Kejahatan Kemanusiaan di Republik Afrika Tengah Ditinjau Dari

B. Kejahatan Kemanusiaan di Republik Afrika Tengah Ditinjau Dari

Hukum Internasional Berbagai macam tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan melibatkan milisi Seleka maupun Anti-Balaka terjadi di Republik Afrika Tengah. Hal ini dapat dilihat dari laporan-laporan terkait kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Republik Afrika Tengah. Badan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mencatat berbagai pelanggaran hak asasi manusia antara lain pembunuhan ekstra-yudisial, pemerkosaan secara sistematis, penghilangan secara paksa, pemindahan penduduk secara paksa, pelarangan ibadah serta pemakaian pakaian agama, mutilasi, kanibalisme dan sebagainya. Kelompok Hak Asasi Manusia Amnesty Internasional mengatakan daerah pedesaan menjadi target pembersihan etnis. Dalam upaya menghapus masyarakat muslim dari Republik Afrika Tengah. 64 Dalam laporan Amnesty berjudul Identitas Terhapus: Muslim di Daerah Etnis Dibersihkan dari Republik Afrika Tengah. Penasehat respon krisis senior Amnesty, Joanne Mariner mengatakan umat Islam di Afrika Tengah sedang ditekan dan dipaksa meninggalkan agama mereka. Laporan Amnesty ini berdasarkan serangkaian wawancara dengan warga di RAT. Mereka mengatakan milisi menimbulkan gelombang kekerasan pembersihan etnis yang ditujukan memaksa umat Islam meninggalkan negara itu. 64 “Muslim akan terhapus dari Republik Afrika Tengah” sebagaimana dimuat dalam www.republika.co.id, terakhir diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 23.30 WIB Universitas Sumatera Utara Bahkan bentuk pelanggaran yang menjadikan penduduk sipil sebagai sasaran balasan reprisal juga terjadi, 65 mengindikasikan konflik bersenjata di RAT jelas-jelas mengabaikan asas pembedaan distinction principle yang mana dalam hal ini tak lagi membedakan sasaran yang seharusnya tetapi menjadikan penduduk sipil menjadi sasaran penyerangan. Dalam asas pembedaan ini bertujuan untuk melindungi penduduk sipil dari bahaya operasi militer, penduduk sipil tidak boleh menjadi objek serangan walaupun untuk membalas serangan reprisal, terlebih lagi penduduk sipil tidak boleh dijadikan sasaran kekerasan dengan tujuan menyebarkan teror untuk kepentingan pihak yang bertikai. Bila melihat dari berbagai macam bentuk pelanggaran HAM di RAT tersebut maka pelanggaran yang terjadi tergolong pelanggaran berat grave breaches. Kejahatan kemanusiaan merupakan tindak pidana internasional, untuk itu penulis akan membahas lebih dalam mengenai tindak pidana internasional. Definisi tindak pidana internasional dapat ditemukan dalam putusan Peradilan Tindak Pidana Perang di Amerika Serikat dalam kasus Hostages, yang menyatakan sebagai berikut : “An international crime is such an act universally recognized as a criminal which is considired a grave matter of international concern and for some valid reason cannot be left within the exclusive jurisdiction of the state, that would have control over it under normal circumtances” 66 65 “Deadly Reprisal Attacks Hit Central African Republic” sebagaimana dimuat dalam www.aljazeera.com, terakhir diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 23.45 WIB. 66 L.C. Green, “International Crimes and the Legal Proccess” dalam International dan Comparative law Quarterly, Vol. 29, 1980, hal. 568 Universitas Sumatera Utara Dari uraian defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak pidana internasional adalah suatu tindakan yang secara universal diakui sebagai suatu tindak pidana. Pengakuan secara internasional itu disebabkan karena tindak pidana tersebut merupakan persoalan yang sangat besar dan menjadi perhatian masyarakat internasional. Dengan demikian, terhadap tindak pidana ini tidak hanya tunduk pada yurisdiksi negara tertentu saja, tetapi dapat tunduk pada yurisdiksi semua negara atau dapat diterapkan yurisdiksi universal. 