperti pabrk, pusat perbelanjaan, kesenian dan lain sebagainya.

Dakwah bi al-hal pada dasarnya adalah aktivitas dakwah yang paling efektif dari ketiga aktivitas dakwah di atas. Hanya saja, sebagian besar umat Islam kuang memperhatikan efektifitas dakwah dengan cara ini, sehingga merasa lebih suka berdakwah bi al-lisan.


(36)

E. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pondok pesantren terdiri dari dua suku kata yaiu pondok dan pesantren, kata pondok berasal dari bahasa arab Funduqun, yang memiliki arti hotel atau penginapan.18

Mastuhu mendefinisikan Pesantren sebagai lembaga Islam tradisional untuk mempelajari, memahami, mendalai, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral agama.19

Sementara itu dalam Kamus Bahasa Indonesia, mendefinisikan bahwa pondok artinya “madrasah (asrama tempat tinggal mengaji, tempat belajar agama dan sebagainya).20

Dari keterangan di atas dapat dirumuskan tentang pengertian pondok pesantren; tempat orang-orang atau para pemuda meginap (bertempat tinggal) yang dibarengi dengan suatu kegiatan untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.dengan memberi tekanan pada keseimbangan antara aspek ilmu dan prilaku.

2. Fungsi Pondok Pesantren

Pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan lembaga social, juga sebagai fungsi lembaga penyiaran agama Islam yang yang

18

Ahmad Warson Munawir, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia( Surabaya : Pustaka Progressif,1997), hal.1073

19

Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS,1994), hal.55

20


(37)

mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme walaupun dengan cara “uzlah” atau menutup diri.21

Fungsi lainnya yaitu sebagai instrument untuk tetap melestarikan ajaran–ajaran Islam dibumi nusantara, karena pesantren mempunyai pengaruh yang kuat dalam membntuk dan memelihara kehdupan social, cultural, politik keagamaan dan lain sebagainya. Oleh karena itu antra fungsi Pondok Pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya tidak bias dipisahkn yakni untuk mensukseskan pembangunan nasional, karena pendidikan di negara kita diharapkan agar terciptanya manusia yang bertakwa, mental membangun dan memiliki keterampilan dan berilmu pengetahun sesuai dengan perkembangan zaman.

21

M.Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat Dalam Perspektif Pesantren” Dalam Pergulatan Dunia,1985),hal VII


(38)

BAB III

PROFIL KH. MAHRUS AMIN DAN GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA

A. Profil KH. Mahrus Amin 1. Riwayat Hidup

Nama Lengkapnya adalah Machrus Amin. Orang tua, saudara, teman-teman memanggil beliau Mahrus. Beliau lahir di desa kalibuntu, ciledug. Pada tanggal, 14 Februari 1940, ia lahir dari keluarga ulama. Ayahnya bernama Casim Amin, ayahnya adalah keturunan kawu (setingkat lurah) yang bila di singkat adalah keturunan wirasuta, salah satu anak cucu Syarif Hidayatullah, tokoh Islam di jawa barat pada masa lalu. Dan ibunya bernama Hj. Jamilah, berasal dari cirebon. Ibunya adalah cucu kyai idris, seorang ulama pemimpn pondok pesantren Lumpur di desa Lumpur, brebes. Bersama Kyai Ismail yang dikenal sebaga ahli hikmah dan juga saudara Kyai Idris, Keduanya adalah ulama yang berpengaruh di kawasan Losari.

Beliau lahir dari keluarga ulama. Meski bukan ulama, ayah beliau saat muda pernah belaar dan menjadi murid Kyai Mahrus ali Gedongan dari Gedongan, Cirebon. Beliau adalah idola bagi ayah. Begitu kagumnya pada Kyai Mahrus, ayahnya pernah bercerita kalau semasa mudanya bercita-cita untuk memiliki anak lelaki yang diberi nama Mahrus.


(39)

Harapannya bias menjadi orang yang bermanfaat kelak seperti Kyai Mahrus Ali Gedongan.

Mahrus Amin di kenal dengan akhlaknya yang tinggi, baik terhadap kawan maupun terhadap orang yang tidak suka padanya. Semuanya di hadapi dengan ramah tamah dan sopan santun yang tinggi terlebih lagi kebaktian beliau terhadap orang tuanya yang sangat luar biasa. Di usianya yang ke 26 tahun Mahrus Amin menikahi seorang wanita yang bernama Hj. Sumiyati pada tanggal 13 Agustus 1965. hingga saat ini ia di karuniai 4 orang anak dan 12 cucu.1

2. Pendidikan

Mahrus Amin muda mulai mengenal pendidikan pondok pesantren dengan menjadi santri Pondok Modern Gontor. Pada 1953. selepas menyelesaikan tingkat Kulliyatul Muallimin Al Islamiyah di Gontor pada 1961. Mahrus mengajar Madrasah Ibtidaiyah Raudhatul Athfal di petukangan, Jakarta Selatan. Tahun itu juga ia di percaya memimpin madrasah tersebut yang berganti nama menjadi Balai Pendidikan Darunnajah Petukangan.

