Analisis deskriptif format siaran Manajemen Qolbu di Radio 102.7 MQFM Bandung

(1)

51

DI RADIO 102.7 MQFM

BANDUNG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Oleh

Indah Choirunnisa

NIM: 105051102012

PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ANALISIS DESKRIPTIF

FORMAT SIARAN MANAJEMEN QOLBU

DI RADIO 102.7 MQFM

BANDUNG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

Indah Choirunnisa

NIM: 105051102012

Dibawah Bimbingan

Dr. H. Arief Subhan, MA

NIP: 19660110 199303 1 004

PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

!"#$% !"#$% !"#$%

!"#$% & '( ')

' '* ')+ * )',' -'( ' &' ' .'( ') /* ) ' -' 0

'-'& '( ' ' &' ' ' !1 ) #""2$ ) & '( & *' '+' ' '( '& -' '& * * / ( + ' ' ')' * / ' '* 3 $ / $ $4

' ' ') /* ) ' ') )- ' ') '* ') /) )& '

)' & $

' ' &'5 !1 ) #""2

')+ )',' -'(

')+ )',' -'(

')+ )',' -'(

')+ )',' -'(

& ' * ')+ ' ')++/&'5

$ & - 6' 5 $ & - 6' 5 $ & - 6' 5 $ & - 6' 5 !217"7#8 !229"9 ! ""#

&' * ')+ ' ')++/&'5

-')'(5 -')'(5 -')'(5 -')'(5


(4)

)++/&'5

)+

'$ '& '* 5 $ * '$ '& '* 5 $ * '$ '& '* 5 $ * '$ '& '* 5 $ * !21!"7## !22""9 # ""!

)+

'$ $ '$'$ $$

'$ $ 0 '(0 '(0 '(0 '( ' -' -' -' -5555 !:" #22 977

$

* * )+

$ $ 0 (')5

$ $ 0 (')5

$ $ 0 (')5

$ $ 0 (')5


(5)

; ;; ;

)+') ) '-' * )-'&' ') '(.'<

!$ ) * ' ') (' ' -' ' '-' -')+ ' ') )&

* * ) ( ' '( '& -' '&') * * / ( + ' & '&' -' 0 '-'& '( ' ' &'$

#$ * ' * -')+ '-' + )' ') ' '* ) ') ) & '( '-' =')& * ') ' )+') & )& ') -')+ ' -' 0

'-'& '( ' ' &'$

9$ ' * ') (' & & '(.' ' -' ) ') (' ' -'

' '-' '&' * ' ') (' ' ') ' ' -' / ')+ ' )5 *' '

'-' ' * ) *' ') -')+ ' -' 0

'-'& '( ' ' &'$

' ' &'5 !1 ) #""2


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim

Tiada tempat untuk mengucapkan rasa syukur selain kepada-MU yaa Rabb, karena-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam peneliti haturkan kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada kedua orang tua yang peneliti sangat cintai, yaitu Ayahanda dan Ibunda tercinta, semoga Allah SWT memberikan sehat wal’afiat di masa senjanya. Karena berkat dukungan beliau, baik moril maupun materil peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ANALISIS DESKRIPTIF FORMAT SIARAN MANAJEMEN QOLBU DI RADIO 102.7 MQFM

BANDUNG”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak yang berhubungan dengan penelitian ini, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak tersebut, diantaranya adalah:

1. Ayahanda H. M. Tarwa dan Ibunda Hj. Sudirah Wiriadisastra tercinta yang telah memberi support baik moril maupun materil, dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada peneliti. Terutama Doa yang terucap dari lafadz beliau, yang selalu mengiringi perjalanan pendidikan yang peneliti hadapi hingga selesainya skripsi ini.

2. Keluarga besar Aa Yoyo dan Ceu Nina, keluarga besar Aa Ali dan Ceu Dyah, keluarga besar Aa Cecep dan Teh Novi, keluarga besar Aa Opik dan


(7)

Teh Kathia, terima kasih semuanya atas bimbingan, support, dan segala bantuannya selama ini, baik moril terlebih materil.

3. Keponakan-keponakan tersayang, Amanda, Kesya, Raffi, Dimas, Reyhan, Raja, dan Satria yang selalu menghibur peneliti saat datangnya rasa jenuh dalam pembuatan skripsi.

4. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Pudek I dan dosen pembimbing bagi peneliti, terima kasih atas bimbingan dan support yang telah bapak berikan selama penelitian ini berlangsung, karena bimbingan, support, dan kesabarannyalah peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Drs. Mahmud Jalal, MA selaku Pembantu Dekan II dan bapak Drs. Study Rizal LK, MA selaku Pembantu Dekan III, terima kasih atas support yang telah beliau berikan.

6. Bapak Drs. Suhaimi, M.Si dan Ibu Rubiyanah, MA selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, yang telah membantu dan men-support peneliti selama penyusunan skripsi.

7. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak membantu dalam penelitian ini, terutama untuk Bapak Zakaria, MA yang telah memberi support dan masukan pada proses penyelesaian skripsi ini, dan Bapak Rully Nasrullah, M.Si selaku asisten dosen pembimbing yang juga telah membimbing dan bersabar terhadap kekurangan peneliti

8. Seluruh staff Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama yang telah membantu peneliti dalam mengumpulkan bahan-bahan skripsi (buku) yang


(8)

diperlukan, terutama Mas Awi, Mas Prio dan ibu Muniroh yang telah mempermudah peneliti dalam proses peminjaman buku.

9. K.H. Abdullah Gymnastiar selaku pendiri Pesantren Daarut Tauhid dan Radio 102.7 MQFM yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di radio 102.7 MQFM. Teh Ninih dan Ustadz Mulyadi Al Fadhil selaku narasumber Manajemen Qolbu yang telah membantu dalam kelancaran penelitian. Kang Agus Al Muhajir, selaku penyiar acara Manajemen Qolbu, yang telah meluangkan waktunya dan membantu peneliti selama berada di Bandung, dan seluruh staff 102.7 MQFM, yang telah menerima dan membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya.

10.My Beloved, Muhammed Razib Dwinaldi Putra yang telah memberi motivasi dan membantu peneliti selama penelitian. Support dan senyumnya yang selalu menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi ini. Thank’s for everything you do !!

11.Maya, Dwika, Zulfahmi, Helmi, dan Akmal. Terima kasih sahabat . . karena support kalian peneliti menjadi termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan Jurnalistik angkatan 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 khususnya Ka Dania, Lukman, Hilma, Rina, Wilda, Istianah, Iin, Bangkyur, Liga, Akbar, Nanda, Asep, Asih, Echie, Lastri, Dwita, Elly, Ka Yudin, Wildan, Tria. Terima kasih atas segala bantuan dan support kepada peneliti dalam suka duka selama perkuliahan.


(9)

13.For all my dear friend who always beside me when i happiness, sahabat Barisan Asik Jurnalistik (BATIK): Feby, Nia, Yefhi, Vika, Emy, Irma, Haia, Aris, Ichan, Arifin, Alfan, Tedy, dan Angga.

14.Rekan-rekan RIAF Senior dan Junior, sahabat-sahabat 04/07 yang selalu menemani, men-support, dan membantu peneliti. Rika, Acie, Rheno, Debrita, shofa, dan Ady Geeeetu. Terima kasih untuk semuannya, karena kalian peneliti menjadi termotivasi dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

15.Aa Yudi, Dinda, Widya Alia, huliska, listya, dan semua pihak yang telah membantu peneliti selama penelitian di Bandung. Terima kasih untuk semuanya.

16.Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk semua bantuan yang telah diberikan.

Akhirnya, peneliti hanya dapat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, meskipun peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan, yang tidak lain karena keterbatasan peneliti sendiri.

Semoga seluruh bantuan dan motivasi yang telah mereka berikan kepada peneliti selama ini semuanya dinilai sebagai amal shaleh dan diterima disisi-Nya. Amin Yaa Rabbal Alamin.

