Hak dan Kewajiban Para Pihak.

sisi lain, dan apa yang menjadi kewajiban agen secara otomatis pula akan menjadi hak prinsipal pada ujung yang lain. Agen dalam kegiatannya bertindak mewakili prinsipalnya berdasarkan pemberian kuasa maka hubungan antara agen dengan prinsipal, sifatnya tidak seperti hubungan antara majikan dengan buruh. Dalam perjanjian perburuhan, yang penting adalah penyediaan tenaga kerja semata-mata untuk memperoleh upah, disamping itu tedapat kedudukan buruh yang lebih rendah dari majikan, dimana hal demikian itu tidak dijumpai pada hubungan antara agen dan prinsipal. Agen dan prinsipal ada pada posisi yang setingkat. Agen bertindak melakukan perbuatan hukum misalnya menjual barang dan atau jasa tidak atas namanya sendiri tetapi atas nama prinsipal. 78 Agen dalam hal ini berkedudukan sebagai perantara. Jika agen mangadakan transaksi negosiasi dengan konsumenpihak ketiga maka barang dikirimkan langsung dari prinsipal kepada konsumen. Pembayaran atas barang yang telah diterima oleh konsumen langsung kepada prinsipal bukan melalui agen, sedangkan pembayaran kepada agen berupa komisi dari hasil penjualannya.