Kepiawaiannya memimpin lembaga pendidikan menarik minat KH. Abdul Manaf Mukhayyar yang memberinya restu merintis Pondok Pesantren Darunnajah di Ulujami. Setelah melalui berbagai kendala, pesantren berdiri pada 1 April 1974 di atas tanah wakaf seluas 5 hektar. Bersama KH. Abdul Manaf dan H. Kamaruzzaman, ketiganya

1

Wawancara Pribadi oleh KH. Mahrus Amin Pada Tanggal 21 April 2008 di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.


(40)

mengembangkan Pondok Pesantren Darunnajah hingga memiliki puluhan pesantren cabang dan binaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain aktif di dunia pesantren, KH. Mahrus Amin juga bergiat dalam aktivitas dakwah dengan menjadi pengurus MUI DKI Jakarta, Yayasan Annajah, Badan Koordinasi Muballigh Indonesia (Bakomubin) dan lain-lain.2

3. Karya-karyanya

Sebagai seorang Kyai, Mahrus Amin hanya mampu menyampaikan dakwahnya melalui lisan, tetapi juga dengan karya penanya. Meski karya tulis KH. Mahrus Amin tidak terlalu banyak, namun buku-buku yang di luncurkan ditengah-tengah Pondok Pesantren Darunnajah banyak ditunggu. Dan beberapa macam judul karya Pena yang telah diluncurkan oleh KH. Mahrus Amin adalah sebagai berikut :

a. Sumbangan Pondok Modern gontor dalam Pembangunan Masyarakat Islam.

b. Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin

c. Buku-buku bimbingan Do’a yang beliau tulis untuk para santri d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.

B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah

Pondok Pesantren Darunnajah mempunyai beberapa periode peningkatan pertama, periode cikal bikal (1940-1960), dimana sebelumnya

2

KH. Machrus Amin, KH. Machrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta Group DANA,2008) hal.3


(41)

adanya tanah wakaf di ulujami, Bapak KH. Abdul Manaf selaku pendiri pondok pesantren ini, telah mempunyai madrasah Al-Islamiyah di Petunduan Palmerah tapi kemudian tahun 1960 didirikan yayasan Kesejahteraan Masyarakat Islam (KMI) dengan tujuan agar di atas tanah tersebut didirikan pesantren, pondok inilah yang disebut dengan “cikal bakal” modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.

Kedua, Periode Rintisan (1961-1973), periode ini berlangsung kurang lebih 12 tahun di mulai tahun 1961, Bapak KH. Abdul Manaf membangun gedung lokal di atas tanah wakaf, kemudian untuk pegelola pendidikan di serahkan kepada ustad Machrus Amin, sebagai alumnus KMI Gontor. Dan pada tanggal 1 Agustus 1961 ustad Machrus Amin mulai membina Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1964 dibuka TK dan Tsanawiyah Darunnajah, pada periode ini begitu banyak tantangan yang menghadang, sehingga usaha membangun pesantren belum terwujud, tetapi dengan usaha tersebut di atas yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf pesantren dari berbagai rongrongan, inilah factor yang sangat obyektif mengapa Bapak KH. Abdul Manaf mempertahankan tanah wakaf ini, yakni agar terciptanya pembangunan Pondok Pesantren Darunnajah diatas tanah tersebut.

Pada periode ketiga, adalah periode pembinaan dan penataan (1974-1987), pada tanggal 1 april 1974, untuk kesekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah hanya mengasuh tiga orang santri, sementara tsanawiyah petukangan di pindahkan ke ulujami untuk meramaikannya. Pada periode inilah di tata kehidupan Pondok Pesantren Darunnjah, dimana


(42)

aktivitas santri dan kegiatan pesantren di sesuaikan dengan jadwal waktu salat, menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri, meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk lembaga Ilmu Al-Qur’an (LIQ), Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Dakwah dan Pengembangan Masyarakat (LDPM) dan Beasiswa Ashabunnajah (kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah) untuk kader-kader Darunnajah.

