116
Widjaya, I. G. Rai, 2008. Merancang Suatu Kontrak, Contract Drafting Teori dan Praktik, Kesaint Blanc. Jakarta. 3427
Wijaya, Baron dan Dyah, Sarimaya, Kitab Terlengkap Surat Perjanjian Kontrak Termasuk Surat Resmi dan Memo Internal, Laskar Aksara. Cipayung-
Jakarta Timur. 2623
B. Peraturan Perundang-Undangan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksanaan, Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara;. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi;
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN; Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat; Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Perpres No. 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Perpres NO. 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
C. Artikel Sanjaya, Denny. 2013. Analisis Yuridis Pengadaan BarangJasa Yang Dilakukan
Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Jurnal Hukum
Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2.
Universitas Sumatera Utara
117
D. Internet
http:www.khalidmustafa.info20141206perpres-no-1722014-tentang- perubahan-ketiga-perpres-no-54-tahun-2010.php
diakses tanggal 1 Maret 2016
http:www.bppk.depkeu.go.idbdkmalangattachments358_KTI20Tinjauan2 0Hukum20dl20PBJ.pdf
diakses tanggal 1 Maret 2016
Santoso, Muji. 2012. Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa.
Ujiosa Bloksport.com. diakses tanggal 1 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
41
BAB III TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN PENGADAAN
BARANG DAN JASA MENURUT PERPRES NO. 4 TAHUN 2015
A. Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
Istilah pengadaan barang dan jasa diartikan secara luas, mencakup penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau administrasi
tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya. Pengadaan barang dan jasa juga tak hanya sebatas pada pemilihan rekanan proyek dengan
bagian pembelian purchasing atau perjanjian resmi kedua belah pihak saja, tetapi mencakup seluruh proses sejak awal perencanaan, persiapan, perijinan,
penentuan pemenang tender hingga tahap pelaksanaan dan proses administrasi dalam pengadaan barang, pekerjaan atau jasa seperti jasa konsultasi teknis, jasa
konsultasi keuangan, jasa konsultasi hukum atau jasa lainnya. Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya adalah upaya pihak pengguna
untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metoda dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga,
waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakekat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belak pihak yaitu
pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan pada filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang
berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metoda dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku.
57
57
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya. Jakarta. Sinar Grafika Offset. 2008 hal.3.
Universitas Sumatera Utara
42
Pengadaan barang dan jasa memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian negara. Dalam rangka kebijakan fiskal, pengadaan barang dan jasa
bertujuan untuk menggerakkan perekonomian dengan menumbuhkan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAnggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah APBNAPBD merupakan pengadaan barang jasa di lingkungan pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang jasa publik.
Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang tidak sehat berdampak pada kerugian yang akan ditanggung masyarakat, termasuk rendahnya kualitas
pelayanan yang diterima dari pemerintah. Menurut Denny Sanjaya: “Pengadaan barangjasa atau procurement dapat
diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa
lainnya”
58
Menurut Muji Santoso: “Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja negara APBN dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, baik yang dilaksanakan secara
swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa”.
59
58
Sanjaya, Denny. Analisis Yuridis Pengadaan BarangJasa Yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Jurnal Hukum Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2, 2013. hal.6
59
Santoso, Muji. 2012. Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa. Ujiosa Bloksport.com diakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
43
Dari defenisi tersebut diatas penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengadaan barang dan jasa merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Menurut pengertian tersebut ada 2 dua unsur penting yang terlibat dalam kegiatan
pengadaan barang dan jasa pemerintah, baik perorangan maupun lembaga, yaitu: pengguna anggaran dan penyedia barangjasa.
Hukum Perdata dapat didefinisikan sebagai hukum yang mengatur hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya di bidang
keperdataan. Keperdataan dimaksudkan adalah lalu lintas hukum yang berhubungan antara individu dengan individu lain, seperti hubungan hukum
dengan keluarga, perjanjian antara subjek hukum, termasuk hubungan hukum di bidang pewarisan.
60
60
Terkait dengan pengadaan barangjasa, hukum perdata mengatur hubungan hukum antara Pengguna dan Penyedia BarangJasa sejak
penandatangan kontrak sampai berakhirselesainya kontrak sesuai dengan isi kontrak. Hubungan hukum antara pengguna dan penyedia terjadi pada proses
penandatanganan kontrak pengadaan barangjasa sampai proses selesainya kontrak merupakan hubungan hukum perdata khususnya hubungan
kontraktualperjanjian. Dalam proses pengadaan barangjasa, berdasarkan pelimpahan kewenangan diwakili oleh pejabat-pejabat pengadaan, yaitu: 1
PAKPA, 2 Pejabat Pembuat Komitmen PPK, 3 Kelompok Kerja Unit
http:www.bppk.depkeu.go.idbdkmalangattachments358_KTI20Tinjauan20Huk um20dl20PBJ.pdf
diakses tanggal 1 Maret 2016
Universitas Sumatera Utara
44
Layanan PengadaanPejabat Pengadaan PPKPP, dan PanitiaPejabat Penerima Hasil Pekerjaan PPPHP. Sedangkan Penyedia BarangJasa bisa orang
perorangan atau badan hukum privat. Para Pejabat Pengadaan dalam melakukan hubungan hukum di bidang perjanjian bertindak secara individualpribadi.