H. Hak dan Kewajiban Para Pihak.

Hak-hak dan kewajiban agen dituang dalam perjanjian keagenan yang dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Hak-hak agen sehubungan dengan jasa keagenan adalah: 78 Ibid, hal. 164. Universitas Sumatera Utara 1. Hak atas komisi. 2. Hak untuk meminta pembayaran kembali reimbursement dari prinsipal. 3. Hak untuk dibebaskan dari segala tanggung jawab hukum. Hak untuk menerima komisi dari prinsipal atas jasa-jasa yang diberikan oleh agen adalah hak yang melekat dalam praktik bisnis jasa keagenan. 79 Hubungan bisnis keagenan didasarkan pada perjanjian, maka pada umumnya komisi yang menjadi hak agen ditentukan secara eksplisit dalam perjanjian keagenan. Jika tidak ditentukan dalam perjanjian keagenan, maka hakim dapat menetapkan besarnya komisi bagi agen yang telah melakukan kegiatan bisnis keagenan. Selain itu, agen berhak pula untuk meminta pembayaran kembali reimbursement semua biaya dan pengeluaran-pengeluaran yang ia lakukan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan keagenan untuk kepentingan prinsipal. Hak atas komisi bagi agen, melekat pula hak retensi lien bagi agen untuk menahan barang-barang bergerak milik prinsipal yang masih berada di tangan agen selama prinsipal belum membayar komisi kepada agen tersebut. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1812 KUHPerdata, dimana apabila dalam jangka waktu tertentu prinsipal masih belum melakukan pembayaran, maka barang- barang bergerak tersebut dapat dimintakan kepada pengadilan untuk dilelang yang hasil pelelangannya dapat digunakan untuk membayar komisi kepada agen. Hak agen untuk dibebaskan dari segala tanggungjawab hukum the right to indemnity hanya mencakup semua tindakan-tindakan agen yang termasuk dalam ruang lingkup kewenangan yang diatur dalam perjanjian keagenan. Oleh karena 79 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal. 43. Universitas Sumatera Utara posisi agen dipahami sebagai wakil dari prinsipal, yang memiliki hak untuk dibebaskan dari segala tindakan hukum, maka agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang, perlu diatur secara terinci dan spesifik hak-hak apa saja yang diserahkan kepada agen di dalam perjanjian keagenan. Kewajiban-kewajiban agen pada prinsipnya dapat ditentukan secara tersurat oleh para pihak prinsipal dan agen dalam perjanjian keagenan. Namun demikian ada kewajibankewajiban yang mungkin tidak diatur dalam perjanjian, tetapi berdasarkan asas kepatutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata, kewajiban-kewajiban tersebut melekat dalam jasa keagenan dan dianggap selalu ada walaupun tidak diperjanjikan secara khusus dalam perjanjian keagenan, misalnya: 1. Kewajiban untuk berhati-hati. 2. Kewajiban untuk melaksanakan sendiri tugas-tugas yang diserahkan kepadanya. 3. Kewajiban untuk melindungi kepentingan prinsipal. 4. Kewajiban untuk bertindak hati-hati duty of exercising reasonable care, adalah kewajiban yang melekat pada pemberian jasa keagenan. 80 Agen adalah pihak yang dipercaya oleh prinsipal, dan kepercayaan tersebut didasarkan pada kemampuan, keahlian dan pengalaman dalam bidang pekerjaan yang membuat prinsipal percaya. Kewajiban untuk melaksanakan sendiri personal performance tugas yang dipercayakan oleh prinsipal. Karakteristik pribadi seorang agen menjadi alasan prinsipal mempercayakan pekerjaannya kepada agen tersebut. Keyakinan pribadi prinsipal menjadi dasar utama pemberian pekerjaan kepada agen, sehingga secara 80 Ibid, hal.45 Universitas Sumatera Utara moral asas kepatutan agen tidak boleh menyerahkan pekerjaan keagenan kepada pihak lain. Kewajiban untuk melindungi kepentingan prinsipal fiduciary duties, yang mencakup kewajiban untuk menghindari benturan kepentingan avoiding the conflict of interest, kewajiban untuk tidak boleh mengambil keuntungan secara rahasia dari jasa keagenan non secret profit making, kewajiban untuk tidak boleh menerima suap no bribetaking, dan kewajiban untuk memelihara pembukuan terpisah duty to separate account dengan harta kekayaan prinsipal. Selain hal-hal tersebut di atas, kewajiban dari agen terhadap prinsipal adalah agen harus bertindak berdasarkan itikad baik untuk kepentingan prinsipal. Kewajiban lain yang perlu mendapat pengaturan adalah kewajiban agen untuk memberi informasi hal-hal yang terkait dengan pemasaran dari produk atau jasa prinsipal. Misalnya agen memiliki kewajiban untuk memberitahu kepada prinsipal kegiatan dalam rangka memasarkan produk atau jasa prinsipal, atau keadaan dari pangsa pasar termasuk pesaing bisnis dari prinsipal. Hak-hak Prinsipal adalah hak-hak yang muncul sebagai konsekuensi dari pelaksanaan fiduciary duties dari agen yang mengakibatkan fiduciary rights dari prinsipal. Kewajiban-kewajiban agen untuk : 1. Menghindari benturan kepentingan dengan kepentingan prinsipal avoiding the conflict of interest. 