Jakarta, 16 Juni 2009


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DARTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

1. Tujuan Akademis ... 3

2. Tujuan Praktis ... 4

3. Manfaat Akademis ... 4

4. Manfaat Praktis ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metodologi Penelitian ... 6

1. Metode Penelitian ... 6

2. Subjek dan Objek Penelitian ... 6

3. Teknik Pengumpulan Data ... 7

4. Waktu Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN TEORI A. Format Siaran ... 12

1. Pengertian Format Siaran ... 12

2. Proses Penyusunan Format Siaran ... 15

a....Penyus unan Segmen Siaran ... 15

b....Penggo longan Jenis-jenis Acara Siaran ... 17

c....Penent uan Format ... 18

B. Ruang Lingkup Radio ... 20

1. Pengertian Radio ... 20

2. Sejarah dan Perkembangan Radio ... 22

3. Struktur Organisasi Radio ... 29

4. Karakteristik Radio ... 30

5. Keunggulan dan Kelemahan Radio ... 36

C. Manajemen Qolbu ... 42

1. Karakteristik Qolbu ... 43

2. Dasar-Dasar Manajemen Qolbu ... 43

a. Ikhlas ... 45


(11)

c. Tawadhu ... 49

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO 102.7 MQFM BANDUNG A. Sejarah Berdirinya ... 51

B. Profil Perusahaan ... 52

C. Visi dan Misi ... 53

D. Struktur Organisasi Radio ... 57

E. Gambaran Umum Acara Manajemen Qolbu ... 58

F. Jadwal Acara Radio ... 59

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA LAPANGAN A. Latar Belakang Format Siaran ... 62

B. Proses Penyusunan Format Siaran ... 63

C. Format Siaran Manajemen Qolbu ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 70

B. Saran-Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(12)

' ! < '&' '('') ' / !"#$% $$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$ :# ' # < ' + & ) !"#$% $$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$ :7 ' 9 < '('') -')+ * ? '- ')' * ) / $$$$$$$$$$$$$$$$$ :: ' 7 < ' .' =' ' $$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$ :2 ' : < / *'& / ) /.) ')' * ) / !"#$% $$$$$$$$$$ 1: ' 1 < / *'& ' ') '*' ')' * ) / !"#$% $$$ 11 ' % < / *'& ')' * ) / !"#$% $$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$ 1%


(13)

$$$$ '&' ' ')+'&' ' ')+'&' ' ')+'&' ' ')+

' ' '.' )-' ' / '+' * ' )- ' ') ') ')+

'( *'&' / ( ')-' / ')+5 )'* ) (' & & '( ''& * ' )- ' ') ) * )- '*'& ') ')-' / ')+ -')+ ' '

' '* '( ' ' ') ' ( )-' &'( ) !2#:?!29"5 ')-' !% &' '.'& ' / & ' ' ' *' -' ' '& ') * ' '( ' ' / * ) ' * ' *' '$! ' / )& )+') * '&' '+ ( )++'

' ') * ' &'*' ' '* * ) )+' ') * '&' '+ $#

) 5 ' / & '( * ')+ )+') '&5 (' ) &') '

)+') ' ')-' 0 ) * & / / ' 3 4 ') )

/ ' 3 4 -')+ ' * ) ')+ ' ( ) '$ ' '* ' '(

* ')+') ' /5 & ' '& ( ' !"" 0/ *'& ' ')$ ')&' ')-' & ' '& !" 0/ *'& ' ') -')+ / 5 & & ' ') * '( ') & )') 3 @' 4 0/ *'& ' ') ') &)-'$

)+ & ') 0/ *'& ) * ) & / ')5 $ $ ' '* )-' -')+ A ')' * ) ' )- ' ')< & '& + )+ / ' ' / ') @ A * ) ' ') '(.' 0/ *'& ' ' '(

1

Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta: PT. Prenada Media Group, 2008), h. 3.

2

Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, dan Reporter Radio (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007) h. 6.


(14)

)-' ') /+ '* ') * -')+ * * = ?= & & )& / ( &' ) ' /$9

')+ ') ' ') ' ' '( '& ') '&' ')+ ' ') ') ' '* )& ' '5 +'* ' '&' ' ' ') +'* ' '&' -')+ )& + '0 5 ' ' & 5 ' -')+ 0'& )& ' & 0 *' ) & ' * ' '( ')+ '& ) *' ' ')$7

' ' ' ) 0/ *'& ' '* &' ) ' /5 ')&' ')-' ' ' '( 0/ *'& ' / ')' ?')' 5 *' '5 .' '5 ') & '$: ) &

* *0/ ') & ') ) ' ' 0/ *'& + B ')' * ) / A -')+

' ' ' / !"#$% $ =' ' ')' * ) / ')+ )+ ' '

":$"" C "1$"" D $ /+ '* + ) * )- ' ') ' ') '+' & * '& -')+ ' )+') * )++ )' ') '- -')+ 0 )+ )& * ) *' + /* ')+ & /*'+) & ' &' ) *')=' 5 * ') * *')=' ') ' ') ' / & ' '()-'$1 '

) ' )' ')5 !"#$% ' '*' )+') ')-'

'('') ' / ) /) ' ') *')=') +' '$

' ) '( -')+ * * '& ) & ' ( )-' & &' ') * * & ') )& * ) & ( ') & * )+ )' 0/ *'& ' ') ' '

'( '('') ' / !"#$% ') * )+'* BBBB

!"#$% !"#$%!"#$% !"#$% A

AA A$

3

Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 220. 4Ibid., h. 32.

5 Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, h. 11. 6 Morissan, Manajemen Media Penyiaran, h. 5.


(15)

$ $ $

$ '&' ') ') '&' ') ') '&' ') ') '&' ') ') **** ')')')') ' ' '(' ' '(' ' '(' ' '(

)& * )+(' ') ) & ') -')+ *' *' 5 *' ' ' '* ) & ') ) ) & (')-' * * '&' ' ' 0/ *'& ' ') ' .'( ')' * ) / -')+ ' ' ' / !"#$% ') )+$

* ') & * '( * ') *' ' '( '+' &<

!$ ' &/ ' ' ' ' -')+ * '&' ' ')+ )- )') 0/ *'&

' ') ')' * ) / ' / !"#$% E

#$ '+' *')' / )- )') 0/ *'& ' ') ')' * ) / ' / !"#$% E

9$ '+' *')' 0/ *'& ' ') ' .'( ')' * ) / ' / !"#$% E

>$ >$ >$

>$ ') ')') ')') ')') ') ')0''&')0''&')0''&')0''& )))) & ')& ')& ')& ') !$

!$ !$

!$ ')')')') '''' ****

' )+') * ') *' ' '( '&' 5 *' ' & ') ' ) & ') ) ' ' '(<

'$ )+ &'( 0' &/ ' ' -')+ * '&' ' ')+ )- )') 0/ *'& ' ') ')' * ) / ' / !"#$%


(16)

$ )+ &'( / )- )') 0/ *'& ' ') ')' * )

/ ' / !"#$% $

=$ )& * ) ' '& ') )+ &'( ') ') * )'* '( .'.' ') * )+ )' '+' *')' 0/ *'& ' ') ' / !"#$%

( )-' '=' ' ')' * ) / $

#$ #$ #$

#$ ')')')') ' &' &' &' &

(' ' ') (' ) & ') ) ' '& * * ') )0/ *' & (' ' '& -')+ * * '(' ') * )+ )' 0/ *'&

' ') '=' ' ' /$ &' (' ' ') +' '+' ' '& + )' ') '+' '(') ' ') -')+ *')0''& '+ *'(' .' ')

*'(' . ) @ &' '* + ' ' &'5 ( )-'

/) )& ' )' & $

9$ 9$ 9$

9$ ')0''&')0''&')0''&')0''& '''' ****

' ) & ') ) (' ' ') ' '& * * ') /)& )-'&' ' '* * * ') +'* ' ') * )+ )' 0/ *'&

' ') ' / '+ ) @ &' '* + ' ' &'5 ' '

' &' ' .'( ') /* ) ' 5 /) )& ' )' &

( )-'$

7$ 7$ 7$


(17)

'$ (' ' ') ' '& * * ') *' ') '+ ) & ') &)-'5 -')+ * * '(' *' ' '(') &' 0/ *'& ' ')$

$ ' '& * ) ' /)& * '( '+ & /) )& ' )' & ( )-'$

=$ &' ' '& * * ') * ')+') * ') ' ' * ' *' ' ( )-' ' ' ) & & ' / !"#$% ' '* * )-' ') 0/ *'& ' ')$

$$$$ ) ' ')) ' ')) ' ')) ' ') &' '&' '&' '&' '

