Kesimpulan Berdasarkan permasalahannya, di atas maka penulis menarik kesimpulan Pengertian Perjanjian

112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Kesimpulan Berdasarkan permasalahannya, di atas maka penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut 1. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa pada Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan. Hubungan hukum yang merupakan hubungan hukum administrasi negara atau tata usaha negara. adalah hubungan hukum antara pengguna dengan penyedia barangjasa pada proses persiapan sampai proses penerbitan surat penetapan penyedia barangjasa instansi pemerintah. 2. Pelaksanaan Perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan dengan CV. Hope Doloksanggul, yaitu melalui pelelangan umum dengan pasca kualifikasi, menggunakan kontrak jenis lumpsum. 3. Hambatankendala dalam pelaksanaan perjanjian Pengadaan Barang dan Jasa pada Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan dengan CV. Hope Doloksanggul, yaitu hambatan oleh kelalaian manusia dan hambatan yang diakibatkan peristiwa diluar kekuasaan manusia atau force mejeur. Apabila terjadi perselisihan para pihak menyelesaikan dengan cara musyawarah, arbitrase, mediasi, konsilasi atau pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 113

C. Saran

Adapun saran dari penulis adalah: 1. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pemberi tugas, pemborong, perencana dan pengawas dalam pelaksanaan pemborongan bangunan. Dengan adannya koordinasi yang baik maka pelaksanaan proyek bangunan dapat dilaksanakan secara efisien, efektif dan terencana. 2. Karena kerjasama daerah pada hakekatnya merupakan pengadaan barangjasa publik maka perlu adanya suatu peraturan perundang‐undangan yang mengatu r pengadaan barangjasa publik secara umum baik yang pembiayanya dibeban kan pada APBN, APBD maupun dari pihak ketiga 3. Penyelesaian permasalahan secara musyawarah dalam pelaksanaan perjanjian merupakan langkah yang paling tepat dan efisien karena pada prinsipnya pihak kontraktor dan pihak pengguna jasa sama-sama berkepentingan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai perencanaan. Dan hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian kerja dapat diatur lebih lanjut dalam suatu addendum- addendum yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok. Universitas Sumatera Utara 14