2. Tidak boleh mengambil keuntungan secara rahasia dari jasa keagenan non secret profit making. 3. Tidak boleh menerima suap no bribe taking, iv memelihara pembukuan terpisah duty to separate account dengan harta kekayaan prinsipal, menimbulkan hak prinsipal pada sisi yang lain. Dengan demikian, pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban tersebut oleh agen, memberikan hak bagi prinsipal untuk menuntut tanggung jawab hukum kepada agen. 81 81 Ibid, hal.47 Universitas Sumatera Utara Hak-hak yang melekat pada diri agen akan menimbulkan kewajiban- kewajiban bagi pihak prinsipal di sisi yang lain. Kewajiban-kewajiban tersebut misalnya: 1. Kewajiban untuk membayar komisi kepada agen. 2. Kewajiban untuk melakukan pembayaran kembali reimbursement semua biaya dan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan agen sehubungan dengan pekerjaan keagenannya. 3. Kewajiban untuk membebaskan agen dari tanggung jawab hukum apabila agen melaksanakan tugasnya sesuai dengan kewenangan yang diserahkan oleh prinsipal. 82 Selain kewajiban-kewajiban tersebut, prinsipal juga memiliki kewajiban etik, yaitu kewajiban yang timbul dari pertimbangan etika bisnis semata-mata, karena kewajiban-kewajiban tersebut tidak atau lupa dicantumkan dalam klausula perjanjian keagenan. Kewajiban-kewajiban tersebut. Misalnya: 1. Kewajiban untuk tidak boleh menunjuk agen lain untuk melakukan satu pekerjaan yang sama, kecuali hal tersebut secara eksplisit disepakati dalam perjanjian atau sekurang-kurangnya telah diberitahukan kepada agen yang bersangkutan. 2. Kewajiban prinsipal untuk tidak boleh berhubungan langsung dengan pihak ketiga dimana pihak ketiga tersebut sedang melakukan kontak bisnis dan negosiasi dengan agen untuk melakukan satu pekerjaan yang sama yang telah dipercayakan oleh prinsipal. 3. Kewajiban prinsipal untuk tidak boleh membatalkan surat penunjukan keagenan bila hubungan keagenan didasarkan pada surat penunjukan ketika pekerjaan keagenan hampir rampung dan transaksi hampir terealisasi. 83 Kewajiban dari prinsipal diantaranya adalah kewajiban untuk memberi informasi kepada agen tentang produk atau jasa yang dijual, daftar harga, katalog atau berbagai informasi yang dibutuhkan bagi konsumen. Disamping itu juga informasi yang diberikan kepada konsumen tentang keberadaan agen, sampai 82 Ibid, hal.48 83 Ibid, hal.45 Universitas Sumatera Utara dimana agen dapat dimintai pertanggungjawaban bila berhadapan dengan konsumen. Prinsipal juga memiliki kewajiban untuk memberitahukan kepada agen dalam waktu yang segera atas penerimaan atau penolakan order yang dilakukan oleh agen bila ada pembelian atau permintaan dari konsumen. Selanjutnya ada kewajiban untuk menyampaikan informasi bila ada keluhan dari konsumen atau penyampaian informasi pada konsumen di wilayah tertentu. Prinsipal juga berkewajiban untuk segera menyampaikan informsi kepada agen bila persediaan produk berada ditingkat rendah sehingga tidak dapat memenuhi permintaan konsumen ataupun tidak dapat mensuplai kebutuhan yang diminta oleh konsumen melalui agen. 84 84 Hikmahanto Juwana, Kontrak Keagenan Internasional, PT. Gramedia Group, Jakarta, 2009, hal.17 Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBINAAN DAN PENATAAAN USAHA AGEN PENJUALAN TIKET DAN PERUSAHAAN EKSPEDISI MUATAN PESAWAT UDARA SEBAGAI USAHA PENUNJANG DALAM PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA A. Tanggung jawab Agen Penjualan Tiket dan Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara dalam Kegiatan Usaha Penunjang Angkutan Udara. Bukti perjanjian pengangkutan udara adalah adanya tiket. Dalam pelaksanaan penjualan tiket angkutan udara ini, perusahaan penerbangan tidak menjual sendiri, melainkan bekerja sama dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang penjualan tiket yang bertindak sebagai agen. Agen perusahaan menurut Purwosutjipto adalah: Orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai perantara dengan pihak ketiga. Orang ini mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan mewakilinya untuk mengadakan dan selanjutnya melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga. Hubungannya dengan pengusaha bukan merupakan hubungan perburuhan, dan juga bukan hubungan pelayanan berkala. Bukan hubungan perburuhan, karena hubungan antara agen perusahaan dengan pengusaha bersifat subordinasi, bukan hubungan seperti majikan dan buruh, tetapi hubungan antara pengusaha dengan pengusaha. Karena agen perusahaan juga mewakili pengusaha, maka di sini ada hubungan pemberian kuasa. 85 Prinsipnya sebagaimana sebuah kontrak, ada tiga hal yang diatur yaitu bagian pendahuluan, bagian isi yang berisi pasal-pasal yang menjadi kesepakatan serta bagian penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari tiga hal yaitu sub bagian pembukaan yang tercantum judul perjanjian, penyingkatan perjanjian, dan tanggal 85 HMN. Purwosutjipto, Op.Cit, hal. 47. Universitas Sumatera Utara perjanjian. Sub bagian pencantuman identitas para pihak. Terakhir adalah sub bagian penjelasan yang menguraikan latar belakang dari dibuatnya perjanjian keagenan. Selanjutnya dalam bagian isi terdapat empat hal yang diatur, yaitu klausula definisi bila berbagai definisi disatukan dalam sebuah pasal, klausula transaksi, klausula yang terkait dengan transaksi secara spesifik selanjutnya disebut sebagai “klausula spesifik” dan klausula antisipatif yang sering disebut sebagai ketentuan umum general provisions. 86 Dalam klausula definisi diatur tentang berbagai istilah yang disepakati oleh prinsipal dan agen sehingga terhindar dari penafsiran yang berbeda. Penafsiran yang berbeda dari suatu istilah bisa berujung pada sengketa antara para pihak. Untuk menghindari hal inilah maka perlu ditetapkan definisi-definisi yang disepakati oleh para pihak untuk istilah tertentu. Definisi-definisi yang telah disepakati maka akan berakibat sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya. Hal ini sebagaimana prinsip pacta sund servanda yang diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Klausula transaksi dalam perjanjian keagenan berisi tentang Penunjukan prinsipal terhadap agen dan penerimaan penunjukan oleh agen dari prinsipal. Ini penting untuk dicantumkan dalam perjanjian keagenan karena atas dasar inilah ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian ada. Selanjutnya klausula spesifik yang terdiri dari banyak pasal yang mengatur berbagai hal yang terkait dengan keagenan itu sendiri, seperti kesepakatan tentang awal dan berakhirnya suatu keagenan, produk atau jasa yang dipasarkan, wilayah pemasaran, komisi agen, pengaturan tentang eksklusifitas Exclusive Agency 86 Ibid , hal.56. Universitas Sumatera Utara Rights, pengaturan tentang pemberian kuasa kepada agen untuk membuat perjanjian atas nama prinsipal dengan pelanggan, pengaturan tentang hak agen untuk menerima pembayaran atas nama prinsipal dari pelanggan hingga pengaturan tentang penerimaan dan pembatalan order oleh agen, layanan purna jual dan berakhirnya kontrak. Klausula berikutnya adalah klausula antisipatif. Klausula ini mengatur hal- hal yang belum tentu terjadi namun bila terjadi kondisi yang dipikirkan maka akan terdapat jalan keluar. Klausula antisipatif dalam perjanjian keagenan antara lain, adalah klausula dalam jangka waktu tertentu agen bila telah mandiri tidak boleh bersaing dengan prinsipal yang sering disebut sebagai “Non-Competitive Clause”. Pengaturan lain adalah pengaturan atas biaya perjalanan atau biaya lainnya yang dikeluarkan oleh agen, penggunaan merek ataupun hak kekayaan intelektual yang dimiliki prinsipal oleh agen. Hal lain adalah pengaturan tentang hukum yang berlaku, penyelesaian sengketa, amandemen ataupun addendum, 87 alamat dari masing-masing pihak, pengaturan tentang boleh tidaknya pengalihan hak dan kewajiban, pengaturan tentang bahasa. Setelah bagian isi maka hal terakhir adalah bagian penutup. Bagian penutup terdiri dari sub bagian kata penutup dan penempatan tandatangan dari para pihak. 88 Klausula pokok dalam perjanjian keagenan, antara lain; klausula penunjukan prinsipal terhadap agen dan penerimaan penunjukan oleh agen dari prinsipal, klausula jangka waktu, wilayah pemasaran, pengalihan, berakhirnya 87 Munir Fuady, Op.Cit, hal.51. 88 Ibid, hal.52. Universitas Sumatera Utara perjanjianpemutusan perjanjian termination clause, hukum yang berlaku, dan klausula tentang asas “Privity”. 