67 Perbuatan melawan hukum internasional dapat dikategorikan sebagai tindak pidana internasional kriminalisasi apabila memenuhi tiga faktor, yaitu: 1 perbuatan itu melanggar kepentingan internasional yang sangat signifikan; 2 perbuatan itu melanggar nilai-nilai bersama masyarakat dunia; 3 perbuatan itu menyangkut lebih dari satu negara atau melintasi batas-batas wilayah negara, baik itu karena pelaku, korban, maupun perbuatannya sendiri. 68 Tindak pidana internasional disebut juga delicto jus gentium atau oleh beberapa sarjana hukum internasional terkemuka dinyatakan bahwa tindak pidana internasional adalah tindak pidana terhadap kemanusiaan atau seluruh dunia, yang pelakunya merupakan musuh seluruh umat manusia enemies of the whole human family. 69 Perbuatan melawan hukum internasional yang merupakan tindak pidana internasional mempunyai tiga kriteria utama, yaitu : a melanggar kepentingan fundamental masyarakat internasional secara keseluruhan atau lebih dari kerangka bilateral atau; b pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran berat baik bagi 67 Oentoeng Wahjoe, Hukum Pidana Internasional, Jakarta, Erlangga, 2011, hal. 27 68 M. Cherif Bassiouni, A Draft International Criminal Code and Draft Statue for an International Criminal Tribunal, Leiden, Martinus Nijhoff, 1987, hal. 56 69 Jordan J. Paust, International Criminal Law, Carolina, Acedemic Press, 1996, hal. 3 Universitas Sumatera Utara kuantitatif maupun kualitatif; dan c berdasarkan praktik dan pengalaman yang dialami, pelanggaran tersebut diakui oleh masyarakat internasional sebagai tindak pidana. 70 Adapun persyaratan tindak pidana internasional menurut bassiouni sebagai berikut 71 : 1. Memiliki unsur internasional Hal yang dimaksudkan dengan memiliki unsur internasional adalah kejahatan tersebut dapat mengancam, baik langsung maupun tidak langsung, perdamaian dan keamanan umat manusia secara keseluruhan. Selain itu pula, kejahatan tersebut diakui sebagai perbuatan yang menggoncangkan hati nurani umat manusia atau melanggar nilai-nilai bersama umat manusia. 2. Memiliki unsur transnasional Unsur ini menunjukkan bahwa tindak pidana tersebut mempengaruhi keselamatan umum dan kepentingan ekonomi lebih dari suatu negara. Tindak pidana tersebut biasanya melintasi batas-batas wilayah negara lebih dari satu negara dan menggunakansarana dan prasaran atau cara-cara yang bersifat lintas batas negara. 3. Memiliki unsur keharusan Unsur ini dimaksudkan bahwa dalam rangka pemberantasan dan penegakan hukum pidana internasional, diperlukan kerja sama internasional. Kerja sama tersebut dikarenakan kejahatan tersebut sudah menjadi delicto jus 70 International Law Commission Yearbook, Vol. II Part Two, 1994, hal. 140 71 Oentoeng Wahjoe, Op.cit., hal. 30-31 Universitas Sumatera Utara gentium yang menjadi perhatian lebih dari suatau negara, bahkan seluruh masyarakat dunia. Setelah unsur-unsur suatu tindak pidana internasional, berikut merupakan ciri-ciri tindak pidana internasional, antara lain 72 : 1 terdapat pengakuan secara eksplisit bahwa suatu tindakan merupakan tindak pidana, tindak pidana internasional, tindak pidana di bawah hukum internasional; 2 diakui memiliki sifat pidana dengan menetapkan kewajiban untuk melarang dilakukan, mencegah, menuntut, memidana dan sebagainya; 3 memberikan sifat pidana pada suatu tindakan; 4 terdapat kewajiban atau hak untut menuntut; 5 terdapat kewajiban atau hak memidana; 6 terdapat kewajiban atau hak untuk mengekstradisikan; 7 memiliki kewajiban atau hak untuk bekerja sama dalam hal penuntutan dan pemidanaan termasuk memberikan bantuan hukum dalam acara pidana; 8 menetapkan dasar-dasar yurisdiksi kriminal teori atau prioritas; 9 mendukungmenunjang ditetapkannya pengadilan atau internasional tribunal; dan 10 menghindarkan pembelaan dengan alasan perintah atasan. Dalam hal ini kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan salah satu tindak pidana internasional yang sesuai dengan pemahaman konsep tindak pidana yang tergolong tindak pidana internasional dan telah memenuhi unsur-unsur suatu tindak pidana internasional, kejahatan terhadap kemanusiaan dapat dilakukan dengan berbagai bentuk tindak pidana yang dilakukan secara sistematis dan langsung membuat pendertitaan baik fisik maupun mental menyebabkan terbunuhnya manusia serta melanggar prinsip-prinsip hukum internasional, 72 Oentoeng Wahjoe, Op.cit., hal. 31 Universitas Sumatera Utara sebagaiamana telah dinyatakan dalam forum pengadilan Nuremberg segala bentuk penghancuran kehidupan masyarakat sipil adalah perbuatan terkutuk dan merupakan tindak pidana terhadap kemanusiaan. Perbuatan melawan hukum internasional yang tergolong pelanggaran berat terhadap perlindungan kepentingan fundamental masyarakat internasional erga omnes violation sebagaimana telah dituliskan Pasal 19 Draft Articles adalah tindak pidana internasional. 73 Berbagai bentuk pelanggaran HAM berat terjadi di Republik Afrika Tengah merupakan suatu bentuk Tindak Pidana Internasional, bentuk tindak pidana internasional tersebut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Tindak pidana yang tergolong kejahatan kemanusiaan antara lain 74 : pembunuhan; pemusnahan; perbudakan; deportasi atau pemindahan penduduk secara paksa; pengurungan atau pencabutan kemerdekaan fisik secara sewenang-wenang dan melanggar aturan-aturan dasar Hukum Internasional; penyiksaan, pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, kehamilan secara paksa, sterilisasi secara paksa atau berbagai bentu kekerasan seksual lainnya; penindasan terhadap suatu kelompok yang dikenal atau terhadap suatu kelompok politik, ras, bangsa, etnis, kebudayaan, agama, genderjenis kelamin, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 3 atau kelompok-kelompok lainnya, yang secara universal tidak diperbolehkan dalam hukum internasional, sehubungan dengan perbuatan yang diatur dalam ayat ini atau tindak pidana dalam yurisdiksi mahkamah; penghilangan orang secara paksa; tindak pidana rasial apartheid; perbuatan tidak 73 Oentoeng Wahjoe, Op.cit., hal. 60 74 Rome Statute of the International Criminal Court 1998. Universitas Sumatera Utara manusiawi lainnya yang serupa yang dengan sengaja mengakibatkan penderitaan yang berat, luka serius terhadap tubuh, mental atau kesehatan fisik seseorang. Tindak pidana tersebut tidak hanya dilakukan begitu saja, ada hal yang sangat fundamental mengapa tindak pidana yang telah disebutkan dalam pasal 7 1 Statuta Roma 1998 tersebut dapat digolongkan sebagai kejahatan kemanusiaan, hal tersebut merupakan unsur yang mengikuti tindak pidana tersebut, ialah sistematis systematic dan meluas widespread. Maksud dari sistematis, yaitu mensyaratkan adanya kebijakan atau tindakan negara untuk aparat negara dan kebijakan organisasi untuk pelaku diluar negara. Sedangkan pengertian meluas juga merujuk pada maksud dari sistematik, untuk membedakan tindakan yang bersifat meluas tetapi korban atau sasaran targetnya secara acak. Korban tersebut memiliki karakteristik tertentu misalnya agama, politik, ras, etnik, atau gender. Tindak pidana yang terjadi di Republik Afrika Tengah ini telah memenuhi apa yang dikategorikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Pembunuhan ekstra-yudisial, pemerkosaan secara sistematis berdasarkan agama, penghilangan secara paksa, pemindahan penduduk secara paksa, penyiksaan, penganiyaan, mutilasi, pelarangan ibadah serta pemakaian pakaian agama. 75 Tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara sistematis dan meluas dengan sasaran yang tidak acak pada agama atau etnis tertentu hal ini merupakan suatu tindak pidana 75 “Terjadi pelanggaran HAM Berat di Afrika Tengah” sebagaimana dimuat dalam www.satuharapan.com, terakhir diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 20.00 WIB, dan “PBB Resmi laksanakan Operasi Perdamaian di CAR” sebagaimana dimuat dalam www.harian.analisadaily.com, terakhir diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 20.10 WIB Universitas Sumatera Utara internasional yang tergolong pelanggaran HAM berat dan suatu bentuk Kejahatan terhadap kemanusiaan. Adapun pembunuhan ekstra-yudisial merupakan pelanggaran