32
BAB III STATUS DAN KEDUDUKAN PENDUDUK SIPIL PADA KONFLIK
BERSENJATA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian Penduduk Sipil
Dalam hukum humaniter dikenal adanya asas pembedaan distinction principle yakni merupakan suatu asas dalam hukum humaniter yang
membedakan atau membagi penduduk dari suatu negara yang sedang berperang, atau sedang terlibat dalam konflik bersenjata ke dalam dua golongan besar, yakni
kombatan combatant dan penduduk sipil civilian. Kombatan sendiri adalah merupakan golongan penduduk yang secara aktif
turut serta dalam suatu pertempuran atau permusuhan hostilities, sedangkan penduduk sipil adalah golongan penduduk yang bukan merupakan angkatan
bersenjata dan tidak berhak untuk turut serta dalam suatu pertempuran atau permusuhan hostilities. Adapun diadakannya pembedaan yang demikian adalah
untuk mengetahui pihak mana saja yang berhak dan boleh turut serta dalam pertempuran di medan peperangan.
Menurut Konvensi Jenewa ke-IV, penduduk sipil di defenisikan sebagai orang yang bukan merupakan anggota militer. Militer sendiri merupakan angkatan
bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan angkatan bersenjata biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu.
Merupakan sebuah kejahatan perang untuk menyerang seorang warga sipil yang
Universitas Sumatera Utara
tidak sedang melakukan penyerangan secara sengaja atau menghancurkan atau mengambil barang milik seorang warga sipil secara tidak perlu. Meskipun begitu,
barang milik seorang warga sipil boleh dihancurkan jika ada tujuan militer; barang milik seorang warga boleh disita untuk keperluan militer; dan kerusakan
secara tidak sengaja merupakan sesuatu yang dapat diterima dalam suatu perang. Sedangkan pengertian penduduk sipil yang terdapat pada Pasal 50
Protokol Tambahan I 1977 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan penduduk sipil adalah orang-orang selain daripada kategori yang dimaksud dalam Pasal 4
A1,2,3 dan 6 konvensi ke-III dan Pasal 43 Protokol Tambahan I 1977. Pada intinya penduduk sipil adalah bukan pihak yang berperang dan tidak boleh
membawa senjata. Menurut Sugeng Istanto dalam bukunya menjelaskan penduduk sipil
adalah orang, seorang atau sekumpulan orang, yang bukan anggota angkatan bersenjata, yang karenanya tidak berhak ikut serta langsung dalam permusuhan.
22
Pada hakikatnya penduduk sipil adalah seseorang atau warga masyarakat yang tidak ikut ambil bagian dalam suatu konflik bersenjata, permusuhan, perang
ataupun suatu pertempuran dan bukan merupakan bagian dari sebuah angkatan bersenjata serta tidak berhak turut dalam sebuah pertempuran dan harus dilindungi
serta dihormati hak-haknya oleh karena bukan merupakan sasaran penyerangan atau bagian objek militer.
22
F. Sugeng Istanto, Perlindungan Penduduk Sipil Dalam Perlawanan Rakyat Semesta dan Hukum Internasional, Yogyakarta, Andi Offset, 1992, hal. 6
Universitas Sumatera Utara
B. Status dan Kedudukan Penduduk Sipil Menurut Konvensi Den Haag