89 Klausula penunjukan prinsipal terhadap agen dan penerimaan penunjukan oleh agen dari prinsipal. Ini penting untuk dicantumkan dalam perjanjian keagenan karena atas dasar inilah ketentuan-ketentuan lain dalam perjanjian ada. Klausula jangka waktu, para pihak bebas menetapkan jangka waktu perjanjian keagenan, tetapi ketentuan yang berlaku menyebutkan bahwa penunjukan sebagai agendistributor harus dilakukan untuk jangka waktu minimal tiga tahun. Tujuan penetapan jangka waktu minimal untuk melindungi kepentingan perusahaan nasional. Klausula wilayah pemasaran, erat kaitannya dengan masalah apakah penunjukan agen harus dalam bentuk agen tunggal atau tidak. Pelanggaran suatu kewajiban kontraktual wanprestasi menciptakan bagi debitur yang lalai suatu perikatan untuk membayar ganti rugi Pasal 1243 KUHPerdata. Tetapi disini perikatan untuk membayar ganti rugi mempunyai sifat subsidiair, sejauh selalu didahului oleh pelanggaran pemenuhan perikatan yang primair. Di samping itu, ganti rugi dalam wanprestasi selalu diberikan dalam bentuk uang. Sedangkan kewajiban membayar ganti rugi karena perbuatan melanggar hukum dikualifikasikan oleh pembuat undang-undang sebagai suatu perikatan. Tetapi pembayaran ganti rugi ini bersifat primair karena tidak didahului pelanggaran suatu perikatan, melainkan pelanggaran suatu kewajiban yang tidak obligatoir. Dalam perbuatan melanggar hukum, pemberian ganti rugi tidak selalu dalam bentuk uang. Pada debitur terletak kewajiban untuk memenuhi prestasi. 89 Ibid, hal.54 Universitas Sumatera Utara Jika ia tidak melaksanakan kewajibannya tersebut bukan karena keadaan memaksa maka debitur dianggap melakukan ingkar janji wanprestasi. Ada tiga bentuk ingkar janji, yaitu tidak memenuhi prestasi sama sekali, terlambat memenuhi prestasi atau memenuhi prestasi secara tidak baik. 90 Ingkar janji wanprestasi membawa akibat yang merugikan bagi debitur, karena sejak saat tersebut debitur berkewajiban mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat daripada ingkar janji tersebut. Dalam hal debitur melakukan ingkar janji, kreditur dapat menuntut pemenuhan perikatan, pemenuhan perikatan dengan ganti rugi, ganti rugi, pembatalan persetujuan timbal balik atau pembatalan dengan ganti rugi. Berdasarkan Pasal 1246 KUHPerdata, tidak setiap kerugian yang diderita oleh kreditur harus diganti oleh debitur. Undang-undang menentukan bahwa debitur hanya wajib membayar ganti rugi atas kerugian yang memenuhi dua syarat, yaitu apabila kerugian yang dapat diduga atau sepatutnya diduga pada waktu perikatan dibuat dan kerugian yang merupakan akibat langsung dan serta merta daripada ingkar janji. Debitur hanya wajib membayar ganti rugi jika ada hubungan kausal antara wanprestasi dengan kerugian. Menurut yurisprudensi, hubungan kausal ada apabila bukan hanya wanprestasi yang merupakan condition sine qua non untuk timbulnya kerugian, tetapi juga kerugian itu adalah akibat yang secara wajar dapat diharapkan diduga dari adanya wanprestasi tersebut. 91 Dalam Pasal 1248 KUHPerdata menentukan bahwa penggantian kerugian hanya dapat diberikan sebagai “akibat yang langsung 90 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hal.77. 91 Ibid, hal.78. Universitas Sumatera Utara dan seketika tidak dipenuhinya perikatan”. Sedangkan menurut Pasal 1247 KUHPerdata, debitur yang wanprestasi namun tanpa tipu daya, dalam hal dapat diduga akan timbul kerugian jika tidak ada pemenuhan, tetapi kerugian itu tidak demikian luasnya, hanya wajib mengganti bagian kerugian yang dapat diduga pada waktu penutupan kontrak. 92 Jenis tanggung gugat sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata disebut sebagai tanggung gugat atas dasar kesalahan liability based on fault atau schuldaansprakelijkheid. Jenis tanggung gugat ini dikaitkan dengan kewajiban tergugat kepada penggugat yang merasa haknya dirugikan. Menurut Djasadin Saragih bahwa syarat-syarat tanggung gugat menurut Pasal 1365 KUHPerdata, jika : 1. Perbuatan yang menimbulkan kerugian itu bersifat melanggar hukum perbuatan melawan hukum. 2. Kerugian itu timbul sebagai akibat perbuatan tersebut hubungan kausal. 3. Pelaku tersebut bersalah kesalahan. 4. Norma yang dilanggar mempunyai “strekking” untuk mengelakkan timbulnya kerugian relativitas. 93 Konsumen yang merasa dirugikan bisa menggugat prinsipal dengan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, dengan berbagai macam petitum, yakni: ganti rugi; pernyataan hukum verklaring voor recht dan perintah atau larangan hakim. Sedangkan agen yang merasa dirugikan oleh prinsipalnya juga dapat mengajukan gugatan berdasarkan wanprestasi di samping gugatan berdasarkan 92 Ibid, hal.89. 