Artinya, apabila terdapat kerugian negara maka mengganti kerugian negara tersebut secara pribadi, sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang No. 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharan selanjutnya disebut UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 18 ayat 3 yang berbunyi “Pejabat yang menandatangani danatau
mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBNAPBD bertanggung jawab atas kebenaran material
dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud”. Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Pasal 55
ayat 1 bahwa tanda bukti perjanjian terdiri atas a bukti pembelian, 2 kuitansi, 3 Surat Perintah Kerja SPK, dan 5 surat perjanjian. Perjanjian dalam
pengadaan barangjasa adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima suatu harga
tertentu. Perjanjian merupakan dasar pelaksanaan kegiatan. Perjanjian menurut R. Subekti adalah “suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau
di mana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal”. . Setiap orang atau badan hukum dapat mengadakan perjanjian, asalkan memenuhi syarat-syarat
yang ditetapkan dalam KUH Perdata. Syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUH Perdata tercantum dalam Pasal 1320 sebagai berikut.
61
61
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta:Pradnya Paramita,2006, hal. 291.
Universitas Sumatera Utara
45
1. Kata sepakat antara mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
3. Suatu hal tertentu; dan
4. suatu sebab yang halal.
Jadi untuk sahnya suatu perjanjian haruslah memenuhi syarat-syarat seperti yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dimaksud. Selanjutnya
berdasarkan Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa setiap orang bebas mengadakan perjanjian asal memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Oleh karena itu,
perjanjian mempunyai “sistem terbuka”. Dengan demikian, perjanjian dapat dilakukan oleh setiap subjek hukum antara lain perjanjian jual beli, perjanjian
sewa-menyewa, pinjam-meminjam, tukar menukar, perjanjian kerja pemborongan dan sebagainya. Berkaitan dengan pengadaan barangjasa pemerintah, bentuk
perjanjiannya berupa kontrak pengadaan barangjasa yaitu dalam bentuk perjanjian tertulis antara PPK dengan Penyedia BarangJasa atau pelaksana
swakelola. Dalam hukum perjanjian hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian bersifat timbal balik, di mana hak pada satu pihak merupakan
kewajiban pihak lain, begitu pula sebaliknya. Hak dan kewajiban para pihak merupakan hak-hak yang dimiliki serta kewajiban yang harus dilaksanakan baik
oleh pengguna barangjasa maupun penyedia barangjasa dalam melaksanakan kontrak. Dalam perjanjian pemborongan, hak dan kewajiban para pihak adalah
pengguna barangjasa. Pengguna barangjasa menerima hasil pekerjaan melalui PPK, yang sebelumnya dilakukan oleh Panitia Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
PPPHP sesuai dengan isi perjanjian. Sedangkan kewajiban PAKPA adalah
Universitas Sumatera Utara
46
membayar harga dari pekerjaan yang telah dilaksanakan. Selanjutnya Hak pihak pemborongpenyedia adalah menerima pembayaran sesuai dengan harga kontrak
dari pihak yang memborongkan pekerjaan pengguna. Sedangkan kewajiban penyedia adalah menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.Hak dan
kewajiban para pihak di atas biasa disebut sebagai hak dan kewajiban yang utamapokok dari para pihak, sementara hak dan kewajiban tambahan diatur
secara khusus dalam kontrakperjanjian. PerjanjianKontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah bersifat multi
aspek dan mempunyai karakter khusus bila dibandingkan dengan kontrak komersial atau kontrak privat pada umumnya. Pertama, hubungan hukum yang
terbentuk antara pemerintah dan penyedia barang dan jasa disamping hubungan kontraktual sekaligus berdimensi hukum privat dan hukum public. Kedua, bebas
dalam mengatur hubungan hukum dan hubungan kontraktual bersifat mengacu pada regulasi tersendiri tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.
62
Ketiga, keabsahan dokumen kontrak ditentukan oleh persyaratan pelelangan dan isi
kontrak serta terpenuhinya syarat kewenangan bagi para pejabat dalam membuat dan menandatangani kontrak selaku wakil organisasi atau pemerintah. Keempat,
prosedur pengadaan, prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan pemerintah. Kelima, mekanisme
pengelolaan keuangan Negara untuk pembayaran prestasi mengacu kepada aturan tentang pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN.
63
62
Yohannes Sogar Simamora, Hukum Kontrak: Kontrak Pengadaan BarangJasa Pemerintah di Indonesia. Surabaya. Laksbang Justitia. 2013 hal.3.
63
H. Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. Jakarta. Prenadamedia Group. 2014 hal.3.
Universitas Sumatera Utara
47
Keenam, perlu perhatian terhadap kepentingan umum sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi. Guna mendorong laju pertumbuhan industri dalam negeri
agar terpenuhi kewajiban dalam penyediaan fasilitas umum public utility demi penyelenggaraan pembangunan nasional. Ketujuh, instrument hukum mengatur
kontrak pengadaan barangjasa dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak yang terlibat dalam kontrak.
64
B. Pengaturan Mengenai Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa