35
5.2. Pembahasan
Nyeri  merupakan  salah  satu  gejala  pasca  operasi  yang  paling  sering dilaporkan
pasien.  Henzler  et  al.  2004,  mengatakan  bahwa  pasien  yang menjalani  jenis  operasi  mata  tertentu,  terutama  dengan  menggunakan  general
anestesi,  lebih  sering  mengalami  nyeri  pasca  operasi  yang  serius. Penelitian  ini
bertujuan  untuk  mengetahui  prevalensi  nyeri  pasca  operasi  mata  dengan  general anestesi  berdasarkan  jenis  operasi  mata  yang  merupakan  salah  satu  faktor  resiko
dari  nyeri  yaitu  jenis  operasi  mata,  di  Rumah  Sakit  Mata  SMEC  Medan. Penelitian  dilakukan  dengan  menilai  skor  Visual  Analogue  Scale  VAS  pada  8
jam,  16  jam  dan  24  jam  pasca  operasi  pada  pasien  yang  menjalani  operasi  mata dengan general anestesi.
Dalam  penelitian  ini,  sebanyak  51  pasien  yang  terdiri  dari  39  pasien 76,5 dengan jenis tindakan operasi intraokuler dan 12 pasien  23,5 dengan
jenis  tindakan  operasi  ekstraokuler.  Berdasarkan  tabel  5.2,  didapatkan  operasi paling  banyak  yang  dilakukan  menggunakan  general  anestesi  adalah  pada
tindakan operasi intraokuler yaitu operasi vitrektomi sebanyak 22 orang 43,1, diikuti  operasi  katarak  sebanyak  8  orang  15,7.  Pada  tindakan  operasi
ekstraokuler,  didapatkan  operasi  paling  banyak  adalah  pada  operasi  eksisi  tumor yaitu sebanyak 6 orang 11,8 diikuti operasi lasik sebanyak 3 orang 5,9. Hal
ini menunjukkan bahwa tindakan operasi intraokuler jauh lebih banyak dibanding jenis tindakan operasi ekstraokuler sesuai dengan penelitian Mladen et al. 2014
yang  mengatakan jenis  yang  paling  umum  dari  operasi  mata  dengan  general
anestesi  selama  periode  5  tahun  yang  dianalisis  di University  Hospital  Split,
Croatia adalah  plana  pars  vitrektomi  ,  diikuti  oleh  operasi  katarak  yaitu  jenis
tindakan operasi masing masing adalah tindakan intraokuler. Dari  hasil  keseluruhan  keluhan  nyeri  pasca  operasi,  didapatkan  sebanyak
42 orang 82,3 mengeluhkan nyeri pasca opersi mata yaitu sebanyak 33 orang 64,7 pasien pada operasi intraokuler dan 9 orang 17,7 pasien pada operasi
ekstraokuler.  Banyaknya  keluhan  nyeri  pasca  operasi  yang  dikeluhkan  ini kemungkinan  dikarenakan  adanya  keterbatasan  dalam  pemberian  terapi  pasca
Universitas Sumatera Utara
36
operasi. Pada pasien peserta asuransi kesehatan milik pemerintah, terdapat batasan limit  manfaat  dan  terapi  dalam  perawatan  pasca  operasi  sesuai  jenis  asuransi
kesehatan  yang  sudah  disetujui  di  rumah  sakit  Sulastomo,2007.  Berdasarkan tabel  5.7,  yaitu  keluhan  tingkat  nyeri  8  jam  pasca  operasi  mata,  ditemukan
keluhan  nyeri  sebanyak  39  orang  76,5  dengan  tingkat  nyeri  yang  paling banyak  dirasakan  sampel  adalah  nyeri  ringan  sebanyak  33  orang  64,7  yang
terdiri dari 29 orang 56,9 pada operasi  intraokuler dan 4 orang 97,8 pada operasi ekstraokuler.
Dari hasil keluhan tingkat nyeri 16 jam pasca operasi mata pada tabel 5.8, didapatkan    sebanyak  34  orang  66,6  dengan  sebagian  besar  sampel  yaitu
sebanyak 30 orang 58,8 mengeluhkan nyeri ringan  yang terdiri dari 25 orang 49,0 pada operasi intraokuler dan 5 orang 9,8 pada operasi ekstraokuler.
Berdasarkan tabel 5.9, hasil penelitian keluhan tingkat nyeri 24 jam pasca operasi  mata  dengan  general  anestesi  ditemukan  sebanyak  29  orang  56,9
dengan sampel paling banyak mengeluhkan nyeri ringan yaitu sebanyak 28 orang 54,9  yang terdiri dari 20 orang 39,2 pada operasi intraokuler dan 8 orang
15,7  pada  operasi  ekstraokuler.  Hal  ini  berbeda  dengan  penelitian  yang dilakukan  oleh  Porella  Tiinonen  et  al.  2013,  didapatkan  persentase  tertinggi
nyeri  mata  24  jam  pasca  operasi  mata  katarak  intraokuler  adalah  sebanyak 10  pada  keluhan  nyeri  sedang,  sedangkan  pada  penelitian  yang  dilakukan  di
Rumah  Sakit  SMEC,  tidak  ada  sampel  dengan  operasi  intraokuler  yang mengeluhkan nyeri sedang 24 jam pasca operasi mata.
Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  prevalensi  nyeri  pasca  operasi mata  dengan  general  anestesi  di  Rumah  Sakit  Sumatera  Medical  Eye  Centre
adalah  cukup  tinggi  yaitu,  sebanyak  42  orang  82,3  mengeluhkan  nyeri  yang signifikan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobas et al. 2015 yang
didapatkan  insidensi  nyeri  sebanyak  97  dilaporkan  selama  periode  pasca operasi.  Menurut  penelitian  terdahulu  yang  dilakukan  di  The Royal  Infirmary of
Edinburgh  oleh  Koay  et  al.  1992,  dimana  insidensi  nyeri  pasca  operasi  mata dengan  general  anestesi  dilaporkan  cukup  tinggi  dengan  rata  rata  mengeluhkan
nyeri  ringan  dan  sedang,  sejalan  dengan  hasil  penelitian  ini.  Hal  ini  dapat
Universitas Sumatera Utara
37
diperkirakan karena pemberian analgesik yang masih belum adekuat. Tetapi pada penelitian  yang  dilakukan  di  Kuopio  University  Hospital,  Kuopio,  Finland  oleh
Porela-Tiihonen et al. 2013, hasil yang didapatkan sangat berbeda dengan hasil penelitian ini, dimana sebanyak 67 orang 34 mengeluhkan nyeri pasca operasi
mata. Ada kemungkinan hasil yang berbeda ini lebih disebabkan oleh kurangnya sampel  yang  didapatkan  di  Rumah  Sakit  SMEC  dibandingkan  dengan  penelitian
sebelumnya.  Hasil  penelitian  ini  dapat  dikatakan  sudah  cukup  baik  karena  rata rata  dari  82,3  pasien  yang  mengeluhkan  nyeri  adalah  nyeri  ringan  yaitu  nyeri
yang  masih  dapat  ditahan  dan  tidak  mengganggu  aktivitas  pasien  yaitu  dengan skor Visual Analogue Scale VAS adalah 1-3 Whitten E et al, 2005.
Jika  dilihat  pada  hasil  penelitian  ini,  skor  Visual  Analogue  Scale  VAS pasien makin menurun dengan bertambahnya jam. Pada 8 jam pasca operasi mata
dengan  kedua  jenis  tindakan  operasi,  didapatkan  lebih  banyak  pasien mengeluhkan  nyeri  sedang  dan  nyeri  ringan  dibanding  pada  16  jam  dan  24  jam
pasca operasi mata. Sesuai dengan penelitian Porela-Tiihonen et al. 2013 bahwa pada  beberapa  jam  pertama  pasca  operasi  lebih  banyak  dikeluhkan  gejala  nyeri
bermakna  yaitu  sebanyak  34  dari  keseluruhan  pasien  dan  semakin  berkurang keluhan  nyeri  pada  24  jam  pasca  operasi  yaitu  menjadi  10.  Hal  ini  mungkin
dikarenakan  terjadinya  penurunan  tekanan  intraokuler  dengan  bertambahnya  jam sesuai  dengan  penelitian  Bhalil  et  al.  2009,  didapatkan  adanya  penurunan
tekanan  intraokuler  pada  24  jam  pasca  fakoemulsifikasi.  Mekanisme  penurunan tekanan  intraokular  ini  masih  bersifat  spekulatif.  Diduga  aliran  aqueous  humor
membaik  dengan adanya pelebaran sudut bilik  mata depan pasca operasi  katarak Berdahl  JP,  2007.  Sedangkan  pada  operasi  ekstraokuler,  penurunan  keluhan
nyeri  adalah  kemungkinan  dari  efek  insisi  operasi  yang  semakin  berkurang. Operasi ekstraokular adalah operasi yang dilakukan pada struktur sekitar mata itu
sendiri, seperti kelopak mata dan konjungtiva. Jaringan ini memiliki suplai darah yang sangat baik. Oleh karena itu jaringan dapat sembuh dengan baik dan jarang
terinfeksi  serius.  Jaringan  tersebut  berada  pada  permukaan  tubuh  sehingga paparan  terhadap  pembedahan  biasanya  tidak  menjadi  masalah  Smith,  2004.
Pengalaman  nyeri  merupakan  perasaan  yang  subjektif  untuk  setiap  individu
Universitas Sumatera Utara
38
Mladen  et al, 2014. Nyeri pasca operasi yang bervariasi sangat dipengaruhi oleh otonom,  psikologis  dan perilaku  respon  yang  dapat  menghasilkan  perasaan  tidak
menyenangkan,  sensorik  yang  subjektif  dan  pengalaman  emosional  yang  tidak diinginkan Mwaka et al.,2013.
Jenis  operasi  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  tingkatan nyeri  pasca  operasi,  karena  jenis  operasi  akan  menentukan  luasnya  manipulasi
operasi serta kerusakan jaringan yang akan terjadi. Lokasi dan ukuran insisi juga merupakan faktor yang berpengaruh pada nyeri pasca operasi. Insisi yang panjang
lebih menyebabkan nyeri dibandingkan insisi  yang pendek Rahman dan Beattie, 2005.  Perbedaan  nyeri  yang  ditemukan  pada  opersi  ekstraokuler  yaitu  eksisi
tumor  pada  mata  mungkin  dipengaruhi  oleh  lokasi  dan  ukuran  insisi  yang  telah dijalankan.  Pada  penelitian  ini  ditemukan  pada  tindakan  operasi
intraokuler didapatkan  insidensinya  dua  kali  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  operasi
ekstraokuler.  Hal  ini  diperkirakan  berhubungan  dengan  adanya  peningkatan tekanan intraokuler mata. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan tekanan
intraokular pasca operasi katarak dalam 8 sampai 12 jam  pasca operasi. Penelitan Lee  et  al.  tahun  2007  yang  bertujuan  untuk  mengevaluasi  tekanan  intraokular
pasca fakoemulsifikasi didapatkan  rata-rata tekanan intraokular  meningkat pada 12    jam  pasca  operasi.  Salah  satu  penyebab  peningkatan  tekanan  intraokular  ini
adalah adanya retensi dari bahan viskoelastik dan  inflamasi. Namun, peningkatan tekanan intraokular biasanya bersifat  sementara dimana tekanan intraokular akan
menurun  dalam  1  sampai  4  hari  pasca  operasi O’Brien.  PD,  2007.  Ada
kemungkinan juga hasil yang berbeda ini lebih disebabkan oleh kurang setaranya jumlah  pasien  yang  menjalani  masing-masing  operasi  mata,  dimana  operasi
intraokuler lebih mendominasi, sehingga keluhan nyeri kurang dapat ditemui pada operasi lainnya.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.   Kesimpulan
1.  Prevalensi  nyeri  pasca  operasi  mata  dengan  general  anestesi  berdasarkan jenis operasi mata di Rumah Sakit Sumatera Medical Eye Centre SMEC
adalah sebanyak 42 orang 82,3 dari 51 orang sampel yang terdiri dari 33  orang  64,7  pada  operasi  intraokuler  dan  9  orang  17,7  pada
operasi ekstraokuler. 2.  Jenis  operasi  mata  yang  paling  banyak  dilakukan  dengan  menggunakan
general  anestesi  adalah  operasi  intraokuler,  yaitu  sebanyak  39  orang 76,5,  dimana  tindakan  operasi  paling  banyak  adalah  vitrektomi  22
orang 43,1 dan katarak 8 orang 15,7. Hanya 12 orang 23,5 yang menjalani  operasi  ekstraokuler  dengan  operasi  terbanyak  adalah  eksisi
tumor yaitu sebanyak 6 orang 11,8. 3.  Banyaknya  sampel  yang  mengeluhkan  nyeri  pada  8  jam  pasca  operasi
mata  dengan  general  anestesi  berdasarkan  jenis  operasi  mata  adalah sebanyak  39  orang  76,5.  Sampel  yang  mengeluhkan  nyeri  pada  jenis
operasi  intraokuler  sebanyak  29  orang  56,9  dengan  skor  Visual Analogue  Scale  VAS  antara  1-3  nyeri  ringan  dan  2  orang  3,9
dengan  skor  antara  4-7  nyeri  sedang,  sedangkan  pada  jenis  operasi ekstraokuler sebanyak 4 orang 7,8 dengan skor 1-3 nyeri ringan dan
4 orang 7,8 dengan skor 4-7 nyeri sedang. 4.  Banyaknya  sampel  yang  mengeluhkan  nyeri  pada  16  jam  pasca  operasi
mata  dengan  general  anestesi  berdasarkan  jenis  operasi  mata  adalah sebanyak  34  orang  66,6.  Sampel  yang  mengeluhkan  nyeri  pada  jenis
operasi  intraokuler  sebanyak  25  orang  49,0  dengan  skor  Visual Analogue  Scale  VAS  antara  1-3  nyeri  ringan  dan  1  orang  2,0
dengan  skor  antara  4-7  nyeri  sedang,  sedangkan  pada  jenis  operasi
Universitas Sumatera Utara