93 Djasadin Saragih, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hal.. 72. Universitas Sumatera Utara perbuatan melanggar hukum. Apabila kerugian yang dialami oleh agen timbul dari adanya pelanggaran klausula-klausula perjanjian keagenan yang telah disepakati oleh para pihak berdasarkan prinsip pacta sund servanda sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata dan prinsip privity of contract sebagaimana diatur dalam Pasal 1340 ayat 1, maka agen dapat mengajukan gugatan berdasarkan wanprestasi kepada prinsipalnya. Begitu pula sebaliknya, manakala prinsipal merasa dirugikan oleh agennya karena terjadi pelanggaran perjanjian keagenan, maka prinsipal dapat mengajukan gugatan berdasarkan wanprestasi. Sedangkan, apabila kerugian yang dialami oleh agen berasal dari pelanggaran prinsipal atas kewajiban etiknya atau dengan kata lain, prinsipal melakukan pelanggaran atas asas kepatutan sebagaimana diatur dalam Pasal 1339 KUHPerdata, maka agen dapat mengajukan gugatan berdasarkan perbuatan melanggar hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata kepada prinsipalnya. Tanggung jawab agen penjualan tiket dan perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara dalam kegiatan usaha penunjang angkutan udara tidak ada diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara. Pasal 16 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara dan Pasal 54 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 81 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara hanya mengatur tentang kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan angkutan udara yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Pemegang izin usaha angkutan udara niaga diwajibkan: a. Melakukan kegiatan usahanya secara nyata dengan mengoperasikan pesawat udara selambat-lambatnya 12 dua belas bulan sejak izin diterbitkan. b. Melakukan kegiatan usahanya kembali secara nyata selambat- lambatnya 90 sembilan pulh hari kalender setelah berhenti beroperasi untuk perusahaan yang pernah beroperasi. c. Memenuhi ketentuan wajib angkut sesuai peraturan peerundang- undangan yang berlaku. d. Melaporkan kepada Direktur Jenderal apabila terjadi perubahan data yang tercantum dalam izin usaha yang dimiliki. e. Menguasai sekurang-kurangnya 2 dua pesawat udara yang laik udara bagi perusahaan angkutan udara niaga berjadwal. f. Mematuhi ketentuan di bidang : 1 Teknis dan pengoperasian pesawat udara. 2 Keamanan dan keselamatan penerbangan. 3 Kegiatan angkutan udara niaga. g. Menyerahkan rekaman persetujuan terbang flight approval yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada pejabat yang berwenang di bandar udara apabila : 1 Perusahaan angkutan udara niaga berjadwal untuk kegiatan angkutan udara niaga dalam dan atau luar negeri melakukan : a Kegiatan angkutan udara di luar jadwal yang telah ditetapkan. b Penambangan frekuensi angkutan udara dan atau perubahan rute yang telah ditetapkan. c Perubahan tipe pesawat udara yang digunakan. 2 Perusahaan angkutan udara niaga tidak berjadwal melakukan : a Pengangkutan penumpang dan kargo dalam negeri dengan menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 tempat duduk. b Pengangkutan penumpang dan kargo luar negeri. 3 Perusahaan angkutan udara niaga tidak berjadwal pada rute luar negeri. h. Menyerahkan laporan kinerja perusahaan angkutan udara niaga kepada Direktur Jenderal. 2 Pemgang izin kegiatan angkutan udara bukan niaga diwajibkan: a. Melakukan kegiatan angkutan udara bukan niaga selambat- lambatnya 12 dua belas bulan setelah izin diterbitkan. b. Melaporkan apabila terjadi perubahan data sebagaimana tercantum dalam izin kegiatan angkutan udara bukan niaga. c. Mematuhi ketentuan di bidang : 1 Teknis dan pengoperasian pesawat udara. 2 Keamanan dan keselamatan penerbangan. 3 Kegiatan angkutan udara bukan niaga. Universitas Sumatera Utara d. Menyerahkan manifest penumpang dan kargo setia melakukan kegiatan angkutan udara dalam dan luar negeri kepada pejabat yang berwenang di bandar udara pemberangkatan dan bandar udara kedatangan. e. Menyerahkan rekaman persetujuan terbang flight approval yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal kepada pejabat yang berwenang di bandar udara apabila melakukan pengangkutan penumpang dalam negeri dengan menggunakan pesawat udara dengan kapasitas lebih dari 30 tiga puluh tempat duduk atau melakukan angkutan udara bukan niaga luar negeri. f. Menyerahkan laporan kinerja perusahaan angkutan udara niaga kepada Direktur Jenderal.

