BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional, yaitu suatu pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu
dan tidak diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mengetahui hubungan hygiene perorangan dan penggunaan alat pelindung diri terhadap keluhan gangguan
kulit dan kecacingan pada petugas pengangkut sampah.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena :
1. Masih banyak petugas pengangkut sampah di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar tidak menggunakan Alat Pelindung Diri APD.
2. Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar merupakan satu instansi pemerintah yang belum lama terbentuk, dimana sebelumnya proses pengangkutan sampah
dikelola oleh setiap kecamatan yang ada di Kota Pematangsiantar. 3. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2012.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas pengangkut sampah yang berjumlah 81 orang di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar pada tahun 2011.
3.3.2. Sampel
Oleh karena skala pengukuran variabel adalah kategorik, maka untuk perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
2
p p
q p
z q
p z
n
a a
a
Keterangan : n
= besar sampel penelitian
p = proporsi dari pustaka didapat 0,69
p p
a
ditetapkan 0,2 maka
a
p bernilai 0,89
q =
1 p
a
q =
a
q
1
Tingkat kemaknaan α 0,05 maka
z
bernilai 1,96 Power atau
z
ditetapkan 0,84
34 64
, 33
2 ,
11 ,
. 89
, 84
, 31
, .
69 ,
96 ,
1
2
n n
Dari rumus di atas sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini minimal 34 responden dimana peneliti mengambil 45 responden.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Dari jumlah populasi yaitu 81 orang, sampel yang diinginkan adalah 45
responden. Oleh karena anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel, maka pengambilan sampel dilakukan dengan mengundi
anggota populasi lottery technique. Sebelum dilakukan pengundian, populasi disusun dalam daftar kerangka sampling sampling frame. Dari kerangka sampling
ditarik 45 responden secara acak sebagai sampel yang akan diteliti, dalam hal ini pengambilannya dengan cara mengundi populasi melalui kerangka sampling sehingga
semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Data primer, berupa data: karakteristik responden; kondisi hygiene perorangan; pemakaian Alat Pelindung Diri APD; keluhan gangguan kulit; dan
kejadian kecacingan, diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan petugas pengangkut sampah yang terpilih menggunakan kuesioner yang berisi
pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan dan pemeriksaan laboratorium.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder, berupa profil Dinas Kebersihan; dan data jumlah petugas pengangkut sampah, diperoleh dari Kantor Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.
3.5. Defenisi Operasional
1. Hygiene perorangan kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka dengan faktor kebersihan kulit, kebersihan
Universitas Sumatera Utara
rambut dan kulit kepala, kebersihan gigi, kebersihan mata, kebersihan telinga serta kebersihan tangan, kaki dan kuku.
2. Alat pelindung diri APD didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak
dengan bahaya hazard di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
3. Keluhan gangguan pada kulit adalah rasa gatal-gatal saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari, muncul bercak merah, bercak putih, benjolan berisi cairan,
benjolan tidak berisi cairan, luka yang bernanah pada kulit permukaan tubuh. 4. Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan penyakit endemik dan
kronik diakibatkan oleh cacing parasit dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan, tetapi menggerogoti kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat menurunnya
kondisi gizi dan kesehatan masyarakat.
3.6. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur hygiene perorangan dan pemakaian alat pelindung diri. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert Sugiyono,
2008. 1. Hygiene Perorangan
Hygiene perorangan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 29 dengan total skor sebesar 87
dengan kriteria sebagai berikut: Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban a = 3
Universitas Sumatera Utara
b. Jawaban b = 2 c. Jawaban c = 1
Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam dua dua kategori yaitu: -. Baik, bila responden
memberi jawaban yang benar ≥ 80 atau memiliki nilai skor
≥ 70 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang hygiene perorangan.
