Struktur Lesi Kulit Pengertian Kulit

5. Dermatitis kontak contact dermatitis Selain penyakit kulit yang telah disebutkan di atas ada juga yang disebut dengan dermatitis kontak contact dermatitis. Dermatitis kontak adalah peradangan yang disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas Sauer, 1985. Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui dua cara, yaitu: a. Iritasi dermatitis kontak iritan Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan. Kadang pemaparan berulang bisa menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit. b. Reaksi alergi dermatitis kontak alergika Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan dermatitis dalam waktu 4-24 jam. Dermatitis juga bisa terjadi akibat berbagai bahan yang ditemukan di tempat bekerja disebut dermatitis okupasional. Bila dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari, maka keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis kontak fototoksisk. Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhan kulit.

2.2.5. Struktur Lesi Kulit

Kulit merupakan organ yang unik dibandingkan dengan sistem organ lain karena dapat dengan mudah melakukan inspeksi secara langsung, pemeriksaan fisik, Universitas Sumatera Utara dan analisis histopatologi terhadapnya. Pengenalan dan gambaran yang akurat terhadap lesi kulit sering diartikan dengan penyakit kulit yang tidak bersih. Deskripsi di bawah mengenai lesi dasar akan membantu untuk mengenal berbagai gangguan pada kulit Soter, 1984. 1. Makula Perubahan warna kulit berbentuk bulatan dengan permukaan rata bercak merah. Biasanya berbentuk bulat, oval, atau menyebar di sekitarnya. Makula merupakan lesi yang dihasilkan dari perubahan dalam lapisan atau komponen kulit seperti hiperpigmentasi dan kelainan vaskular. Makula dalam berbagai kondisi, seperti panu, dapat ditemukan dengan skala yang sangat kecil. Gambar 2.1 Makula Universitas Sumatera Utara 2. Papula Papula adalah tonjolan kulit yang padat dengan tidak ada cairan di dalamnya. Papula memiliki ukuran diameter kurang dari 1 cm. Biasanya berada di lubang saluran keringat atau folikel rambut. Gambar 2.2 Papula 3. Nodul Nodul adalah benjolan padat yang dapat dilihat dan diraba, berbentuk bulat atau elips dengan ukuran yang berbeda diameter lebih dari 1 cm, bisa berada di epidermis atau ke dalam dermis atau jaringan subkutan. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Nodul 4. Plak Plak adalah suatu daerah yang menonjol pada permukaan kulit, berbentuk lempengan dan bulat. Plak sering terbentuk oleh pertemuan papula, seperti pada psoriasis. Ukuran plak biasanya berdiameter lebih kecil dari 2 cm pada plak kecil dan lebih besar dari 2 cm pada plak besar. 5. Vesikel Vesikel adalah benjolan yang berisi cairan yang dapat dilihat dan dindingnya sangat tipis, berukuran kecil dengan diameter kurang dari 0,5 cm. 6. Bula Bula adalah pengumpulan cairan yang dapat dilihat, berbentuk bulat atau tidak beraturan. Bula adalah vesikel yang ukuran diameternya lebih dari 0,5 cm. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Bula 7. Pustula Pustula adalah timbunan pada kulit yang berisi nanah, berwarna keputihan atau kekuningan atau bisa kemerahan jika mengandung darah dengan nanah. Bentuk pustula mirip dengan vesikel. Pustula bisa terjadi atau berkembang dari papula dan vesikel. Gambar 2.5 Pustula Universitas Sumatera Utara 8. Ulkus Ulkus adalah sebuah lesi yang terjadi karena kerusakan pada epidermis dan dermis. Ulkus dapat terjadi sebagai akibat dari infark jaringan tubuh, muncul pada tumor atau benjolan yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi seperti bakteri, parasit dan bakteri. 9. Bilur Weal Bilur atau weal adalah daerah menonjol yang merupakan hasil dari edema pada lapisan atas dermis. Bilur berdiameter 3 – 4 mm, terasa gatal dan berwarna merah pucat.

2.3. Kecacingan

Dokumen yang terkait

Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pekerja Pengupas Udang Di Kelurahan Pekan Labuhan Kecamatan Medan labuhan Tahun 2012

3 53 108

Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Petugas Pengelola Sampah Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

11 92 95

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 3 6

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 43

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 3

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 31

Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016 Appendix

0 0 36