B. Pembinaan dan Penataaan Usaha Agen Penjualan Tiket dan Perusahaan

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Pengelola Bandar Udara Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pengguna Jasa Bandar Udara dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT Angkasa Pura II (Persero) Medan)

4 62 92

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Kendaraan Bermotor Terhadap Perjanjian Kredit Dalam Perusahaan Pembiayaan ( Leasing ) Atas Klaim Dari Tertanggung (Studi Pada Perusahaan Pembiayaan PT. Dipo Star Finance Cabang Medan)

3 81 156

Tanggung Jawab Perusahaan Bongkar Muat Dalam Pelaksanaan Bongkar Muat Barang( Studi Pada PT. Libra Bhakti Nusantara Tanjong Priok Jakarta )

51 449 87

Tangung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang Bagasi Penumpang

8 74 126

Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara Dalam Perjanjian Angkutan Kargo Melalui Pengangkutan Udara

24 158 102

Agen Penjualan Umum Sebagai Salah Satu Aspek Kegiatan Usaha Penunjang Angkutan Udara

4 93 78

Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Penyampaian Prospektus Di Pasar Modal

9 83 93

Peranan Dan Tanggung Jawab Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi (Freight Forwarder) Dalam Proses Pengangkutan Barang Di Laut (Studi Kasus pada PT. Kartika Gloria Bahari Medan)

24 292 106

Tanggung Jawab Perusahaan Penjaminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet Pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan)

14 178 131

Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi Jasa Raharja Dalam Menyetujui Klaim Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya (Studi pada PT. Jasa Raharja Medan)

2 106 122