) & ') & )&')+ 0/ *'& ' ') ' /5 ( )-' -')+

' &') )+') ' .'( '( )'( ' ') / ( ) &

*)-'5 & &' ' ' ) & ') ) 5 ) & * * '(' & )&')+ 0/ *'& ' ') ' '* '& '=' ' ' .'( ' '( '& &' ) ' / ') )+5 -' & !"#$% 5 -')+ * )-'&' ') '(.' 0/ *'& ' '* '=' ' & & & *' ' '* 0/ *'& -')+ ' ' ') * ' )$ ' '* ) ') ) ) & * ) ) ' )+' D')& -')+ B / *'& ' ') =' ' ' '( &' ' / ')+ ')+? ')& )A5 ') /* ) ' )- ' ') '*5 #""%$ ' ' ) & ') & &5 )+' * *0/ ') ' ' '+' *')' 0/ *'& ' ') '=' ' ' '( &' ' /5 ') ') * &/ -')+ + )' ') ' '* )-'* ' ') '=' ' ' '( &' ' /$


(18)

'+ ') ' * '(' ') -')+ & & / ( )+' ')&' ')-' ' ' '( * '+ ') 0/ *'&?0/ *'& -')+ ' ' ') *

' ) ') *' )' ' )-'* ' ') ' .'( -')+ '* ' ') '

'( &' ) ' / ' ' *' -' ' '& ')-' $

'') ')&' ' ) & ') ) )+') ) & ') -')+ ' ') / ( )+' & &' ' ' '&' ') ') * ') *' ' '( -')+ & & 5 *')' ' ' ) & '))-' & 5 ' ) * * '(' & )&')+ 0/ *'& ') ' .'(5 )+' .')& +' * * '(' ')? ') -')+ ' ' ' ' '=' ' ' '( &' ' / ') * &/ )-'* ' ))-'5 ')+ ') ' ' ) & ') ) 5 ) & * * '(' '&' ' ')+ )- )') 0/ *'&5 / )- )') 0/ *'&5 ') 0/ *'& ' ') ' .'( & &$

) & ') ) +' '& ') / ( ' ' * ? * & '& ' /5 0/ *'&5 ') '=' ' ')' * ) / !"#$%

'+' &/ * '(' ') -')+ '* $

'* )5 (' ) = * ) ' '( & ) ' ') '+ ) & )& * ) ' ') ) & ') ) '+' ' '( '& ' -' * '(5 ' )

& ' +' ' ') '+' '(') 0 ) '+ ) & ')

') &)-'$

$$$$ &/&/ / /+&/&/ / /+/ /+/ /+ )))) & ')& ')& ')& ') !$

!$ !$

!$ &/&/&/&/ )))) & ')& ')& ')& ')

)& * * / ( '&'5 ) & * )++ )' ') ) ) & ') ' ' ') ' ' ) '&') ' &'& 0 )+') * &/


(19)

& 0 ')' $ ) '&') ) & ') ' &'& 0 ' ' '( '( & -')+ & ' * )+ &'*' ') ' '&' ')-' )-' / ' '&' '* )+$ & ) & ') )& * ) ' ') 0 )/* )'

' '*? ' '*)-' * ' )+ * ') '&' -')+ ' '* )+') .'.')=' '$%

#$ #$ #$

#$ ')')')') )))) & ')& ')& ')& ')

' '* ) & ') ) ' ' '( '=' ' ' / !"#$%

-' & ')' * ) / 5 ')+ ') -')+ * ) ' / ) & ') ' ' '( 0/ *'& ' ') ')' * ) / ' / !"#$% $ ' ) * '&' &'*' ) & ') ' ' '( (' .'.')=' ' ')

/ @' ' ')+')$

9$ 9$ 9$

9$ )))) )+ *)+ *)+ *)+ * ')')')') '&''&''&''&'

'$ @'

@' ' ' '( '& )+ * ') '&' )+') * )+'*'& ')+ )+ & (' ' / )-' '&' (' ?(' -')+

('& ') ' ))-'$ ) / @' ) ')& )+') ')+ '& ' '&')5 & < '* '5 &' =/ 5 ') ='&'&')5 (' ) & ') '+' ) & * )='&'& ' '') ' ')+')5 & (') ') )++ ') -')+ & ' '&

' ')+')5 +' (' .'.')=' ' ') ' )? ' )$ @' )

7 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 58.


(20)

' ') )+') * )+' ' ') ) )+') &' ) ' /

!"#$% -')+ ' ' ') )+ ')-' * '& '

) )+')5 * ' &')++' !9 ' '* ' )+') !1

' #""2$

$ )& @ . '&' D'.')=' '

)& @ . '&' .'.')=' ' ' ' '( / =' ' ') )+') *' & & )& =' ' ') & ' ') / ( ' (' 5 -' & .'.')=' ' 3)& @ . 4 -')+ * )+' ') &')-'') ') & .'.')=' ' 3)& @ . 4 -')+ * * ') '.' ') '&' &')-'') & $8 ) -')+ + )' ') ' ' '(

)& @ . ' & * )5 -' & ) & * )+' ') ' ' &')-'') ' ' $ $ '( -*)' & ' '+' )

')& ) '' & ' ( ') ' / !"#$% 5 ( ) ) ( '+' '& ? '& )-' &' 6'( & &' -')+ * )+ &' -'(

' ') * *'( !"#$% 5 &' 6 + (' '+'

)- ' ' / 5 ') &' 6 -' ' ( '+'

)++')& = '*'( ' -* ''& ' ')+ & ' ' ' & * '&5 * ') ')+ )+ '.' / ( )' ' * )+')

' & '5 * ) '.' &')-'') ' ' ' ' -')+ & * ' *' ' '(') -')+ ' '$

=$ / * )&'

8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan ke-23, 2007), h. 186.


(21)

&/ ) + )' ') )& * )+ ' '&'? '&' -')+ & ' & ='&'& )+') =' ' * '* ') / * )? / * ) -')+ ' 0/&/ '&' '*') 0/ *' '& * '+' + '&')$ & + '&') (' ?(' 5 / & ') /0 ' !"#$%

$

$ ) )' '&'

' '* )+/ '(') '&')-' ) * )++ )' ') ')' & 05 -' & ) & '(' * )++'* ' ')

/ ) & ') ' ' ' ')-' ' )+') )-'&'')

' ' ') ' ' & / -')+ ' ' ') '(' * * ') * ='(') *' ' '( ( )++' * )+(' ') '&' & 0 ' '&'? '&' & & '&' ') ' / ')+?/ ')+ ') ' -')+ ' '& '*'& $2

' ' ) ) & * * / ( '&' ' '+'

* -')+ ' '5 ' ' ') * ) ' * * ')

* ) $ * * -')+ ' ' ' '* )

' ' '( & '& -')+ & ' & ')+ )+ )+') & '& + )- ' ') ' .'( -')+ & ' ') / ( !"#$% 5 * ' )-'

/ ) /.) '=' ' ') & * !"#$%

(&& <CC* '('- ' $ /+ /&$=/*C#""8C!#C ? &?*,0*? ' )+?

* )+ '& ')$(&* ')

(&& <CC ')+ &= $./ $=/*C#""2C"9C"#C) . ? '0&' ?

' /?-+?* ? '-?*,?0*C$ *')' & * ' ' ' '( '= ')5


(22)

'(') 0 ) ') ' '& / ' ' ' ') ' '') ' / !"#$% $

' ) * ) ' ' ) ' ' '( & '&

-')+ * * ' &') =' ' ')+ )+ )+') / ) & ')5 & * ' )-' ' ) ') &' )? &' ) -')+ * '- '=' '

')' * ) / $

) ) ') ') )- )') ) /*')

' ' < B /*') ) ') ' -' * '( 3 5 5

') &' 4 -')+ ) / ( & * ) -' 0

'-'& '( ' ' &' &'( ) #""%A$!"