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN MENURUT

KUHPERDATA

A. Pengertian Perjanjian

Pengertian perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts. Sedangkan dalam bahasa Belanda, disebut dengan overeenkomst yaitu “persetujuan”. Kata overeenkomst tersebut juga lazim diterjemahkan dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313 KUH Perdata tersebut sama artinya dengan perjanjian. Adapula yang berpendapat bahwa perjanjian tidak sama dengan persetujuan. Mengenai istilah perjanjian dan persetujuan ini menurut ahli ada yang berbeda. Menurut R. Wirjono Prodjodikoro perjanjian dan persetujuan adalah berbeda. Beliau mengatakan persetujuan dalam perundang-undangan Hindia Belanda dinamakan “overenkoomst”, yaitu suatu kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan mengikat kedua belah pihak, sedangkan perjanjian menurut beliau adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antar dua pihak, dalam mana satu pihak Universitas Sumatera Utara 15 berjanji untuk melakukan sesuatu hal sedangkan pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan perjanjian itu. 11 K.R.M.T Tirtodiningrat memberikan definisi perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang dapat dipaksakan oleh undang-undang. 12 Subekti memberikan defenisi perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji pada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 13 R. Setiawan, menyebutkan bahwa perjanjian ialah suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 14 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, berpendapat bahwa perjanjian merupakan perbuatan hukum dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih. 15 Menurut Ahmadi Miru, perjanjian merupakan suatu peristiwa hukum di mana seorang berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Selain itu, kontrak dan perjanjian mempunyai makna yang sama karena dalam KUHPerdata hanya dikenal perikatan yang lahir dari perjanjian dan yang lahir dari undang- undang atau yang secara lengkap dinyatakan bahwa: 16 11 A. Qirom Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangannya Yogyakarta: Liberty, 1985, hal. 8. 12 Agus Yudha Herroko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersil, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hal.15. 13 Ibid, hal. 16. 14 R. Setiawan, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandunng. 1987, hal. 16. 15 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberty Offset, 2003, hal. 1. 16 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hal 1 “Perikatan bersumber dari Universitas Sumatera Utara 16 perjanjian dan undang-undang, perikatan yang bersumber dari undang-undang dibagi dua, yaitu dari undang-undang saja dan dari undang-undang karena perbuatan manusia. Selanjutnya, perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan manusia dapat dibagi dua, yaitu perbuatan yang sesuai hukum dan perbuatan yang melanggar hukum. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa di mana ada seorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 17 Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, di sampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak itu setuju melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya. 18 Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo dalam FX. Suhardana “Perjanjian merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih atas dasar kata sepakat yang menimbulkan akibat hukum” 19 17 R. Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan 19, Intermasa, Jakarta, 2001, hal 1 18 Ibid 19 F.X. Suhardana. Contract Drafting Kerangka Dasar dan Teknik Penyusunan Kontrak, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2008, hal 10 Universitas Sumatera Utara 17 Salim H.S. mendefinisikan perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata dinyatakan : 20 a. tidak jelas, karena setiap perbuatan dapat disebut perjanjian; b. tidak tampak asas konsensualisme; c. bersifat dualisme Menurut Salim H.S., “Perjanjian kontrak adalah hubungan hukum antara subjek hukum satu dengan subjek hukum lain dalam bidang harta kekayaan. Subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu pula subjek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakatinya” Berdasarkan pengertian perjanjian di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal yang diperjanjikan adalah : 21 1. Perjanjian memberi atau menyerahkan sesuatu barang misalnya: jual-beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, hibah dan lain-lain 2. Perjanjian berbuat sesuatu misalnya: perjanjian perburuhan dan lain-lain 3. Perjanjian tidak berbuat sesuatu misalnya: tidak membuat tembok yang tinggi-tinggi, dan lain sebagainya. Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasamya perjanjian adalah proses interaksi atau hubungan hukum dan dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak. 20 H.S Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominnat di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 15 Universitas Sumatera Utara 18 Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih Pasal 1313 BW. Pengertian perjanjian ini mengandung unsur : a. Perbuatan Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan; b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocokpas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum. c. Mengikatkan dirinya Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri. Selanjutnya pengertian perjanjian yang dibahas pada Pasal 1313 KUH Perdata, ternyata mendapat kritik dan para sarjana hukum karena masih mengandung kelemahan-kelemahan. Sehingga di dalam prakteknya menimbulkan berbagai keberatan sebab di satu pihak batasan tersebut sangat kurang lengkap, namun di lain pihak terlalu luas. Rumusan pengertian tentang perjanjian menurut KUH Perdata tersebut memberikan konskuensi hukum bahwa dalam suatu 21 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, Yogyakarta: Cakrawala, 2012, hal. 12. Universitas Sumatera Utara 19 perjanjian akan selalu ada dua pihak, di mana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitur dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut kreditur. Menurut Abdul Kadir Muhammad adapun kelemahan- kelemahan tersebut adalah sebagai berikut : 22 1. Hanya menyangkut sepihak saja Hal ini dapat disimak dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih lainnya”. Kata “mengikatkan” merupakan kata kerja yang sifatnya hanya dating dari satu pihak saja, tidak berasal dari kedua pihak. Sedangkan maksud perjanjian itu adalah para pihak saling mengikatkan diri, sehingga tampaklah kekurangannya. Seharusnya pengertian perjanjian itu ditambah dengan rumusan “saling mengikatkan diri” 2. Kata perbuatan mencakup juga kata consensuskesepakatan Pengertian kata “perbuatan” berarti termasuk juga tindakan mengurus kepentingan orang lain zaakwaarneming dan perbuatan melawan hukum onrechtmatige daad. Hal ini menunjukkan makna kata “perbuatan itu sangatlah luas dan dapat menimbulkan akibat hukum. Seharusnya dalam kalimat tersebut dipakai kata “persetujuan”. 3. Pengertian perjanjian terlalu luas Perjanjian yang dikehendaki dalam Buku Ketiga KUHPerdata adalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukanlah perjanjian yang bersifat personal. Sementara itu, pengertian perjanjian dalam Pasal tersebut dianggap 22 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990, hal. 78. Universitas Sumatera Utara 20 terlalu luas, karena mencakup juga perlangsungan perkawinan, janji kawin, yang dimana hal ini diatur dalam lapangan hukum keluarga. 4. Dalam perumusan Pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak yang mengikatkan diri tersebut dianggap tidak jelas tujuannya saling mengikatkan diri. Pengertian perjanjian di atas memiliki kelemahan-kelemahan, sehingga atas dasar tersebut perlu dirumuskan kembali apa yang dimaksud dengan perjanjian tersebut. Pengertian perjanjian yang dikemukakan para ahli di atas melengkapi kekurangan defenisi Pasal 1313 KUHPerdata, sehingga secara lengkap pengertian perjanjian adalah perbuatan hukum, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 23

B. Unsur-unsur Perjanjian