Periode keempat, Periode pengembangan (1987-1993), Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, Pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangu seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Smpai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41.

Periode kelima, Periode Dewan Nazir (1994-sekarang), Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relaif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di indonesiadan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah brumur lebi 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selaa ini, berusahamerapihkan dan meremajakan pengurus yayasan.

Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di ulujami Jakarta KH. Abdul Manaf Mukhayyar, Drs. KH. Mahrus Amin, dan Drs. H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipinang Bogor seluas 70 ha, mengikrarkan wakaf


(43)

kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994.

Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas Islam.3 2. Visi Misi Pondok Pesantren

Adapun visi dari Pondok pesantren Darunnajah adalah membina insan terdidik yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT, berakhlak mulia, mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif serta menyiapkan calon pemimpin masa depan.

Sedangkan Misi Pondok Pesantren sebagai tempat untuk menggembleng generasi muda agar menguasai ilmu agama. Setiap santri yang di didik minimal mampu mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan keluarganya.

Diharapkan dari pesantren akan lahir ulama-ulama ahli agama yang menjadi tempat bertanya bagi masyarakat. Ulama-ulama yang mampu memberikan fatwa tentang malah-masalah yang dihadapi pada masanya. Maka dari itu santri tidak cukup hanya belajar selama enam tahun saja. Tapi harus bertahun-tahun.

3


(44)

Pondok pesantren mempunyai misi untuk mengadakan pengkaderan umat untu menjadi pmuka agama yang menjadi panutan masyarakat dalam kehidupan Islam. 4

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

نﻮ ْﺆ ْا

نﺎآ

ﺎ و

ْ ﻬْ

ﺔ ْﺮ

آ

ْ

ﺎ ْﻮ

ﺔ ﺎآ

اوﺮ ْ

ْ ﻬ

ْ ﻬْ إ

اﻮ ﺟر

اذإ

ْ ﻬ ْﻮ

اورﺬْ و

ﺪ ا

اﻮﻬ

ﺔ ﺋﺎﻃ

نورﺬْ

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. Attaubah:122)

Di dalam Negara yang sedang membangun, dibutuhkan manusia-manusia yang pandai dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk sekelompok orang-orang yang memperdalam ilmu agama atau ulama-ulama yang merupakan pewaris para Nabi.

4


(45)

BAB IV

ANALISIS AKTIVITAS DAKWAH KH. MAHRUS AMIN DI

PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH JAKARTA

A. Bentuk-bentuk Aktivitas Dakwah KH. Mahrus Amin

Pada hakekatnya Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu pelaksanaan kegiatan aktivitas dakwah yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual dan Sosio-kultural, dalam rangka mengusahakan ajaran Islam dalam semua segi kehiupan dengan mempengaruhi cara-cara tertentu.

KH. Mahrus Amin melakukan aktivitas dakwahnya, secara garis besar meliputi : Dakwah Bi-Haal, Dakwah Bil-Qalam dan dakwah Bi-Lisan.

1. Dakwah Bil-Lisan di antaranya: a. Melalui Tabligh-Tabligh b. Peringatan Hari Besar Islam c. Pengajian Rutin

2. Dakwah Bil-Qalam, adapun dakwah yang dilakukan KH.Mahrus Amin dengan menerbitkan buku-buku keagamaan yang berkaitan dengan dakwahnya di Pondok Pesantren Darunnajah.

3. Dakwah Bil-Haal diantaranya :

Dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sekitar pesantren sebagai objek dakwah


(46)

sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, adapun cara dakwah Bil-Haal yang telah dilakukan oleh KH. Mahrus Amin adalah sebagai berikut : a. Penyembelihan hewan Quran

b. Pemberian Zakat

c. Pembinaan pengasuhan Anak Yatim Piatu

Perwujudan Dakwah menurut KH. Mahrus Amin bukan sekedar peningkatan pemahaman keagamaan tetapi menuju kepada pelaksanaan ajaran agama Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan baik bidang politik, social, ekonomi, maupun budaya.5 secara umum aktivitas KH. Mahrus Amin yang dilaksanakan di Pesantren Daunnajah dapat diuraikan lebih jauh sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Dakwah melalui Peringatan hari-hari besar Islam. Pada peringatan hari-hari besar Islam, biasanya KH. Mahrus Amin mengisi acara ini dengan ceramah atau nasehat keagamaan, ceramah atau nasehat yang dsampaikan oleh KH. Mahrus Amin sangat penting artinya sebagai bagian pembinaan yang biasa dilakukan KH. Mahrus Amin kepada para santri dan masyarakat disekitar Pondok Pesantren., meskipun bukan berarti bahwa pembinaan melalui peringatan hari besar Islam akan merubah secara drastis perilaku atau kebiasaan masyarakat yang kurang sejalan dengan ajaran Islam dan mampu membangkitkan semangat

5 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok


(47)

Islam. Beliau juga selalu menyampaikan pesan-pesan dakwah pada acara tersebut dngan materi yang berbeda-beda setiap tahunnya.

Dari salah satu kegiatan dakwah KH. Mahrus Amin inilah jamaah yang datang selalu bertambah, sikap antusias para jamaah menjadikan peringatan hari-hari besar di Pondok Pesantren sebagai perayaan yang wajib mereka hadiri.

Peringatan hari-hari besar Islam dilaksanakan secara terbuka yang tidak hanya dihadiri oleh para santri tetapi juga tidak tertutup bagi warga sekitar atau warga diluar lingkungan untuk memperingati hari besar tersebut. Pesantren Darunnajah memperingati hari besar Islam, seperti Tahun Baru Hijriyah yang jatuh pada tanggal 1 Muharram, Maulid Nabi pada tanggal 12 Rabiul Awal, Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 27 Rajab.

Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa kegiatan ini cukup berhasil dalam rangka melaksanakan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keianan dan keaqwaan serta memererat ukhuwah Islamiyah jamaah yang direalisasikan dalam pengamalan ajaran-ajaran Islam.

2) Pelaksanaan Dakwah melalui Pengajian Rutin

Salah satu yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin bertujuan untuk meningkatkan keagamaan, yaitu salah satunya dengan


(48)

mengadakan pengajian ibu-ibu di sekitar pesantren. Yang dilaksanakan pada hari Senin pada pukul 13.00 ba’da zuhur sampai dengan pukul 15.00.

Kegiatan ini diikuti 150 Jama’ah, Jama’ah selalu aktif menghadiri pengajiannya, pengajian tersebut diakukan di masjid lingkungan Pondok Pesantren. Adapun materi yang diberikan pada pengajian ini yaitu lebih condong membahas tentang aqidah, karena materi ini menurutnya sangat penting sekali untuk menguatkan aqidah muslim yang sedang goyah.1

Dari hasil wawancara penulis dengan KH. Mahrus Amin, para jamaah di pengajian rutin memiliki subyektivitas tersendiri tentang materi yang diminati. Hal ini terjadi karena tidak terlepas dari bagaimana peran KH. Mahrs Amin dalam menajikannya. Dari materi-materi yang disampaikan, meski dengan menggunakan metode yang sama namun para jamaah lebih minat kepada materi yang berkenaan dengan masalah keimanan dan disusul kemudian dengan materi-materi yang lain.

Adapun tujuan dari dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah adalah sebagai berikut :

a. Mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan mengembangkan dunia dakwah

1

KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok Pesantren Darunnajah


(49)

b. Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap perubahan dan kebutuhan masyarakat terhadap aktvitas dakwah.

Hal lain yang perlu dicermati adalah tentang keberhasilan dakwah Islamiyah KH. Mahrus Amin, karena bagaimanapun banyaknya materi yang diberikan jika dalam penyampaian kurang baik maka jamaah akan sulit memahami dan hasil yang didapatkan juga kurang baik.

Dari hasil penelitian, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah selama ini dapat dikatakan berhasil. Keberhasilan seperti ini tentunya juga karena tida terlepas dari peran KH. Mahrus Amin yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, subyek dakwah ia sangat komunikatif, mampu menyampaikan materi dengan baik dan jamaah juga mudah dalam memahaminya.

a. Bidang Sosial

Zakat adalah sebagai harta kekayaan yang diambil dari milik sesorang yang punya dan diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada orang yang berhak. Selain itu, zakat merupakan salah satu sendi dari ajaran Islam.

Aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin dalam bidang social di Pondok Pesantren Darunnajah merupakan suatu perwujudan dari kepedulian beliau terhadap masyarakat yang berada disekitar pesantren


(50)

atau masyarakat yang jauh dari pesantren. Beberapa bentuk kegiatan social yang dilakukan pesantren Darunnajah adalah sebagai berikut: 1) Menyalurkan Zakat Fitrah atau zakat mal kepada para mustahik

atau orang yang berhak menerima zakat.

Agama Islam merupakan agama yang universal. Dari hal yang terkecil sampai yang besar dibahas dalam agama Islam, salah satunya adalah membahas tentang perlakuan seorang muslim terhadap anak yatim piatu, dimana seorang muslim diperintahkan untuk menjaga dan memelihara mereka. Sebagaimana Allah SWT terangan dalam QS. Al-Mauun ayat 1-7 yang berbunyi :

ﺎﺑ

بﺬﻜ

يﺬ ا

ْأرأ

.

ْا

عﺪ

يﺬ ا

ﻚ ﺬ

.

ﺎ و

ﻜْ ْا

مﺎ ﻃ

.

ْ

ْﻮ

.

ﺬ ا

نﻮهﺎ

ْ ﻬ ﺎ

ْ

ْ ه

.

نوءاﺮ

ْ ه

ﺬ ا

.

نﻮ ﺎ ْا

نﻮ ْ و

) .

نﻮ ﺎ ا

:

1 -7

(

Artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?Itulah orang yang menghardik anak yatim, Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,Orang-orang yang berbuat riya Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Maun)

Dalam pengelolaan zakat, KH. Mahrus Amin turut serta menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak menerimanya. Terutama kepada fakir miskin, anak yatim piatu, ibu-ibu jompo yang berada dilingkungan sekitar pondok pesantren.


(51)

Adapun metode yang digunakan KH. Mahrus Amin dalam aktivitas dakwah Islam di Pondok Pesanren Darunnajah adalah sebagai berikut :

1. Tanya Jawab

Tanya Jawab disini yaitu penyampaian materi dengan cara KH. Mahrus Amin (Pembimbing) mengajukan pertanyaan dan santri menjawabya atau sebaiknya mengenai suatu masalah yang dirasakan atau belum dimengerti, cara ini dilakukan agar anak asuh bersifat kritis untuk memahami materi atau masalah yang di hadapi.

2. Ceramah

Metode ini digunakan pada saat perayaan hari besar Islam di Pondok Pesantren, Pengajian Bulanan, Perayaan Milad Pondok Pesantren Darunnajah dalam pemberian materi KH. Mahrus Amin menggunakan metode ini.

3. Diskusi

Diskusi yang di maksud yaitu didalam mempelajari atau menyampaikan bahan materi dengan cara mendiskusikannya. Metode ini dilakukan oleh sesama anak asuh dan dengan KH. Mahrus Amin (pengajar). Para santri diperbolehkan untuk mengeluarkan pendapat untuk menemukan jawaban dari masalah yang sedang dibahas.

Segala tujuan hendak dicapai oleh seseorang sudah pasti ada sesuatu yang mendukung untuk sampai kepada apa yang di cita-citakan. Namun tiada tertutup kemungkinan akan menemukan hambatan-hambatan dan semua itu adalah proses pembelajaran bagi seseorang yang akan


(52)

menuju puncak kesuksesan. Seperti Filosofi sebuah pohon, apabila pohon tersebut semakin tinggi maka terpaan angin akan semakin kuat begitu juga manusia semakin tinggi derajat seseorang maka hambatan dan rintangan akan semakin besar.

KH. Mahrus Amin dalam perjuangannya untuk meninggikan visi dan misi dakwah untuk kembali kepada Kalimatu ulya atau untuk meninggikan agama allah dan beliau sering kali mendapat dukungan dari berbagai pihak dan yang pertama kali menduung beliau adalah keluarganya tanpa dukungan dari keluarga maka beliau tidak akan menjalankan apa yang di cita-citakan.

Dan dukungan yang kedua beliau adalah Adanya peningkatan tentang jumlah jama’ah yang hadir. Peningkatan ini dilihat dari sejumlah kegiatan-kegiatan dakwah yang diadakan KH. Mahrus Amin dengan dihadiri jama’ah yang selalu bertambah. Karena masih banyaknya umat yang sadar bahwa dirinya butuh akan siraman rohani. Sehingga dakwah yang beliau jalani selalu mendapat dukungan dari masyarakat khususnya di sekitar pondok.

Walau bagaimanapun kemudahan yang beliau dapat pasti menemukan hambatan-hambatan begitu pula KH. Mahrus Amin, beliau juga terkadang menghadapi berbagai hambatan dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Adapun hambatan yang beliau hadapi yaitu:


(53)

a. Hambatan yang dihadapi oleh KH. Mahrus Amin, beliau harus memberi pengertian kepada masyarakat khususnya para wali santri yang belum mengerti pendidikan di pesantren.

b. Keuangan juga menjadi fakor penghambat aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin. Minimnya dana menjadikan aktivitas dakwah tidak berjalan secara efektif. 2

Adapun solusi dari semua hambatan yang ada KH. Mahrus Amin dapat optimis berjuang dengan kemampuan yang ada ia bersama keluarga serta masyarakat dan para dermawan yang simpati dengan kegiatan dakwah beliau menghimpun dana bersama-sama dengan suka rela tanpa dipaksa dan semua itu berjalan dengan baik sesuai dengan harapan bersama.