7$ 7$ 7$

7$ D' &D' &D' &D' & )))) & ')& ')& ')& ')

) & ') ) ' ') &' ) ' / !"#$%

') )+$ $ + ' /)+ ')+ ' /< !! '(' ' 5

') )+ 7"!:7 ) /) '$ (/) < 3"##4 #"":!9! 'F 3"##4 #""#8#%$ ' ) .' & ' '') ) & '))-' ' ') ' '

') ' '* ' )+') #""2$

$$$$ & *'& '& *'& '& *'& '& *'& ' )))) ')')')')

10 Tim Penulis, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA, Cetakan ke- II, 2007.


(23)

)& ' * *'('* ) )+') ' ' ' ') &')5 *' ' ) & * )- ) ) )+') & *'& ' ) ') -')+ ( / & 0 ' '* *' ' '(') -')+ '(' $ ' ) '( ')5 & '&' & ( ' 5 -' & < '&' ' ')+

)' ' ) & * * '& '( ' -' * '( )+')

B )' & 0 / *'& ' ') ')' * ) / ' /

!"#$% ') )+A5 '&' ') ') * ') *' ' '( -')+ ' ') '(' &' 0/ *'&$ ) & +' * * )-' & ') ') *')0''& & ) 5 ' )' ') ) & ') ) * ) ) ' ' ) & ') *)-'5 ' ' ' ) & ) ' ') &' ' -')+ ' ' / ( ) & '+' '(') & ) ' ') ' ' '(

) & ') -')+ '* / ( )+' D')& -')+

B / *'& ' ') =' ' ' '( &' ' / ')+ ')+? ')& )A #""%5 ') &)-' ' ' '( * &/ / /+ ) & ') * '

) '&') ' &'& 0 ')' & 05 ') & *'& '

) ')$

' ) & * * '(' & ) ' ') & / 5 -')+ & ' 0/ *'& ' ') -')+ * ) ' ') & )&')+ )+ & ') 0/ *'& ' ')5 / )- )') 0/ *'& ' ') -')+ & )&')+

)- )') +* ) ' ')5 )++/ /)+') ) ? ) '=' '

' ')5 ') ) )& ') 0/ *'& ' ')$ ' ' ')+ )+ ' / -')+ * ) ' ') )+ & ') ' /5 ' '( ')

* ')+') ' /5 & & / +') ' ' /5 ' ' & & ' /5 &' )++ ') ') *'(') ' /$ ') &)-' * ) ' ') & )&')+ )+ & ') ')' * ) / -')+


(24)

& ' ' ' & & / ') ' ' ? ' ' ')' * )

/ $

' '* ' ') * * !"#$% ') )+5 & ' /0

' / !"#$% -' & < /0 '('')5 ' '( )-'5 @ ') * 5 & & / +') ' 5 +'* ' ') * * '=' '

')' * ) / 5 ') ' .' '=' ' ' / !"#$% ') )+$

' G * ') ') ')' ' '&' ' ')+') -')+ & ' 0' &/ ' ' ' ' -')+ * '&' ' ')+ )- )') 0/ *'& ' ')

')' * ) / 5 '+' *')' / )- )') 0/ *'&

' ') ')' * ) / ') '+' *')' 0/ *'& ' ')

')' * ) / ' / !"#$% ') )+$

' G * ') ') ' ')? ' ') * )+' ( ) ') ' -'


(25)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Format Siaran

1. Pengertian Format Siaran

Dalam dunia bisnis tingkat persaingan stasiun radio di kota-kota besar dewasa ini cukup tinggi dalam merebut perhatian audien. Program radio harus dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang. Hal ini pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih.

Format adalah penyajian program dan musik yang memiliki ciri-ciri tertentu oleh stasiun radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan audiennya.11

Program siaran harus mengacu pada pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran dan makin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa, untuk siapa dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima oleh audien. Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai. Pemahaman tentang pendengar yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologis mereka.

11

Morissan, M.A, Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta: PT. Prenada Media Group, 2008),h. 220.


(26)

Tujuan penentuan format siaran adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan media lainnya disuatu lokasi siaran. Format siaran lahir dan berkembang seiring dengan tuntunan spesialisasi siaran akibat maraknya pendirian stasiun radio. Format siaran dapat ditentukan dari berbagai aspek, misalnya aspek demografis audien seperti kelompok umur, jenis kelamin, profesi hingga geografi.

Pada stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio anak-anak, remaja, muda, dewasa dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku atau gaya hidup ada radio berformat: profesional, intelektual, petani, buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. 12

Penyajian format dalam menyampaikan informasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu dominasi berita (all news) dan dominasi perbincangan (all talk atau talk news). Ada juga yang mengkombinasikan kedua format tersebut, dinamakan dengan news talk atau talk news. Format all news, misalnya, terdiri atas (berita lokal, regional, nasional dan internasional), laporan feature, analisis, komentar dan editorial. Target audien format ini adalah pendengar berusia antara 25 hingga 54 tahun dengan tingkat pendidikan yang baik. Sementara format khusus (specialty) adalah format yang dikhususkan untuk audien berdasarkan etnis dan agama. Dengan demikian, format khusus ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu format etnik dan format agama.

12


(27)

Program atau segmen yang disiarkan oleh radio sampai sekarang belum mempunyai format yang baku. Dalam perencanaan dan pembuatan program siaran radio, masing-masing Negara masih menggunakan formatnya sendiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Negara-negara Eropa misalnya format siarannya masih terpaku pada hitungan waktu. Artinya penyajian siaran-siaran tertentu disesuaikan dengan waktu yang disesuaikan, sedangkan Negara Amerika khususnya voice of America, penyajian siarannya berdasarkan intonasi. Artinya pembacaan atau penyiaran mendominasi, misalnya suara penyiar (announcer) dan kecepatan pembacaan (Speed). Format seperti ini membuat segmen atau siaran yang disajikan terasa sangat formal.13

Negara di Asia-Pasific termasuk Indonesia mencontoh gaya Eropa BBC London dan ABC Australia. Format ini lebih cocok jika disesuaikan dengan masyarakat kita yang mempunyai perhatian yang sangat terbatas, cenderung mengikuti segmen atau siaran yang ada hubungannya dengan kehidupannya sendiri, serta tidak bisa mengikuti acara secara keseluruhan.

Format penyajian siaran radio mulai berkembang di beberapa Negara sekitar tahun 1980-an. Pembacaan siaran bisa dibubuhi dengan insert voice berupa laporan pendek (voice report), statement pejabat, wawancara singkat langsung dari lokasi, pidato tokoh, insert telepon dan news conference. Bahkan ada yang memasukan sound efek sebagai ilustrasi seperti jingle, gamelan, musik dan sebagainya.14

13

Totok Djuroto, Mengelola Radio Siaran (Semarang: Dahara Prize, 2007), h. 131.

14


(28)

Di Indonesia format siaran menjadi wajib dimiliki setiap stasiun penyiaran sebagaimana ketentuan Undang-Undang penyiaran yang menyatakan bahwa pemohon izin penyiaran yang ingin membuka stasiun penyiaran wajib mencantumkan nama visi, misi dan format siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang.15

Pada umumnya stasiun radio memproduksi sendiri program siarannya. Hal ini menyebabkan stasiun radio hampir tidak pernah melibatkan pihak-pihak luar dalam proses produksinya. Memproduksi program radio memerlukan kemampuan dan keterampilan sehingga menghasilkan produksi program yang menarik untuk didengar.

Secara umum program radio terdiri atas dua jenis, yaitu musik dan informasi. Kedua jenis program ini kemudian dikemas dalam berbagai bentuk yang pada intinya harus bisa memenuhi kebutuhan audien dalam hal musik dan informasi.16

2. Proses Penyusunan Format Siaran

a. Penyusunan Segmen Siaran

Penyusunan segmen siaran meliputi: pembagian bahan siaran (materi), pembagian waktu siaran, dan perencanaan siaran. Programming atau redaksional organisasi perusahaan radio secara departemental berikut

15

Pasal 33 Ayat (2), Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

16

Masduki, Menjadi Broadcaster Profesional (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004), h. 69-103.


(29)

mengacu kepada bagan organisasi jenis atau tipe stasiun yang beritanya di bawah supervisi programnya.17

1) Pembagian Bahan Siaran

Setiap segmen acara yang akan disiarkan terlebih dahulu dikelompokkan ke dalam beberapa golongan konsep sesuai dengan format yang akan digunakan. Materi siaran dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, seperti misalnya umur, berita, dan hiburan.

2) Pembagian Waktu Siaran

Pembagiannya terdiri dari empat waktu: pagi, siang, petang dan malam. Pembagian waktu ini penting dalam pemikiran dan perencanaan penata acara siaran mengingat pendengarnya berbeda dalam kebiasaan sehari-hari di tiap-tiap waktu tersebut, seperti penyesuaian berita, drama, pendidikan atau penerangan, dan penyajian hiburan.

3) Pelaksanaan Siaran

Melaksanakan materi-materi (segmen acara) sesuai dengan waktu-waktu yang direncanakan berdasarkan pembagian bahan siaran yang telah ditetapkan bersama.

4) Evaluasi

Setelah melakukan tahap-tahap di atas, kemudian muncul suatu permasalahan dan ide gagasan terbaru sesuai dengan keadaan

17

Alexander dan Henny. Manajemen Media Massa (Jakarta: Modul 1-9 Universitas Terbuka, 2004), h. 7.12.


(30)

yang berkembang, maka hal-hal tersebut perlu dibahas kembali agar mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

b. Penggolongan Jenis-jenis Acara Siaran

Penggolongan ini terdiri dari empat golongan:18

1) Siaran pemberitaan dan penerangan (news and information programme) yang mencangkup: Warta Berita (straight news), Reportase (current affair), Penerangan Umum (general information), dan pengumuman (public service).

2) Siaran pendidikan (education programme) mencangkup: Siaran Anak-anak (children hour), Siaran Remaja (youth programme), Siaran Sekolah (school broadcasting), Siaran Pedesaan (plural broadcasting), Siaran Keluarga Berencana (family planning programme), Siaran Agama (religi programme), Ruangan Wanita (womans hour), dan Pengetahuan Umum (adult education).

3) Siaran Kebudayaan (culture programme) mencangkup: Musik Daerah Popular (local music), Musik Indonesia Popular (national music), Musik Asing (foreign music), dan Hiburan Ringan (light entertaint).

4) Siaran Lain-lain (miss cellaneous) meliputi: Ruangan Iklan (komersial sportannouncement), dan Pembukaan atau Penutup Siaran (opening atau closing tune).

18


(31)

c. Penentuan Format

Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang harus dicapai, pemahaman tentang audience yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan dan bagaimana perilaku sosiologis-psikologi mereka. Hal inilah yang menentukan format siaran relevan beserta implementasinya pada wilayah program dan pemasaran.

Target audience adalah memilih satu atau beberapa segmen audience yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program, promosi, dan penentuan format yang akan dipakai.

Targeting disebut juga dengan selecting karena audience harus diseleksi. Pemilihan suatu audience hendaknya dilakukan berdasarkan berdasarkan riset yang memadai, sebelum suatu segmen audience dimasuki ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi:19

1) Apakah segmen itu cukup besar? ini berarti segmen yang dipilih hendaknya cukup potensial, dalam arti terdapat populasi yang cukup besar, sehingga dapat menjamin continuitas program dan produksi program.

2) Apakah ada daya belinya? populasi yang besar dalam sebuah segmen belum menjamin keberhasilan.

3) Apakah dapat dibedakan dengan segmen lainnya? sebuah segmen yang baik harus dapat dibedakan dengan jelas dengan segmen-segmen lainnya.

19


(32)

4) Apakah sudah ada pesaing lain yang menguasai segmen itu? sebuah segmen yang menarik tidak selalu terbuka untuk semua pendatang baru.

5) Apakah segmen itu dapat dijangkau? segmen yang baik harus dapat dijangkau. Dalam hal ini, media penyiaran harus memiliki sarana pemancar dan promosi yang dapat menjangkau segmen yang dituju.

Menurut Clancy dan Shulman (1991) ada empat kriteria yang harus dipenuhi oleh pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audience sasaran yang optimal. Keempat kriteria itu adalah :20

a) Responsif, audience sasaran harus responsive terhadap program yang ditayangkan sesuai dengan format segmen.

b) Potensi Penjualan, setiap program yamg akan disiarkan harus memiliki potensi penjualan yang cukup luas. Semakin besar kemungkinan program untuk mendapatkan audience sasaran, maka semakin besar nilainya.

c) Pertumbuhan Memadai, audience tidak dapat dengan segera bereaksi. Audience bertambah secara perlahan-lahan sampai akhirnya meningkat dengan pesat.

d) Jangkauan Iklan, pemasangan iklan biasanya menyesuaikan dengan format yang ada, media penyiaran yang paling tepat untuk memasarkan produknya. Audience sasaran dapat dicapai dengan

20


(33)

optimal kalau pemasang iklan dapat dengan tepat memilih media untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya.

B. Ruang Lingkup Radio

1. Pengertian Radio

Radio merupakan “dunia” yang tidak asing lagi bagi masyarakat. Dari lapisan bawah, menengah, hingga lapisan atas, baik tua maupun muda, semuanya pasti sudah akrab dengan media yang satu ini.21 Radio juga merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai media ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiaran ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.22

Radio sebagai salah satu pilihan media hiburan dan informasi ternyata tidak kalah pamor dengan media cetak maupun elektronik lainnya. Info kesehatan, teknologi, gaya hidup, info seni dan budaya berita politik, ekonomi, kriminalitas, agama bahkan gosip artis bisa didengar secara gratis dari shubuh hingga tengah malam.23

21

Fatmasari Ningrum, Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter dan Reporter (Jakarta: Penebar Swadaya, 2007), h. 5.

22

Masduki, Jurnalistik Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar, (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, Cetakan-ke IV, 2006), h. 9.

23


(34)

Di dunia radio terdapat dua macam istilah, yaitu siaran radio dan radio. Dilihat dari konotasinya siaran radio merujuk pada isi segmen atau siarannya, seperti berita, obrolan, pidato, uraian, sandiwara, musik, gamelan, iklan dan sebagainya, sedangkan radio mengarah kepada institusi atau lembaganya. Radio adalah nama dari stasiun penyelenggara penyiaran radio yang bersangkutan. Misalnya, Radio Republik Indonesia, Radio Tri Jaya Jakarta, Radio Suara Surabaya, Radio Gajah Mada Semarang.

Dalam radio (Broadcasting) istilah radio mempunyai arti yang luas. Radio bisa berarti benda alat elektronik yang dapat mengeluarkan suara, yaitu pesawat radio. Radio juga berarti sebutan dari lembaga atau tempat dimana siaran atau segmen disiarkan sehingga benda-benda tersebut mengeluarkan bunyi.

“Sedangkan menurut Encyclopedia of Science and Technology, radio berarti alat komunikasi yang dapat menyampaikan dan menerima pesan tanpa kabel dengan menggunakan gelombang elektromagnetik. Jadi, pengertian radio adalah suatu media massa yang menyampaikan pesan dalam bentuk modulasi berupa tanda-tanda (morse), suara (voice), kalimat (talk), bunyi-bunyian (sounds), dan sebagainya. Dipancarkan melalui gelombang elektromagnetik dengan frekuensi tinggi ke udara melalui antena yang bisa disebut dengan transmitter. Sinyal-sinyal modulasi tersebut kemudian diterima oleh alat penerima yang disebut radio penerima (receiver).” 24

Di Indonesia sampai saat ini, medium radio yang digunakan untuk berkomunikasi ada tiga yaitu: Pertama, Radio Panggil (pager), Kedua, Radio Komunikasi (walky-talky), dan Ketiga, Radio (broadcast).

24


(35)

Menurut cara kerjanya, ketiga radio ini sama-sama berfungsi sebagai media komunikasi penyampaian informasi. Tetapi mempunyai sifat dan spesifikasi yang berbeda. 25

a) Radio Panggil (pager) sifat komunikasinya searah (linier). Artinya si penerima (komunikan) hanya dapat menerima pesan saja tanpa bisa merespon langsung

b) Radio komunikasi (walky-talky) bisa berkomunikasi dua arah (two way traffic communication) antara komunikator dan komunikan bisa berhubungan secara langsung meskipun tidak secara face to face.

c) Radio (broadcast) lebih komplit lagi, karena selain bisa berkomunikasi dua arah (request program) radio bisa menyiarkan musik sehingga dapat berfungsi sebagai media hiburan.

2. Sejarah dan Perkembangan Radio

Seperti saat ini, perkembangan dunia modern ditandai dengan makin meningkatnya ilmu pengetahuan, dari ilmu eksakta sampai ke elektronika modern. Munculnya radio merupakan bukti adanya perkembangan tentang elektronika modern ini.

Radio lahir melalui penyelidikan-penyelidikan para ilmuwan yang dengan gigih mengembangkan teori tentang gelombang elektromagnetik, melalui berbagai eksperimen yang kemudian merupakan prinsip kerja dari suatu pesawat radio. Banyak tokoh ilmuwan yang mencoba

25


(36)

mengembangkan teori tentang gelombang elektronik ini sejak tahun 1865. Namun demikian, radio itu sendiri baru dikemukakan pada tahun 1898 oleh seorang pemuda italia bernama Gugliemo Marconi, setelah dalam beberapa tahun secara tekun mempelajari teori gelombang elektromanetik, dengan mencoba membuat pemancar atau transmitter, serta alat penerima yang di sebut radio atau receiver.26

Munculnya radio di Indonesia, sudah tidak lagi dipengaruhi dari sudut tekniknya saja. Radio di Indonesia, timbul dan berkembang akibat langsung dihadapkan dalam tugas dan peranannya sehari-hari dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Proses berdirinya radio di Indonesia bermula dari kekhawatiran pemerintah kolonial Belanda terhadap tanah jajahannya Nederlands Indie atau Indonesia.

Radio yang pertama kali didirikan oleh pemerintah Belanda adalah Botaniasche Radio Vereeniging (BRV) berkedudukan di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1925. Lima tahun kemudian Belanda mendirikan sebuah radio yang lebih besar lagi dan merupakan suatu badan yang bertugas mengurusi soal siaran melalui radio. Badan tersebut adalah Nederlands Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM).

Siaran-siaran NIROM ini mendapat simpati dari masyarakat, karena isi siarannya yang ternyata menarik perhatian dan sangat digemari rakyat kecil. Karena itu pemerintah kebudayaan dan kesenian asli bangsa Indonesia termasuk kesenian daerahnya.

26


(37)

Sejarah radio di Indonesia mencatat masa prihatin yang paling mendalam, ketika kekuasaan pemerintah Belanda beralih kepada pemerintahan Jepang. Jepang yang datang dan menang mengusir Belanda, mencabut semua izin radio swasta maupun radio yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda. Tidak itu saja, Jepang mem-bereidel pesawat radio milik rakyat dengan menutup (meng-lak) semua gelombang radio yang ada dalam pesawat milik rakyat, kecuali gelombang radio milik pemerintah Jepang. Dengan demikian, rakyat yang memiliki pesawat radio hanya bisa mendengarkan siaran radio yang disiarkan oleh pemerintah Jepang.27

Sebagai gantinya pemerintah Jepang hanya mendirikan dua radio. Pertama, yang disebut radio Hoso Kanri Kyoku (HKK). Radio ini, merupakan radio pemerintah Jepang yang siarannya ditujukan kepada bangsa Indonesia, dengan pengantar bahasa Indonesia. Tujuan utama dari siaran radio ini adalah, Jepang mempengaruhi rakyat Indonesia dengan siaran-siarannya, agar rakyat Indonesia mau membantu Dai Nipon (tentara Jepang), apabila suatu saat menghadapi perlawanan tentara sekutu sebagai musuh Jepang. Bila mereka memperebutkan kembali Indonesia.

Radio Jepang yang kedua adalah Taigaihoso Bu, radio ini menyiarkan siaran militer dari pemerintah Jepang yang ditujukan ke luar Negeri berupa propaganda-propaganda perang dengan pengantar bahasa Inggris.

27


(38)

Meskipun pesawat radio milik rakyat gelombangnya ditutup dengan lak, kenyataannya banyak teknisi radio bangsa Indonesia sendiri, masih bisa menyadap siaran radio dari luar Negeri guna mengetahui secara jelas perkembangan situasi dunia.

Sebenarnya politik Jepang menutup semua gelombang pada pesawat radio milik rakyat, secara tidak langsung mendidik bangsa Indonesia untuk mampu berfikir terhadap pemanfaatan radio yang sebenarnya. Terbukalah pengetahuan mereka bahwa sebenarnya radio dapat digunakan sebagai sarana propaganda perang, mampu digunakan untuk mempengaruhi lawan dengan membalikan fakta yang sebenarnya, guna megelabui lawan. Selain itu bangsa Indonesia juga menyadari adanya pengaruh yang ditimbulkan dari siaran radio tersebut, sehingga mereka lebih memahami fungsi dan peranan radio.28

Indonesia, secara resmi memiliki radio sendiri setahun setelah negeri ini merdeka, tepatnya tahun 1946. Sebenarnya radio di Indonesia sudah berdiri sejak tanggal 11 september 1945 bernama Radio Republik Indonesia. Namun, berdirinya Radio Republik Indonesia ini belum sempat diresmikan oleh pemerintah kita yang baru merdeka.

Rintisan berdirinya Radio Republik Indonesia diprakarsai oleh Dr. Abdulrachman Saleh, ketika terjadi pecah perang kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945. Dr Abdulrachman Saleh bersama rekan-rekannya secara diam-diam mendirikan radio yang terletak di jalan Gondangdia Jakarta. Melalui radio inilah para pemimpin Indonesia memberikan

pidato-28


(39)

pidatonya membakar semangat bangsa Indonesia untuk berjuang mengusir penjajah.

Melalui radio ini pula proklamasi Republik Indonesia disebarluaskan dan didengar oleh Negara-negara lain. Setelah itu, bermunculan kembali radio-radio milik pribumi yang dulunya dibekukan oleh pemerintah penjajah Jepang. Radio milik rakyat Indonesia itu tersebar diseluruh Indonesia.

Tanggal 10 September 1945 diselenggarakan pertemuan antar pemilik radio pribumi diseluruh Indonesia. Pertemuan itu memutuskan, meminta pemerintah Republik Indonesia yang baru merdeka agar mendesak Jepang yang sudah menyerah, untuk menyerahkan seluruh peralatan radio yang dulunya disita dari rakyat Indonesia, maupun radio milik Jepang sendiri, dalam keadaan itu, baik dan lengkap dengan pemancarnya kepada pemerintah Republik Indonesia.

Tanggal 11 September 1945, pertemuan antara pemilik radio diseluruh Indonesia dilanjutkan kembali bertempat di Gang Mentang Kecil Jakarta. Dari hasil pertemuan, mufakat untuk mendirikan radio Republik Indonesia ini dengan nama Radio Republik Indonesia. Semula yang menjadi anggota baru Sembilan radio saja yang ke semuanya berada di pulau jawa, yaitu radio dari Jakarta, Bandung, Semarang, Purwokerto, Solo (Surakarta), Yogyakarta, Madiun, Malang, dan Surabaya.

Sejak saat itulah radio yang mengikuti pertemuan mempunyai kesepakatan mendirikan Radio Republik Indonesia itu, mulai menamakan dirinya sebagai Radio Republik Indonesia Jakarta, Bandung, Semarang,


(40)

Solo, Surabaya, dan sebagainya. Semula yang menjadi perintis itu baru Sembilan stasiun radio, maka perkembangan selanjutnya Radio Republik Indonesia sudah tersebar diseluruh wilayah tanah air berjumlah 49 stasiun, dengan nama Radio Republik Indonesia.

Medium radio di Indonesia, dari tahun ke tahun berkembang semakin pesat. Saat radio berdiri digunakan sebagai alat revolusi untuk mencapai kemenangan dalam perang memperebutkan kemerdekaan bangsa dari tangan penjajah, maka saat ini fungsi dan peranannya terus ditingkatkan sebagai salah satu media komunikasi dan informasi. Isi siaran Radio Republik Indonesia, diarahkan untuk mencangkup tiga sasaran, yaitu pendidikan, penerangan, dan hiburan.

Kehidupan radio di Indonesia terus berkembang dengan cepat. Disamping 49 stasiun Radio Republik Indonesia ini bermunculan radio-radio yang dikelola oleh pihak swasta. Bernaung dalam wadah radio-radio non pemerintah yang jumlahnya mencapai ratusan stasiun di seluruh Indonesia. Munculnya radio swasta tersebut dimulai sekitar tahun 1960-an. Ketika itu para teknisi elektronika kita sedang membuat pemancar radio (transmitter), hanya dengan memakai alat yang mereka sebut variable sebagai pengantar gelombangnya. Variable ini berupa tumpukan lempengan alumunium yang disusun sedemikian rupa sehingga bisa digunakan sebagai penghantar gelombang elektromagnetik.

Peralatan ini bahannya mudah di dapat, apalagi ditambah dengan munculnya transistor yaitu suatu alat yang dapat berfungsi pengganti bola-bola lampu hampa udara (focum tube) yang biasanya digunakan untuk


(41)

membuat pemancar ataupun radio. Dengan kemudahan membuat pemancar radio (transmitter) dengan lempengan alumunium (variable) ini, terjadilah suatu euphoria (kebebasan dalam hal mendirikan radio). Kemudian muncul radio-radio yang didirikan oleh perseorangan ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang hanya berdasarkan kesenangan.

Tahun 1970 pemerintah memberlakukan peraturan suatu tata tertib dalam undang-undang yang berhubungan dengan radio. Peraturan dalam undang-undang ini berisikan pengaturan pemakaian gelombang radio, penyusunan acara siaran, dan cara kerja organisasinya. Ke semuanya itu dibuat agar dalam mengelola radio selain berdasarkan kesenangan dapat menjadi suatu sarana yang bernuansa bisnis sehingga radio dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat dan pengelolanya memperoleh keuntungan (profit oriented).29

Penataan RRI sebagai Radio Republik Indonesia diatur di dalam PP No. 12 Tahun 2005, dimana RRI di tempatkan sebagai PERJAN (Perusahaan Jawatan) yang berstatus sebagai lembaga penyiaran publik dibubarkan sesuai dengan ketentuan pasal 2 ayat 2 PP No.12 Tahun 2005. Sebagai Radio Republik Indonesia, RRI diharuskan memberikan pelayanan informasi pendidikan dan hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa. Oleh karena itu RRI sebagai lembaga penyiaran publik harus nonprofit, independent, dan lebih mengutamakan fungsi-fungsi penyiaran publik.30

29

Djuroto, Mengelola Radio, h. 31-44.

30

Tommy Suprapto, Berkarier di Bidang Broadcasting (Jakarta: Media Pressindo, 2006), h. 55.


(42)

3. Struktur Organisasi Radio

Status stasiun penyiaran mempengaruhi bentuk, srtuktur, dan tata kerja organisasi. Bahkan perbedaan status stasiun penyiaran mempengaruhi pola fikir dan tindak personil dalam pengelolaan stasiun penyiaran termasuk programming atau redaksional siaran. Di sini dihindarkan prosedur birokrasi yang ketat dan kuat, dengan demikian perlu ditata hubungan kerja yang lancar antara pimpinan dan pelaksana serta antar pimpinan maupun antar pelaksana.

Untuk memperlancar prosedur kerja organisasi penyiaran, biasanya disusun skema prosedur, dan tata kerja organisasi yang lebih menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa, dan bidang apa yang dikerjakannya.


(43)

Berikut ini adalah struktur organisasi penyiaran radio:31

Gambar 1: Struktur Organisasi Radio

4. Karakteristik Radio

Radio memiliki karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, karena memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan komunikasi massa. Karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, baik ditinjau dari sisi keunggulan maupun kelemahannya.

31

Henny, Manajemen Media Massa, h. 7.13.

Executive

Producer

Writer Director

Audio Director Lighting Dasar Technical director Camera Operator Videotape Set Designer Operator

Talent Graphic Coordinator

Gater

Assistant Assistant Set Construction

Hair

Make-up


(44)

D.Cary, Tannenbaum dalam bukunya “ The Radio & Television Commercial “ menulis beberapa karakteristik radio. 32

a. Radio itu terdapat dimana-mana.

Dalam bukunya ini, Carry menyebutkan terdapat sekitar setengah milyar pesawat radio, 73% diantaranya berada di rumah, toko-toko, tempat potong rambut, dan di kantor-kantor. Radio-radio yang berada di mobil dan truk terhitung sekitar 100 jutaan. Dan radio portable yang berjumlah jutaan berada dimana-mana bahkan dalam kegiatan olah raga yang disiarkan secara langsung. Terlebih, tidak seperti media cetak, radio tidak dapat diabaikan. Jika anda dalam jarak dengar sebuah radio yang sedang menyala, anda akan mendengar nya baik anda menginginkannya ataupun tidak. jumlah ini masih bisa di katakan tidak real, mengingat masih banyak radio transistor yang bisa diperjualbelikan secara bebas oleh pedagang asongan, belum lagi jika melihat feature ponsel yang sekarang banyak yang memiliki feature radio.

b. Radio itu bersifat memilih.

Geografis, demografis, dan keragaman program stasiun radio membantu pengiklan menetapkan target pendengar. Fleksibilitas semacam ini berarti bahwa spot iklan dapat disiarkan dalam jaringan regional atau nasional. Dapat diudarakan setiap jam di siang atau malam hari. Para pengiklan bisa memilih dari berbagai macam stasiun radio baik AM ataupun FM, masing-masing dengan

32

Harley Prayudha, Radio, Penyiar It’s Not Just a Talk (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), h. 13-15.


(45)

format yang berbeda. Semua berita, musik kontemporer dewasa, country, black musik, oldies, top forty, musik indah, middle of the road (MOR), klasik, acara wawancara, etnik, ataupun bahasa asing. Keragaman semacam ini memungkinkan untuk “berbicara” secara langsung pada prospek-prospek.

c. Radio itu ekonomis.

Dalam satu minggu, radio dapat mencapai sembilan dari sepuluh pendengar yang berusia 12 tahun ke atas. Mereka yang berusia 18 tahun ke atas mendengarkan radio selama hampir tiga setengah jam sehari. Seorang pengiklan biasanya dapat mempercayakan pada kombinasi yang efektif atas jangkauan dan frekuensi dengan biaya yang relatif rendah per-ribuan pendengar. Sendirian atau dalam kumpulan dengan media lain, radio bisa secara efektif membantu memperketat anggaran iklan. Spot bisa dijadwalkan untuk sedikit atau sebanyak mungkin sebagaimana yang ditentukan oleh sasaran dan anggaran. Pemikiran ekonomi yang lain: iklan radio relatif tidak mahal. Semua pesan bisa dihasilkan dari sebuah lembar fakta spontan atau naskah yang digunakan oleh seorang penyiar secara langsung, atau dengan produksi spot yang dianggarkan menggunakan musik, efek pengisi suara.

d. Radio itu cepat.

Jika timbul kebutuhan, pengiklan dapat mengiklankan produk langsung diudarakan dalam hitungan jam. Spot yang menggunakan efek suara, musik atau jingle dan beberapa suara dapat di ulangi


(46)

lagi, direkam, dicampur, di dubbing dan kemudian diudarakan dalam hitungan hari. Hal ini sangat menguntungkan bagi pengiklan jika memerlukan media radio sebagai media promosi dalam keadaan-keadaan darurat.

e. Radio itu bersifat partisipasif.

Rasa persahabatan dan kesetiaan pada sebuah stasiun radio tertentu, para pendengar, mengembangkan sebuah rasa keterlibatan. Radio membutuhkan imajinasi. “cerita-cerita” komersial tidak dibatasi pada tempat dan waktu. Efek-efek suara dan musik secara seketika menciptakan sebuah adegan. Deskripsi dan dialog dapat menarik sebagaimana yang dimungkinkan oleh selera dan karakter-karakter dapat dimainkan baik dengan sederhana. Pendengar menggunakan imajinasi untuk mengisi “warna” siaran radio.

Sedangkan menurut Candra Novriadi dalam makalah “Mengapa Menggunakan Radio” menyebutkan 8 karakteristik radio diantaranya adalah:33

a. Radio itu memiliki kelompok sasaran yang spesifik

Pada waktu-waktu yang berbeda, bisa menjangkau berbagai kelompok yang berbeda: Ibu rumah tangga, pengendara mobil, anak muda, dan lain-lain. Setiap stasiun radio punya profil pendengarnya masing-masing, dan dengan menempatkan iklan

33 Dekry Hartana, “Plus Minusnya Radio” Artikel diakses pada 25 Maret 2009 dari


(47)

pada jam-jam yang tepat bisa menjangkau sasaran iklan yang tepat pula secara efektif dan dengan demikian mengurangi biaya “Cost Per Thousand” dan memperkecil penggunaan space yang sia-sia. b. Radio itu lebih banyak orang lebih banyak waktu

Daya jangkau radio sangatlah luas, bisa didengar di desa, di kota, dalam ruangan, luar ruangan, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52 minggu setahun. Radio menjangkau khalayak potensial setiap saat, dimana pun mereka berada.

c. Radio itu terkait dengan aktifitas

Radio mampu menjangkau khalayak ketika mereka sedang mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Misalnya menjangkau ibu rumah tangga ketika sedang memasak, menjangkau pengendara ketika dalam perjalanan. Dengan mengenali pola perilaku pendengar dan menjangkau mereka pada waktu yang tepat, pesan yang dikirimkan akan diterima lebih terbuka.

d. Radio itu kesegera-an dan keluwesan

Radio itu sifatnya (segera), ia didengar pada saat sedang siaran tidak seperti di media cetak. Radio juga bisa beradaptasi sangat cepat terhadap situasi lapangan yang berubah cepat. Suatu (Campaign) bisa disesuaikan segera dengan segala perubahan yang ada dilapangan, seperti: cuaca, penjualan, anggaran, dan lain-lain.