tindak pidana yang telah diatur dalam pasal 7 1 Statuta Roma 1998, pembunuhan tersebut didefenisikan pada pasal 7 2 yakni serangan yang ditujukan terhadap suatu kelompok penduduk sipil berarti serangkaian perbuatan yang mencakup pelaksanaan berganda dari perbuatan yang dimaksud dalam ayat 1 terhadap kelompok penduduk sipil, sesuai dengan atau sebagai kelanjutan dari kebijakan Negara atau organisasi untuk melakukan serangan tersebut. Dalam hal ini, pembunuhan yang dilakukan baik dari pihak milisi Anti-Balaka maupun eks- milisi Seleka merupakan suatu tindak pidana kejahatan kemanusiaan, pembunuhan tersebut dilakukan diluar hukum, terlebih pembunuhan yang dilakukan oleh milisi Anti-Balaka merupakan pembunuhan yang terencana secara sistematis dan meluas. Terencana secara sistematis dan meluas pada kriteria tertentu berdasarkan agama tertentu. Pembunuhan pun dilakukan sebagai bentuk aksi balasan reprisal jelas melanggar aturan hukum internasional khususnya perlindungan penduduk sipil berdasarkan asas pembedaan distinction principle. Pemerkosaan secara sistematis berdasarkan agama juga merupakan tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan yang telah diatur dalam Statuta Roma 1998. Pemerkosaan atau dalam hal ini penghamilan paksa berarti penahanan tidak sah, terhadap seorang perempuan yang secara paksa dibuat hamil, dengan maksud mempengaruhi komposisi etnis dari suatu kelompok penduduk atau melaksanakan suatu pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Kasus yang terjadi di Universitas Sumatera Utara Republik Afrika Tengah sangatlah memprihatinkan, terjadi kekerasan seksual berupa tindak pidana pemerkosaan yang dilakukan secara sistematis terhadap agama tertentu. Perbuatan pemerkosaan itu sendiri merupakan perbuatan yang keji apalagi pemerkosaan tersebut dilakukan berdasarkan agama tertentu. Pemerkosaan tersebut jelas dilakukan secara sistematis melihat dari sasaran pemerkosaan tersebut. Pelanggaran tindak pidana lainnya yaitu penghilangan secara paksa, penghilangan secara paksa berarti penangkapan, penahanan atau penyekapan orang-orang oleh, atau dengan kewenangan, dukungan atau persetujuan diam- diam dari, suatu Negara atau suatu organisasi politik, yang diikuti oleh penolakan untuk mengakui perampasan kebebasan itu atau untuk memberi informasi tentang nasib atau keberadaan orang-orang tersebut, dengan maksud untuk memindahkan mereka dari perlindungan hukum untuk suatu kurun waktu yang lama. Penghilangan secara paksa baik itu penangkapan maupun penahanan diluar hukum banyak terjadi di Republik Afrika Tengah ini, hal tersebut dilakukan oleh kedua belah pihak baik milisi Anti-Balaka maupun eks-milisi Seleka. Penangkapan maupun penahanan secara paksa yang dilakukan kedua belah pihak tersebut jelas merupakan salah satu pelanggaran tindak pidana kejahatan terhadap kemanusiaan yang diatur dalam Statuta Roma 1998. Pemindahan penduduk secara paksa yang dilakukan oleh milisi Anti- Balaka dalam tujuannya membersihkan etnis dan agama tertentu dari Republik Afrika Tengah. Pemindahan penduduk secara paksa ataupun deportasi memiliki pengertian yaitu perpindahan orang-orang yang bersangkutan secara paksa Universitas Sumatera Utara dengan pengusiran atau perbuatan pemaksaan lainnya dari daerah di mana mereka hidup secara sah, tanpa alasan yang diperbolehkan berdasarkan hukum internasional. Ribuan bahkan jutaan penduduk sipil mengungsi dikarenakan terancam akan pembunuhan ekstra-yudisial, penyiksaan, penghilangan secara paksa, mutilasi, pemerkosaan yang dilakukan milisi Anti-Balaka yang memiliki tujuan menghapus penduduk sipil beragama tertentu merupakan penyebab banyaknya penduduk sipil yang mengungsi. Pada laporan Amnesty berdasarkan serangkaian wawancara dengan warga di RAT mereka mengatakan milisi menimbulkan gelombang kekerasan pembersihan etnis yang ditujukan memaksa penduduk sipil beragama tertentu meninggalkan negara itu. 76 Bahkan milisi Anti- Balaka tidak segan-segan membunuh penduduk sipil yang tidak menuruti perintah milisi Anti-Balaka. Penganiayaan dan penyiksaan yang dilakukan kedua belah pihak tergolong kejahatan terhadap kemanusiaan. Penganiayaan dan penyiksaan yang dilakukan milisi Anti-Balaka merupakan penganiayaan yang kejam dan mengerikan. Tindakan tersebut juga dilakukan sebagai bentuk hukuman terhadap penduduk sipil dengan agama tertentu yang dilarang untuk menggunakan pakaian agama, beribadah bahkan pemaksaan pindah agama dibawah todongan senjata. Milisi Anti-Balaka tak segan untuk melakukan penganiayaan dan penyiksaan terhadap penduduk sipil tersebut, bahkan milisi Anti-Balaka melakukan pembunuhan ekstra-yudisial sebagai lanjutan tindakan sebelumnya yaitu penganiayaan dan penyiksaan terhadap penduduk sipil yang tidak mengikuti perintah milisi Anti- 76 “Muslim akan terhapus dari Republik Afrika Tengah” sebagaimana dimuat dalam www.republika.co.id, terakhir diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 21.00 WIB Universitas Sumatera Utara Balaka. Banyak penduduk sipil yang dipaksa pindah agama atau mereka harus membayar sejumlah uang kepada milisi Anti-Balaka untuk keselamatan jiwa mereka. Penganiayaan maupun penyiksaan yang arah dan tujuannya terhadap agama tertentu juga disinggung dalam pasal 5 Statuta Pengadilan Perang Bekas Yugoslavia International Criminal Tribunal of Yugoslavia Statute tentang kejahatan terhadap kemanusiaan dan pasal 6 c Piagam Nuremberg yakni penindasan berdasarkan politik, ras dan agama. Khaled A Beydoun, asisten profesor hukum di Dwayne O Andreas School of Law, Universitas Barry, Florida, AS memberikan pandangan menarik mengenai konflik di RAT. Dalam tulisannya di Aljazirah, ia mengatakan pembersihan terhadap kelompok Muslim di negara itu telah berlangsung secara masif. Namun ironisnya, kata dia, perhatian negara di luar Afrika maupun komunitas hak asasi manusia internasional sangatlah minim. Ia mencontohkan bagaimana Anti-Balaka, kelompok yang terdiri atas kaum radikal Kristen dan animis memaksa Muslim untuk murtad di bawah todongan senjata. Kalaupun tidak murtad, para milisi ini memaksa Muslim untuk beribadah secara sendiri- sendiri dan meningglakan busana Muslim. Tujuan Anti-Balaka adalah jelas, menyingkirkan komunitas Muslim dengan cara apapun dari Republik Afrika Tengah, ujarnya. 77 77 “Muslim Dibersihkan dari Afrika Tengah, Dunia Internasional Diam Saja” sebagaimana dimuat dalam www.republika.co.id, terakhir diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 21.23 WIB Universitas Sumatera Utara Tindakan mutilasi dilakukan oleh milisi Anti-Balaka, bahkan kanibalisme oleh penduduk sipil pun terjadi 78 , pria yang menamai dirinya Mad Dog atau Anjing Gila ini ikut dalam sekelompok warga Kristen yang menyerang seorang warga Muslim di ibu kota Bangui. Kepada BBC, dia mengatakan dirinya merasa marah karena kematian istrinya yang tengah mengandung, saudara ipar, dan bayinya dalam konflik sektarian. Mad Dog mengatakan kepada wartawan BBC Paul Wood dia telah melihat korban yang seorang Muslim duduk di minibus dan memutuskan untuk mengikutinya. Banyak dan lebih banyak orang lantas bergabung dengan aksinya itu. Dia memaksa pengemudi bus untuk berhenti dan menyeret orang itu ke jalan, di mana dia dipukuli, ditusuk, dan dibakar. Sebuah video rekaman memperlihatkan Mad Dog tampak sedang memakan kaki korban. Menurut saksi mata, tidak ada orang yang mencoba mencegahnya. Meskipun kanibalisme dengan dasar balas dendam pada suatu konflik sektarian tidak dinyatakan dan diatur secara eksplisit dalam pasal 5 Statuta Pengadilan Perang Bekas Yugoslavia International Criminal Tribunal of Yugoslavia Statute tentang kejahatan terhadap kemanusiaan dan pasal 6 c Piagam Nuremberg akan tetapi perbuatan tersebut tergolong tindakan yang tidak manusiawi yang dilarang secara jelas pada pasal tersebut. 78 “Pria Afrika menjadi kanibal karena dendam” sebagaimana dimuat dalam www.bbc.com, terakhir diakses pada tanggal 31 Mei 2016 pukul 21.43 WIB Universitas Sumatera Utara

C. Upaya Organisasi Internasional Dalam Penyelesaian Konflik Bersenjata