-. Kurang, bila responden memberikan jawaban yang benar 80 atau memiliki nilai skor 70 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang
hygiene perorangan. 2. Pemakaian alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan adalah 10 dengan total skor
sebesar 30 dengan kriteria sebagai berikut: Untuk setiap pertanyaan mempunyai 3 pilihan yaitu:
a. Jawaban a = 3 b. Jawaban b = 2
c. Jawaban c = 1 Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 tiga kategori yaitu:
-. Memenuhi syarat, bila respon den memberi jawaban yang benar ≥ 80 atau
memiliki nilai skor ≥ 24 dari seluruh pertanyaan yang ada tentang pemakaian alat pelindung diri.
Universitas Sumatera Utara
-. Tidak memenuhi syarat, bila responden memberikan jawaban yang benar 80 atau memiliki nilai skor 24 dari seluruh pertanyaan yang ada
tentang pemakaian alat pelindung diri. 3. Keluhan Gangguan Kulit
Ada salah satu keluhan gangguan kulit, seperti: gatal-gatal saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari, muncul bercak merah, bercak putih, benjolan
berisi cairan, benjolan tidak berisi cairan, luka yang bernanah pada kulit permukaan tubuh.
4. Kecacingan Dengan melihat ditemukannya telur cacing pada feses petugas pengangkut
sampah melalui pemeriksaan laboratorium.
3.7. Alat, Bahan dan Prosedur Penelitian Pemeriksaan Kecacingan 3.7.1. Alat dan Bahan Penelitian Laboratorium
Alat : - deck glass kaca penutup - lidi
- mikroskop - objek gelas
Bahan: feses Reagensia : eosin 1
3.7.2. Prosedur Pemeriksaan Kecacingan
Setelah wawancara dilakukan, peneliti memberikan objek gelas kepada responden agar sampel feses responden dimasukkan ke dalam objek gelas. Dengan
maksud keesokan paginya peneliti akan meminta kembali objek gelas yang sudah
Universitas Sumatera Utara
berisi feses responden untuk diperiksa di laboratorium. Adapun prosedur pemeriksaan kecacingan di laboratorium adalah:
1. Teteskan eosin 1 pada objek gelas. 2. Tambahkan feses seujung lidi dan ratakan di atas objek gelas pada eosin.
3. Tutup dengan deck glass. 4. Lihat di bawah mikroskop. Telur cacing yang umumnya berwarna kekuningan
akan berubah warna menjadi merah. Jika hal ini terlihat, maka telur cacing dikatakan positif pada feses. Sebaliknya telur cacing dikatakan negatif pada feses
jika tidak ada perubahan warna.
3.8. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Oleh karena masing-masing
variabel independen dan variabel dependen merupakan data kategorik maka kemudian data dianalisa dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingkat
kepercayaan 95. Analisa data dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan α 0,05. Ho diterima jika pα berarti tidak ada hubungan dan Ho ditolak jika
pα berarti ada hubungan. Apabila uji Chi-square tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji Exact Fisher.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kantor Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar terletak di Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba Kota Pematangsiantar. Susunan organisasi Dinas
Kebersihan Kota Pematangsiantar mulai dibentuk dan beroperasi kembali sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 02 tahun 2011 terhitung
sejak tanggal 28 Februari 2011 yang sebelumnya pengangkutan sampah dikelola oleh setiap Kecamatan di Kota Pematangsiantar. Petugas pengangkut sampah Kota
Pematangisiantar tercatat sebanyak 81 orang. Wilayah kerja petugas pengangkut sampah meliputi Pasar Horas, Pasar Dwikora dan enam kecamatan yang terdiri dari
43 kelurahan. Jenis armada pengangkut sampah sebanyak 3 jenis, yaitu: truk besar fuso armroll 5 unit yang ditempatkan dan diangkut dari pasar kota
pematangsiantar, truk sedang colt diesel 27 unit yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS di tiap kelurahan, dan truk kecil pick up 4 unit digunakan sebagai
penyisir patroli sampah yang di tiap wilayah kerja apabila ada sampah yang tertinggal.
4.2. Karakteristik Responden
4.2.1. Umur
Umur petugas pengangkut sampah yang menjadi responden dalam penelitian ini sangat beragam yaitu mulai dari umur 15
– 60 tahun. Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.1. di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara