BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanggungjawab PT. Graha Travel Tour Medan sebagai agen penjualan
umum dalam melakukan kegiatan usaha penunjang angkutan udara adalah
memasarkanmenjual tiket transportasi udara sehingga calon penumpang dapat memperoleh tiket secara cepat dan mudah. Dalam hal ini agen penjualan sebagai
distributor resmi tiket angkutan udara mempunyai peranan, kewajiban, tanggung jawab, menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang terkait didalamnya dan
mencegah serta mnyelesaikan masalah yang timbul apabila terjadi wanprestasi diantara para pihak.
2. Pembinaan dan penatausahaan agen penjualan tiket dan Ekspedisi Muatan
Pesawat Udara dalam kegiatan usaha penunjang angkutan udara adalah
dengan melakukan pengawasan. Apabila terjadi pelanggaran, maka izin usaha angkutan udara dapat dicabut setelah sebelumnya melalui proses
peringatan tertulis sebanyak 3 tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 satu bulan dan jika tidak ditaati, dilanjutkan dengan
pembekuan izin untuk jangka waktu 1 satu bulan. Apabila pembekuan izin habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, maka izin usaha gen
penjualan tiket dan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara dicabut 3.
Pihak yang merasa dirugikan baik agen penjualan tiket penumpang angkutan udara dan perusahaan angkutan udara dapat mengajukan tuntutan ganti rugi
terhadap pihak yang melakukan wanprestasi. Penuntutan ganti rugi ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan cara musyawarah, jika dengan cara musyawarah tidak tercapai kata sepakat, maka dapat dilakukan penuntutan melalui jalur hukum
yaitu Pengadilan.
B. Saran
1. Hendaknya perusahaan penerbangan menyelesaikan permasalahan secara
musyawarah dengan para agen penjualan tiket penumpang angkutan udara dengan maskapai penerbangan, jika harus diselesaikan dengan gugatan ganti
kerugian, ada kemungkinan para agen jera ditujuk menjadi agen jika usaha tersebut benar-benar berdiri.
2. Hendaknya para agen hanya mengambil langkah gugatan ganti kerugian jika
cara lain tidak membawa hasil. Karena jika cara-cara damai membawa hasil masih dimungkinkan untuk menjalin hubungan keagenan dengan maskapai
penerbangan. Cara gugatan ganti kerugian hanya dilakukan sebagai upaya terakhir jika memang teerjadi wanprestasi dan perbuatan melanggar hukum.
Universitas Sumatera Utara
BAB II HUKUM PENGANGKUTAN UDARA DI INDONESIA DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2009 E. Asas dan Tujuan Diselenggarakannya Pengangkutan Udara.
Sangatlah penting peranan pengangkutan dalam dunia perniagaan, mengingat sarana ini sebagai angkutan dari produsen ke agen grosir, sampai ke
konsumen. Dari pelabuhan ke gudang, dari tempat pelelangan ikan ke pasar, dan lain-lain. Mustahil kalau ada suatu usaha perniagaan yang mengabaikan perlunya
pengangkutan ini. Selain itu mengenai pengangkutan benda-benda tersebut yang diperlukan di tempat-tempat tertentu, dalam keadaan yang lengkap dan utuh serta
padat tepat waktunya, tetapi juga mengenai pengangkutan orang-orang yang memberikan perantaraan pada pelaksanaan perusahaan. Ambillah misalnya
seorang agen perniagaan, seorang pekerja berkeliling handelsreziger, seorang komisioner. Mereka semuanya pada waktu tertentu tidak mungkin memenuhi
prestasi-prestasinya tanpa alat pengangkutan; belum lagi terhitung bertambahnya orang-orang yang karena suatu hal misalnya untuk peninjauan di dalam atau di
luar negeri, mereka tentu memerlukan pengangkutan.