2

Wawancara Pribadi oleh KH. MAhrus Amin, 21 April 2008, Di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas serta sesuai dengan perumusan masalah yang telah penulis tetapkan di awal pembahasan skripsi ini, dapat penulis tarik kesimpulan sebagai hasil penelitian sebagai berikut :

4. KH. Mahrus Amin melakukan aktivitas dakwahnya yang ditujukan kepada santri maupun kepada masyarakat sekitar. secara garis besar meliputi : Dakwah Bi-Haal, Dakwah Bil-Qalam dan dakwah Bi-Lisan. Tetapi yang lebih dominan yaitu dakwah bil-haal yang dilakukan oleh KH. Mahrus Amin di antaranya:

d. Melalui Lembaga Pendidikan e. Melalui Tabligh-Tabligh f. Peringatan Hari Besar Islam g. Pengajian Rutin

2. Ada 3 (tiga) Kategori metode pelaksanaan dakwah yang dilakukan KH. Mahrus Amin, yaitu : a). metode Tanya jawab, KH. Mahrus Amin mengajukan peranyaan dan santri menjawabnya ; b). Metode ceramah, pemberian materi pada hari besar Islam, Pengajian rutin, Perayaan Milad Pondok Pesantren Darunnajah ; c). Metode diskusi, metode ini dilakukan oleh sesama anak asuh (santri) dan dengan KH. Mahrus Amin untu mengeluarkan pendapat.


(55)

B. Saran-saran

Peneliti mengemukakan beberapa saran yang berhubungan dengan aktivitas KH. Mahrus Amin kepada para pembaca yaitu:

1. Semakin aktif untuk menjalanan dakwah di Pondok Pesantren Darunnajah dan masyarakat sekitar dalam penyampaian pesan dakwah. Masyarakat sekitar Pondok Pesantren dan pihak lainnya dapat membantu dalam pelaksanaan dakwah tersebut, sehingga bias dilakukan dengan yang lebih efektif.

2. Saat ini umat Islam sedang dihadapkan dengan tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, ada baiknya jika materi dakwah yang ingin anda sampaikan sesuai dengan probematika yang sedang dihadapi umat Islam (kontekstual).

3. Diharapkan kepada para kyai yang sering kali di hujjah oleh masyarakat dapat menjadikan KH. Mahrus Amin contoh teladan Kyai yang ideal yang sangat diperlukan oleh umat saat ini adapun segala kekurangan yang beliau miliki kita kembalikan kepada Allah karena Dia-lah penentu.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abda, Slamet Muhaemin, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), cet. Ke.1,h. 80-87.

Affandi, Suherman, Faktor Kesuksesan Da’i (Risalah No. 6/XXXVIII,1990 Amin, Machrus, KH. Machrus Amin Dakwah Melalui Pondok Pesantren, (Jakarta

Group DANA,2008) hal.3

_____________, Wawancara Pribadi, Jakarta tanggal 21 April 2008 di Pondok Pesantren Darunnajah

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta, Rineka Citra,2002), h.135 Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos Wahan

Ilmu, 1997),h.34

Buletin Darunnajah 1 mei 2005, hal. 8

Darmawan, Andi, dkk, Metodologi ilmu Dakwah, (Yogyakarta : LESFI,2002), hal. Xiii.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h.17

Lubih, Basrih, Ilmu Dakwah (Jakarta CV. Tursinna 1993), cet. Ke-1, h.46 Mastuhu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta : INIS,1994), hal.55

Munawir, Ahmad Warson, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia( Surabaya : Pustaka Progressif,1997), hal.1073

Omar, Toha Yahya, ilmu Dakwah, (Jakarta : Wijaya,1971), h. 1

Purwadarminta, W.JS, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), h. 678

Raharjo, M.Dawan, Perkembangan Masyarakat Dalam Perspektif Pesantren” Dalam Pergulatan Dunia,1985),hal VII

Rofi’udin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan strategi dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001) cet, 2. h. 32-33.


(57)

Saleh, Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-2, h.8-9

________________, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h.8

Salman, Ismah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya, (Jakarta : UIN Syahid,2004),h.3

Sasono, Adi, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi Pendidikan dan Dakwah (Jakarta : Gema Insani Press,1998), h.154

Shihab, Quraish, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta:1992), h.3

Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta : Forum Dakwah, 1971), h. 4

Soeitoe, Samuel Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI,1982), h.52

Soemitro, Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia,1985), cet. Ke-3, h.63

Suparta, Munzier dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta,2003), h.16

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas,1983),h.99

______________, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-Ikhlas,1983),h. 163

Tasmara, Toto, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. Ke.1, h.34

_____________, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-1, h. 31

Wawancara Pribadi oleh KH. Mahrus Amin Pada Tanggal 21 April 2008 di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h.127


(58)

(59)

HASIL WAWANCARA

Wawancara Pribadi ini dilakukan pada : Nara Sumber : KH. Mahrus Amin Waktu : Kamis, 27 Maret 2008 Pukul : 10.00-11.15 WIB

Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan 1. Kapan dan dimana KH. Mahrus Amin dilahirkan?

KH. Mahrus Amin lahir dengan Mahrus Amin. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1940 di desa kalibuntu, ciledug, (sekarang desa kalimukti kecamatan pebadilan) kabupaten cirebon.

2. Siapakah nama ayah dan ibu KH. Mahrus Amin?

Ayah beliau bernama Casim Amin . dikenal juga sebagai Jasim Amin, Ahmad atau Amin adalah warga asli Kalimukti. Sedangkan ibu, Hj. Jamilah, berasal dari Losari, cirebon. Ibu adalah cucu Kiai Idris, seorang ulama pemimpin pondok pesantren Lumpur di desa Lumpur, Losari, Brebes.

3. Apa Pengertian Dakwah Menurut KH. Mahrus Amin?

Dakwah adalah suatu keharusan dalam rangka merubah, meningkatkan dari yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai tntunan ajaran agama Islam. Orang yang melaksanakan dakwah berarti telah menjalankan perintah Allah dan mereka itulah termasuk orang-orang yang beruntung.


(60)

4. Bagaimana Usaha Kyai untuk mempertahankan Keaktivitasannya dalam berdakwah?

Kebijakan dengan pendidikan dalam mendidik dari yang kurang baik menjadi lebih baik, keuletan, Istiqomah serta memberikan teladan yang baik serta kebijaksanaan.

8. Karya-karya apa saja yang sudah Kyai raih?

a. Buku Sumbangan Podok Modern Gontor dalam Pembangunan Masyarakat Islam.

b. Buku Tentang Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin c. Buku-buku Do’a dan Bimbingan Do’a

d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.

6. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Pendidikan?

Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam bidang endidikan yaitu beliau mengajar di pondok pesantren darunnajah. Selain itu beliau mendirikan SDI, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) dan perguruan tinggi darunnajah.

7. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Sosial?

Aktivitas KH. Mahru Amin dalam bidang sosial, yaitu mengadakan santunan setiap tanggal 10 Muharram terhadap anak yatim piatu, orang fakir dan miskin.

8. Apa saja Faktor Pendukung KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah? a. Adanya dukungan dari berbagai pihak khususnya dari keluarga.


(61)

b. Adanya peningkatan tentang jumlah jamaah yang hadir dari sejumlah kegiatan-kegiaan dakwah yang diadakan oleh KH. Ahrus Amin. Adanya Antusiasme yang tinggi dari jamaah terutama pada perayaan hari-hari besar.

c. Sarana dakwah yang cukup lengkap dimiliki Pondok Pesantren Darunnajah.

9. Apa Faktor Penghambat KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?

a. Hambatan yang dihadapi oleh KH. Mahrus Amin, beliau harus memberi pengertian kepada masyarakat khususnya para wali santri yang belum mengerti pendidikan di pesantren.

b. Keuangan juga menjadi fakor penghambat aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin. Minimnya dana yang dimiliki untuk menunjang segala kegiatan menjadikan aktivitas dakwah tidak berjalan secara efektif.

10. Apa Tujuan utama dari Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah?

Untuk Mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan mengembangkan dunia dakwah dan Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap perubahan dan kebutuhan masyarakat terhadap aktvitas dakwah.