7
Peranan pengangkutan dalam dunia perdagangan bersifat mutlak, sebab tanpa pengangkutan, perusahaan tidak mungkin dapat berjalan. Barang-barang
yang dihasilkan oleh produsen atau pabrik-pabrik dapat sampai di tangan pedagang atau pengusaha kepada konsumen juga harus mempergunakan jasa
pengangkutan. Pengangkutan di sini dapat dilakukan oleh orang, kendaraan yang
7
Sution Usman Adji, Joko Prakoso, dan Hari Pramono, Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
ditarik oleh binatang, kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, kapal sungai, pesawat udara dan lain-lain.
8
Peran pengangkutan khusunya sektor penerbangan tentu tidak terlepas dari sektor ekonomi yang mana pembangunan memerlukan jasa berupa angkutan yang
cukup dan memadai. Apabila tidak ada pengangkutan sebagai suatu sarana penunjang maka tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam
usaha pengembangan ekonomi di suatu negara. Bagaimanapun tingkatan perkembangan ekonomi di suatu negara dalam hal menyusun sistem transportasi
nasional atau menetapkan policy transportasi nasional harus menentukan lebih dahulu tujuan apa saja yang memerlukan jasa angkutan dalam sistem transportasi
nasional. Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh pengangkutan. Bahkan salah satu
barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan
masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan.
9
Istilah “Pengangkutan” berasal dari kata “angkut” yang berarti “mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah “pengangkutan” dapat diartikan
sebagai “pembawaan barang-barang atau orang-orang penumpang”.
10
Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang danatau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu
8
Ibid, hal.3
9
Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal.1.
10
Ibid. hal.2
Universitas Sumatera Utara
dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan.
11
Pengertian lain dari pengangkutan adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain baik melalui angkutan darat,
angkutan perairan, maupun angkutan udara dengan menggunakan alat angkutan.
12
Pada pokoknya pengangkutan adalah perpindahan tempat, baik mengenai benda- benda maupun orang-orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
mencapai dan meninggikan manfaat serta efisiensi.
13
Perjanjian pengangkutan adalah kesepakatan antara pengguna jasa dengan pengangkutan, dimana kedua belah pihak masing-masing berhak dan mempunyai
kewajiban. Soegijatna Tjakranegara berpendapat pengangkutan merupakan bagian hubungan hukum lalu lintas communication atau verker dan angkutan juga
termasuk bidang pelayanan jasa ekonomis sesuai dengan sifat usaha memindahkan barang dari tempat asal ke tempat lain.
14
Pengangkutan sebagai proses process, yaitu serangkaian perbuatan mulai dari pemuatan ke dalam alat angkut, kemudian di bawa menuju ke tempat yang
telah ditentukan, dan pembongkaran atau penurunan di tempat tujuan.
15
Pengangkutan merupakan suatu proses kegiatan yaitu memuat barang kedalam angkutan serta membawanya tempat tujuan dengan selamat. Pengangkutan adalah
suatu perjanjian di mana suatu pihak menyanggupi untukmembawa orang atau
11
H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 3 Hukum Pengangkutan. Djambatan. Jakarta, 2001. hal. 60.
12
Hasim Purba, Op.Cit, hal. 4.
13
Sution Usman Adji, Op.Cit, hlm 1.
14
Ibid
15
Soegijatna Tjakranegara. Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal. 3.
Universitas Sumatera Utara
barang dari satu tempat ketempat yang lain sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar ongkosnya. Menyadari peran perusahaan pengangkutan
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa angkutan untuk keperluan umum.
Pemberian jasa angkutan seperti halnya perjanjian-perjanjian yang lain siapa saja diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mengatur sendiri segala hal
mengenai pemngangkutan mempunyai tanggung jawab besar terhadap segala sesuatu
yang berhubungan
dengan tugasnya
yaitu menyelenggarakan
pengangkutan. Subjek-subjek dalam hukum pengangkutan yaitu siapa saja yang mendukung hak dan kewajiban dalam hubungan hukum pengangkutan. Pihak-
pihak dalam pengangkutan yaitu pihak pengangkut pihak yang menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu kelain tempat dan
pihak pemberi pekerjaan pihak yang menyanggupi akan membayar ongkosnya. Perjanjian pengangkutan merupakan suatu peristiwa yang telah
mengikat seseorang untuk melaksanakan pengangkutan karena orang tersebut telah berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal berupa pengangkutan,
sedangkan seseorang yang lain telah berjanji pula untuk melaksanakan sesuatu hal berupa pemberian imbalan atau upah.
16
Karena perjanjian itu antara dua pihak, maka perjanjian tersebut disebut perjanjian timbal balik yang karenanya
menimbukan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak. Perjanjian pengangkutan ini sering terjadi dalam kehidupan manusia, di
samping perjanjian-perjanjian lainnya. Karena sesuai dengan fungsinya
16
Ibid, hal.9.
Universitas Sumatera Utara
pengangkutan itu yakni untuk memindahkan barang-barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan maksud untuk menaikkan daya guna
dan nilai barang itu. Bila daya guna dan nilai barang tidak naik, maka angkutan itu tidak perlu diadakan.
Perlu diketahui apa yang menjadi sifat dasar dari persetujuan pengangkutan itu. Untuk itu ada pendapat yang mengatakan yaitu:
1. Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah pelayanan berkala.
Maksudnya adalah dalam melaksanakan perjanjian pengangkutan itu, hubungan antara pihak pengangkut barang dan pemakai jasa tidak secara terus
menerus tetapi hanya kadang-kadang sewaktu pemilik barang membutuhkan pengangkutan untuk pengiriman barangnya.
17
Perjanjian pengangkutan yang bersifat berkala ini dalam Pasal 1601 KUH. Perdata telah menyinggungnya. Maksud kata menyinggung di sini adalah
bahwa perjanjian yang bersifat berkala ini tidak ada diatur dengan tegas dan tersendiri dalam KUH. Perdata tetapi hanya berpedoman pada ketentuan umum
tentang persetujuan-persetujuan untuk melakukan pekerjaan. 2.
Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah pemborongan. Menurut ketentuan di dalam b Undang-Undang Hukum Perdata Pasal
1601- b disebutkan: “Pemborongan pekerjaan adalah persetujuan dengan pihak
yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain yang memborongkan, dengan menerima suatu
harga yang ditentukan.
17
Ibid, hal.17
Universitas Sumatera Utara
Perjanjian pengangkutan tidak bisa disamakan dengan perjanjian borongan, karena pemborongan kerja mengarahkan pengertian pada hasil dari
suatu rangkaian perbuatan yang dalam keseluruhannya menjadi tujuan dari persetujuan itu, seperti pembuatan rumah maupun pembuatan jalan. Sedangkan
perjanjian pengangkutan hanyalah mengenai suatu perbuatan tertentu yakni memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lainnya.
3. Sifat hukum perjanjian pengangkutan adalah campuran.
Perjanjian pengangkutan ada unsur melakukan pekerjaan pelayanan berkala dan ada unsur penyimpanan. Karena pengangkut berkewajiban
untuk menyelenggarakan pengangkutan dan menyimpan barang-barang
yang diserahkan padanya untuk diangkut Pasal 468 ayat 1 dan Pasal 466 KUH.
Dagang. Perjanjian pengangkutan terjadi setelah ada kesepakatan antara para pihak
yang mengadakannya. Pihak pengangkut dikatakan menerima barang dan sepakat untuk mengantarkan barang kiriman pada alamat yang dituju dan pihak pengirim
sepakat untuk membayar biaya pengangkutannya. Kedua belah pihak diberikan hak-hak untuk mengatur sendiri segala sesuatu mengenai perjanjian yang
dilakukan. Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan
pengirim barang atau penumpang, dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu
tempat tujuan tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar ongkos angkutannya.
18
Penggunaan terhadap jasa pengangkutan barang akan mengakibatkan terjadi kesepakatan antara perusahaan angkutan barang dan pengguna jasa
18
Sinta Uli. Pengangkutan Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transportasi Angkutan Laut, Angkutan Darat, Angkutan Udara. USU Press, Medan, 2006, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
angkutan. Kesepakatan itu berujud lisan ataupun tulisan. Kesepakatan yang dilakukan para pihak, dalam hal ini berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, telah
melahirkan suatu perjanjian yang mengikat para pihak. Menurut sistem hukum yang berlaku di Indonesia, untuk mengadakan
perjanjian pengangkutan barang atau orang tidak disyaratkan harus secara tertulis, jadi cukup diwujudkan dengan persetujuan kehendak secara lisan saja. Umumnya
dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak pengangkut adalah bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak dipakainya.
19
Adanya kegiatan pengangkutan akan memberikan kemanfaatan terhadap daya guna dan nilai suatu barangorang, yang pada dasarnya dapat dikemukakan
dalam dua nilai kegunaan pokok, yaitu: a.
Kegunaan Tempat place utility. Menimbulkan nilai dari suatu barang tertentu karena dapat dipindahkan
dari tempat dimana barang yang berkelebihan kurang diperlukan di suatu tempat, dimana barang itu sangat dibutuhkan di tempat lain karena langka.
b. Kegunaan Waktu time utility.
Menimbulkan sebab karena barang-barang dapat diangkut atau dikirim dari suatu tempat ke tempat lain atau dari part or orgin diangkut ke tempat
tertentu dimana benda atau barang sangat dibutuhkan menurut keadaan, waktu dan kebutuhan.
20
Kegiatan di dalam proses pengangkutan terdapat pihak-pihak yang saling mengikatkan diri yaitu pihak pengangkut dan pihak pengirim. Antara pihak
pengangkut dan pihak pengirim terjadi suatu perjanjian yang mendasari pelaksanaan proses kegiatan pengangkutan yaitu perjanjian pengangkutan.
19
Syaiful Watni, dkk. Penelitian Tentang Aspek Hukum Tanggung Jawab Pengangkut dalam Sistem Pengangkutan Multimoda, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen
Kehakiman dan HAM RI, Jakarta, 2004, hal.15.
20
Soegijatno Tjakranegara. Op.Cit, hal. 1-2.
Universitas Sumatera Utara
Pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari aktifitas manusia. Mulai dari zaman kehidupan manusia yang
paling sederhana tradisional sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan. Pengangkutan
mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembantunan ekonomi, dan sosial politik suatu negara. Pengangkutan merupakan sarana dan
prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorng lajunya pertumbuhan ekonomi rate of growt.
21
Pentingnya pengangkutan ditujukan untuk membantu manusia untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pengangkutan itu merupakan
perpindahan tempat, baik mengenai benda-benda maupun orang-orang.
22
Dalam dunia perniagaan pun untuk memenuhi kebutuhan, seperti hasil kebun, pertanian,
peternakan dan lain sebagainya, diperlukan juga adanya jasa pengangkutan. Adanya jasa angkutan tersebut, untuk mengantarkan barang-barang ke tempat
tujuan akhir penjualannya seperti pasar, mall dan tempat-tempat lainnya. Barang- barang yang dihasilkan oleh produsen dapat sampai ditangan konsumen hanya
dengan cara pengangkutan. Peranan pengangkutan juga mencakup aktivitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai transportasi untuk
pergi bekerja, sekolah, dan kegiatan sehari-hari lainnya. Selain fungsi-fungsi di atas, adanya pengangkutan juga bergungsi untuk melancarkan arus barang dan
mobilitas manusia untuk membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.
21
Hasnil Basri, Hukum Pengangkutan, Kelompok Studi Hukum Fakultas Hukum USU, Medan, 2002, hal.22
22
Siti Utari, Pengangkutan Laut di Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2006, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Asas-asas yang mendasari perjanjian pengangkutan antara lain : a.
Asas konsensional Asas ini mensyaratkan adanya perjanjian pengangkutan secara tertulis,
sudah cukup apabila ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak. Perjanjian pengangkutan dibuat secara tidak tertulis lisan namun
didukung oleh surat angkutan. Surat angkutan tersebut bukanlah perjanjian tertulis melainkan hanya sebagai bukti bahwa persetujuan
antara pihak-pihak itu ada.
b. Asas koordinasi
Asas ini mensyaratkan kedudukan yang sejajar antara pihak-pihak dalam perjanjian pengangkutan. Dalam hal ini, perjanjian keseluruhan
tidak berlaku dalam perjanjian pengangkutan. Pihak pengangkut baik dalam pengangkutan darat, laut dan udara bukan merupakan buruh
pihak pengirim.
c. Asas campuran
Perjanjian pengangkut merupakan campuran dari tiga jenis perjanjian yaitu pemberian kuasa dari pengirim kepada pengangkut, penyimpan
barang, dan melakukan perkerjaan pengangkutan yang diberikan oleh pengirim kepada pengangkut.
d. Asas tidak ada hak retensi.
Penggunaan hak retensi dalam perjanjian pengangkutan tidak dibenarkan. Penggunaan hak retensi bertentangan dengan fungsi dan
tujuan pengangkutan. Penggunaan hak retensi akan menyulitkan pengangkutan sendiri misalnya penyediaan tempat penyimpanan, biaya
penyimpanan, penjagaan, dan perawatan barang.
23
Adapun sebagai jenis-jenis pengangkutan adalah:
1. Pengangkutan udara.
Pengangkutan udara adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk
pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di udara.
24
Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menjelaskan Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan
menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, danatau pos
23
Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut Dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal 23
24
Ibid, hal.36
Universitas Sumatera Utara
untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.
2. Pengangkutan Laut
Pengangkutan laut yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan
orang atau barang yang dijalankan di laut.
25
Pengangkutan laut diatur di dalam: a.
KUHD, Buku II, Bab V, tentang “Perjanjian Carter kapal”. b.
KUHD, Buku II, Bab V-A, tentang “Pengangkutan barang-barang”. Pengangkutan
barang-barang ini
adalah merupakan
suatu bentuk
pengangkutan dengan objek yang diangkut berupa barang-barang. Muatan barang lazim disebut dengan barang saja. Barang yang dimaksud adalah yang
sah menurut undang-undang. Dalam pengertian barang termasuk juga hewan.
26
c. KUHD, Buku II, Bab V-B, tentang “Pengangkutan orang”.
d. Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menjelaskan
angkutan laut merupakan angkutan di perairan. Pasal 1 butir 3 Undang- Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, menjelaskan angkutan di
Perairan adalah kegiatan mengangkut danatau memindahkan penumpang danatau barang dengan menggunakan kapal.
3. Pengangkutan darat.
Pengangkutan darat yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan
25
Ibid, hal.37
26
Ibid, hal.38
Universitas Sumatera Utara
orang atau barang di jalan selain daripada kendaraan yang berjalan di atas rel.
27
Pengangkuta darat dapat dibagi: a.
Pengangkutan kereta api yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya
dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di atas rel. Pasal 1 butir 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007
Tentang Perkeretaapian dijelaskan Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang danatau barang dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kereta api.
b. Pengangkutan jalan raya yaitu kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang dijalankan di
setiap jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu lintas umum.
28
4. Pengangkutan Perairan darat atau perairan pedalaman.
Pengangkutan perairan darat atau perairan pedalaman yaitu kendaraan yang biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang
dijalankan di atas perairan seperti sungai, danau ataupun terusan-terusan.
29
Pengangkutan perairan darat atau perairan pedalaman diatur di dalam: a.
KUHD, Buku II, Bab XIII, Pasal 748 sampai dengan 754, mengenai kapal- kapal yang melalui perairan darat.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan.
30
Pengangkutan ataupun transportasi memegang peran yang cukup penting atas tujuan pengembangan ekonomi. Selain itu terdapat juga tujuan-tujuan yang
sifatnya non ekonomis, seperti untuk menaikkan integritas bangsa serta memperkuat ketahanan nasional. Jadi terlihat bahwa tujuan ekonomis dan non
ekonomis tidak selalu dapat sejalan menuju arah yang sama. Misalkan saja
27
Ibid, hal.40
28
Ibid, hal.42
29
Sutiono Usman Aji, Op.Cit, hal.51
30
Ibid, hal.52.
Universitas Sumatera Utara
kebijakan transportasi ditujukan untuk peningkatan integritas bangsa, dapat berbeda dengan kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi.
31
Diselenggarakannya pengangkutan dalam hal ini penerbangan dibangun berdasarkan beberapa asas dan tujuan, yakni terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan Pasal 2 dan 3 antara lain adalah: Penerbangan diselenggarakan berdasarkan asas:
1.
Manfaat
2.
Usaha bersama dan kekeluargaan.
3.
Adil dan merata.
4.
Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.
5.
Kepentingan umum.
6.
Keterpaduan
7.
Tegaknya hukum.
8.
Kemandirian.
9.
Keterbukaan dan anti monopoli.
10.
Berwawasan lingkungan hidup.
11. Kedaulatan negara.
12. Kebangsaan.
13. Kenusantaraan.
Tujuan diselenggarakannya penerbangan antara lain: 1.
Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar,dan menghindari praktek
persaingan usaha yang tidak sehat. 2.
Memperlancar arus perpindahan orang danatau barang melalui udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomian nasional. 3.
Membina jiwa kedirgantaraan. 4.
Menjunjung kedaulatan negara. 5.
Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara nasional.
6. Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional. 7.
Memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara.
8. Meningkatkan ketahanan nasional.
9. Mempererat hubungan antarbangsa.
32
31
A. Abbas Salim, Manajemen Transportasi, Jakarta, Rajawali Pers, 2003, hal 2.
32
Ibid, hal.9
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tujuan diselenggarakannya penerbangan yaitu memperlancar kegiatan perekonomian nasional, hal ini terkait dengan hubungan antara
transportasi dengan produksi dalam kegiatan ekonomi, yaitu: 1.
Dengan tidak tersedianya transportasi masyarakat tidak akan mengecam keuntungan dari produksi.
2. Harus diusahakan pemanfaatan alat angkut seefektif serta seefisien
mungkin. 3.
Dengan efektif dan efisien pengelolaan moda transportasi akan memberikan dampak makro dan mikro terhadap Pembangunan
Ekonomi.
33
Pengangkutan udara salah satunya berdasarkan asas manfaat, ini berhubungan dengan transportasi dalam kehidupan masyarakat. Yang berarti
transportasi udara ini bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.
Setelah itu, barang jadi yang telah diproduksi dijual oleh produsen kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang pemasaran.
Dalam rangka mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang jadi sudah pasti diperlukan jasa transportasi yang salah satunya ialah transportasi udara.
34
F. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam Pengangkutan Udara.
Pada dasarnya hukum ditujukan untuk mengatur hubungan antar anggota masyarakat yang menimbulkan ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan
antara individu dengan masyarakat. Ikatan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum adalah
manusia persoon. Maka dari itu, manusia oleh hukum diakui sebagai pendukung
33
Ibid, hal.13
34
Ibid, hal.11.
Universitas Sumatera Utara
hak dan kewajiban. Manusia sebenarnya mempunyai hak serta kewajiban untuk melakukan suatu tindakan ataupun peristiwa hukum. Sebagai contoh yaitu
mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, dan memberikan hibah. Begitupun dalam hal pengangkutan udara, yakni pihak pengangkut sebagai
penyedia jasa dan pihak penumpang sebagai pengguna jasa, masing-masing memiliki hak dan kewajiban.
35
Berikut adalah hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang pada pengangkutan udara yaitu:
1.
Hak pengangkut.
Berdasarkan Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 yang menjadi hak dari pengangkut, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam Pasal 7 ayat 1 disebutkan, setiap pengangkut barang berhak untuk
meminta kepada pengirim untuk membuat dan memberikan surat yang dinamakan surat muatan udara. Setiap pengirim berhak untuk meminta
kepada pengangkut agar menerima surat tersebut.
b. Pasal 9 menyebutkan, Bila ada beberapa barang, pengangkut berhak
meminta kepada pengirim untuk membuat beberapa surat muatan udara.
c. Selanjutnya Pasal 17 ayat 1, Bila penerima tidak datang, bila ia menolak
untuk menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib
menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang berhak. Dan pada ayat 2 Pengangkut wajib
memberitahukan kepada pengirim, dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas
beban yang berhak tentang penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.
36
Selain dari hak-hak yang diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara yang telah disebutkan, masih ada hak-hak yang lain dari pengangkut seperti hak
untuk menolak pelaksanaan atau mengangkut penumpang yang tidak jelas
35
Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000, hal 120.
36
Ahmad Zazili, Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Pada Transportasi Udara Niaga Berjadwal Nasional, , Universitas Diponegoro, Semarang, 2008, hal 54.
Universitas Sumatera Utara
identitasnya. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam tiket pesawat yang menyatakan bahwa hak pengangkut untuk menyerahkan penyelenggaraan atau
pelaksanaan perjanjian angkutan kepada perusahaan penerbangan lain, serta mengubah tempat-tempat pemberhentian yang telah disepakati.
37
2.
Kewajiban pengangkut.
Pada umumnya kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan barang atau penumpang beserta bagasinya dan menjaganya dengan sebaik-
baiknya hingga sampai ke tempat tujuan. Namun demikian, di dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 disebutkan kewajiban pengangkut dalam angkutan
udara, diantaranya ialah: a.
Pasal 8 ayat 3, Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara
segera setelah barang-barang diterimanya.
b. Pasal 16 ayat 2, Bila barang sudah tiba di pelabuhan udara tujuan,
pengangkut berkewajiban untuk memberitahu kepada penerima barang, kecuali bila ada Perjanjian sebaliknya.
c. Pasal 17 ayat 1, Bila penerima tidak datang, bila ia menolak untuk
menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib
menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang berhak.
d. Pasal 17 ayat 2, Pengangkut wajib memberitahukan kepada pengirim,
dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas beban yang berhak tentang
penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.
38
3.
Hak penumpang.
Pihak penumpang dalam perjanjian angkutan udara pada dasarnya mempunyai suatu hak untuk diangkut ke tempat tujuan dengan pesawat udara
dalam perjanjian angkutan udara yang telah disepakati. Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, hak
37
Ibid. hal.55.
38
Ibid, hal.56.
Universitas Sumatera Utara
Penumpang sebagai pengguna jasa yang berarti dapat disebut sebagai konsumen antara lain:
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang danatau jasa. b.
Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan. c.
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang
digunakan. e.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif. h.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya. i.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 4.
Kewajiban Penumpang.
Kewajiban-kewajiban Penumpang sebagai salah satu pihak yang termasuk dalam perjanjian angkutan udara yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Membayar uang angkutan sebagai timbal balik atas jasa yang telah
digunakan.
b. Mematuhi petunjuk-petunjuk dari pengangkut udara atau dari pegawai-
pegawainya yang berwenang untuk itu.
c. Menunjukan tiket kepada pegawai-pegawai pengangkut udara setiap saat
apabila diminta.
d. Tunduk kepada peraturan-peraturan pengangkut udara mengenai syarat-
syarat umum perjanjian angkutan muatan udara yang disetujuinya.
e. Memberitahukan kepada pengangkut udara tentang barang-barang
berbahaya atau barang-barang terlarang yang dibawa naik sebagai bagasi tercatat atau sebagai bagasi tangan,termasuk pula barang-barang terlarang
yang ada pada dirinya.
39
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, penumpang sebagai konsumen jasa angkutan udara
adalah: a.
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
b.
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa.
c.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
G. Manfaat serta Fungsi Jasa Angkutan Udara dan Pelaksanaan Pengangkutan Udara.