(62)

(1)

Saleh, Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-2, h.8-9

________________, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, h.8

Salman, Ismah, Strategi Dakwah di Era Millenium, Jurnal Kajian Dakwah dan Budaya, (Jakarta : UIN Syahid,2004),h.3

Sasono, Adi, Solusi Islam Atas Problematika Umat Ekonomi Pendidikan dan Dakwah (Jakarta : Gema Insani Press,1998), h.154

Shihab, Quraish, Dakwah dalam Al-Qur’an As-Sunnah, (Jakarta:1992), h.3

Soedirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia, (Jakarta : Forum Dakwah, 1971), h. 4

Soeitoe, Samuel Psikologi Pendidikan II. (Jakarta: FEUI,1982), h.52

Soemitro, Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian, (Jakarta, Ghalia Indonesia,1985), cet. Ke-3, h.63

Suparta, Munzier dan Harjani Hefni (ed), Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta,2003), h.16

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya : Al-ikhlas,1983),h.99

______________, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surbaya: Al-Ikhlas,1983),h. 163

Tasmara, Toto, Hukum Dakwah: Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1996), cet. Ke.1, h.34

_____________, Komunikasi Dakwah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997), cet. Ke-1, h. 31

Wawancara Pribadi oleh KH. Mahrus Amin Pada Tanggal 21 April 2008 di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta.

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1990), h.127


(2)

(3)

HASIL WAWANCARA

Wawancara Pribadi ini dilakukan pada :

Nara Sumber : KH. Mahrus Amin

Waktu : Kamis, 27 Maret 2008

Pukul : 10.00-11.15 WIB

Tempat : Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan

1. Kapan dan dimana KH. Mahrus Amin dilahirkan?

KH. Mahrus Amin lahir dengan Mahrus Amin. Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1940 di desa kalibuntu, ciledug, (sekarang desa kalimukti kecamatan pebadilan) kabupaten cirebon.

2. Siapakah nama ayah dan ibu KH. Mahrus Amin?

Ayah beliau bernama Casim Amin . dikenal juga sebagai Jasim Amin, Ahmad atau Amin adalah warga asli Kalimukti. Sedangkan ibu, Hj. Jamilah, berasal dari Losari, cirebon. Ibu adalah cucu Kiai Idris, seorang ulama pemimpin pondok pesantren Lumpur di desa Lumpur, Losari, Brebes.

3. Apa Pengertian Dakwah Menurut KH. Mahrus Amin?

Dakwah adalah suatu keharusan dalam rangka merubah, meningkatkan dari yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai tntunan ajaran agama Islam. Orang yang melaksanakan dakwah berarti telah menjalankan perintah Allah dan mereka itulah termasuk orang-orang yang beruntung.


(4)

4. Bagaimana Usaha Kyai untuk mempertahankan Keaktivitasannya dalam berdakwah?

Kebijakan dengan pendidikan dalam mendidik dari yang kurang baik menjadi lebih baik, keuletan, Istiqomah serta memberikan teladan yang baik serta kebijaksanaan.

8. Karya-karya apa saja yang sudah Kyai raih?

a. Buku Sumbangan Podok Modern Gontor dalam Pembangunan Masyarakat Islam.

b. Buku Tentang Pengalaman Kiprah KH. Mahrus Amin c. Buku-buku Do’a dan Bimbingan Do’a

d. Belajar dan Menulis Ilmu Al-Qur’an untuk Usia Dini.

6. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Pendidikan?

Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam bidang endidikan yaitu beliau mengajar di pondok pesantren darunnajah. Selain itu beliau mendirikan SDI, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Madrasah Aliyah (MA) dan perguruan tinggi darunnajah.

7. Apa Aktivitas KH. Mahrus Amin dalam Bidang Sosial?

Aktivitas KH. Mahru Amin dalam bidang sosial, yaitu mengadakan santunan setiap tanggal 10 Muharram terhadap anak yatim piatu, orang fakir dan miskin.

8. Apa saja Faktor Pendukung KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?


(5)

b. Adanya peningkatan tentang jumlah jamaah yang hadir dari sejumlah kegiatan-kegiaan dakwah yang diadakan oleh KH. Ahrus Amin. Adanya Antusiasme yang tinggi dari jamaah terutama pada perayaan hari-hari besar.

c. Sarana dakwah yang cukup lengkap dimiliki Pondok Pesantren Darunnajah.

9. Apa Faktor Penghambat KH. Mahrus Amin dalam Berdakwah?

a. Hambatan yang dihadapi oleh KH. Mahrus Amin, beliau harus memberi pengertian kepada masyarakat khususnya para wali santri yang belum mengerti pendidikan di pesantren.

b. Keuangan juga menjadi fakor penghambat aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin. Minimnya dana yang dimiliki untuk menunjang segala kegiatan menjadikan aktivitas dakwah tidak berjalan secara efektif.

10. Apa Tujuan utama dari Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah?

Untuk Mendidik generasi muslim yang mampu berdakwah dan mengembangkan dunia dakwah dan Mendidik generasi muslim yang tanggap terhadap setiap perubahan dan kebutuhan masyarakat terhadap aktvitas dakwah.


(6)