(48)

e. Radio itu pesan bersifat “stand alone”

Di radio iklan-iklan ditayangkan secara sendiri-sendiri dan tidak bisa ditumpuk-tumpuk atau dikompensasi dengan (design layout) yang indah-indah. Jadi iklan klien-klien akan didengar sebagai iklan yang berdiri sendiri-sendiri.

f. Radio itu informasi yang dipercaya (kredibel)

Orang mendengar radio untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya seperti berita, laporan lalu-lintas, laporan perjalanan, dan lain-lain. Jadi orang akan mendengarkan iklan klien sebagai suatu informasi yang kredibel karena ditayangkan beriringan dengan semua informasi tadi.

g. Radio itu media personal

Radio berbicara kepada khalayak secara pribadi. Pendengar punya hubungan “satu-dengan-satu” dengan stasiun dan penyiar favoritnya dan karena hubungan yang sangat dekat itu, mereka menjadi lebih terbuka terhadap pesan yang ingin disampaikan klien, radio itu jauh lebih dekat kepada khalayaknya dibandingkan dengan media lain.

h. Radio itu memiliki kepribadian

Radio bukan hanya memiliki kepribadian, melainkan bisa juga memberikan “Kepribadian” bagi produk klien, suatu “Kepribadian” yang membuat orang dekat dengannya dan meresponnya. Radio itu Memberikan Hasil.


(49)

Beberapa atau seluruh dari karakteristik radio ini dapat dimanfaatkan oleh para pengiklan kreatif dan biro iklan untuk mempersiapkan dan menyiarkan komersial-komersial yang dapat menjual.

5. Keunggulan dan Kelemahan Radio

Radio tidak kalah saing dengan media informasi dan hiburan yang lain seperti Televisi, Surat Kabar, Majalah maupun tabloid. Selain murah dan mudah, kenggulan radio adalah sebagai berikut:34

a. Cepat dan langsung

Radio merupakan sarana tercepat dalam penyampaian informasi dibandingkan TV atau Koran. Peristiwa yang baru saja terjadi bisa didapatkan dan langsung disampaikan kepada para pendengar tanpa proses yang rumit.

b. Akrab

Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. Jarang sekali ada sekelompok orang mendengarkan siaran radio di suatu tempat. Biasanya, seseorang mendengar radio di kamar, di dapur atau di dalam mobil.

c. Dekat

Radio begitu dekat dengan pendegarnya. Penyiar radio menyapa para pendengarnya secara professional. Sang penyiar seakan berbicara dengan satu pendengar bukan banyak pendengar.

34


(50)

d. Hangat

Paduan kata-kata, lagu dan efek suara dalam siaran radio begitu terasa hangat dan mampu mempengaruhi emosi pendegarnya. Penyiar radio yang sering kali menanyakan kabar pendengarnya, memberikan semangat hidup, menghibur di kala sedih dengan lagu-lagu, bertindak seakan teman baik bagi pendengarnya.

e. Tanpa Batas

Siaran radio bisa disimak oleh siapa saja, menembus batas-batas geografis, demografis, suku, ras, agama dan antar golongan juga kelas sosial hanya tunarunggu yang tidak mampu menikmati siaran radio.

Radio Indonesia mempunyai semboyan “Sekali di udara tetap di udara”. Itulah semboyan yang sudah kita kenal sejak dulu. Secara implisit, semboyan tersebut menggambarkan tekad para kru radio untuk terus berkarya dan mempertahankan siaran radionya tetap berlangsung. Secara eksplisit, menggambarkan bahwa siaran radio disiarkan melalui medium udara. Sekarang ini siaran radio tidak harus melalui udara dengan peralatan antena dan pemancar, namun juga melalui medium kabel (radio kabel) dan internet (web radio). Internet memang telah mengubah semua definisi mengenai media, kita mengenal koran internet, TV internet, sampai bioskop internet.

Banyak sistem yang bisa digunakan untuk melakukan siaran radio di internet. Salah satunya adalah sistem ShoutCast, yang dikembangkan oleh Nullsoft Inc, pembuat Winamp, dan software MP3 player terpopuler.


(51)

Salah satu keuntungan sistem ShoutCast adalah softwarenya dapat diperoleh secara gratis, file lagu yang digunakan adalah format mp3, dengan demikian lebih mudah diproduksi. Di bawah ini akan diterangkan langkah-langkah setup siaran radio melalui internet menggunakan ShoutCast: 35

1) Persiapkan PC yang akan digunakan sebagai server (yang diakses oleh pendengar), bisa berbasis Windows atau Linux. Persiapkan juga PC yang akan digunakan sebagai streamer (yang digunakan untuk menyiarkan). PC kedua ini bisa digabung dengan server dan harus berbasis Windows.

2) Setup jaringan TCP/IP di PC server dan streamer.

3) Downloadlah software-software penunjangnya di

http://www.shoutcast.com. Yang perlu di download adalah:

ShoutCast Server (for Windows/Linux, sesuaikan dengan server), ShoutCast DSP plugin for Winamp, dan Winamp versi terakhir (jika anda belum mempunyainya). Selain itu anda harus menginstal MP3 codec dari Fraunhoffer yang bisa anda dapatkan dari Windows Media Player versi terakhir.

4) Installah ShoutCast server di PC server dan Winamp serta DSP pluginnya di PC streamer. Ikuti petunjuk pada program installernya.

5) Jalankan ShoutCast server di PC server. Untuk versi windows dapat dijalankan dalam mode prompt atau GUI.

35

Imam Indra Prayudi, “Siaran Radio Lewat Internet Menggunakan ShoutCast”, artikel diakses pada 25 Maret 2009 dari http://www.geocities.com/imamindrap/guides/radio.co.id.


(52)

6) Nyalakan Winamp pada PC streamer, persiapkan playlist lagu, mikrofon (bila ada). Buka preferences --> plugins --> DSP/effects, pilih ShoutCast source for Winamp, klik configure, cek pada advanced recording jika ingin menggunakan mikrofon, lalu tutup preferences. Pada ShoutCast source window, klik edit di sebelah kanan tulisan server, akan muncul window server. Pada server window, isi alamat IP PC server, jika menggunakan PC yang sama isikan: localhost. Pada Server Information isikan informasi mengenai nama radio yang ingin digunakan, misalnya: Radio Lawnosta (description) Oldies and 70s, 80s musik (genre)

http://lawnosta.cjb.net (URL) lawnosta (IRC channel), 52379822

(ICQ#), lawnosta (AIM name), lalu klik OK. Lalu klik edit di sebelah kanan Format, akan muncul window Format selection. Pilihlah format dan atribut yang akan digunakan. Sebagai default, digunakan format MP3, 20 Kb/s, 12.000 Hz mono, 2 Kb/s. Pilihan ini mempertimbangkan kecepatan stream dan jaringan. Untuk LAN, gunakan kualitas tertinggi 56Kb/s, 24.000 Hz stereo, 7 Kb/s, lalu klik OK. Jika menggunakan mikrofon atur level musik dan mikrofon pada advanced mode, lalu klik connect, tunggu sampai tersambung, lalu mainkan playlist Winamp.

7) Untuk mendengarkan siaran ShoutCast, dapat menggunakan

Winamp, Sonique, MusicMatch Jukebox, FreeAmp, STP, atau


(53)

open --> URL lalu isikan alamat server ShoutCast (misal

http://lawnosta.cjb.net:8000 atau http://192.168.0.2:8000).

8) Pengaturan lebih lanjut dilakukan dengan mengedit file sc_serv.ini pada folder tempat anda menginstalasikan ShoutCast server. (defaultnya c:\Program Files\SHOUTcast).

9) Jika anda menggunakan mikrofon, anda dapat menjadi penyiar di radio anda sendiri. Tekan tombol Push to Talk dan mulailah berbicara lewat mikrofon. Gunakan tombol lock untuk menahan tombol Push to Talk dan jika telah selesai tekan tombol lock sekali lagi.

Begitulah langkah-langkah melakukan siaran radio melalui internet menggunakan ShoutCast. Sedangkan kelemahan radio dibandingkan media massa lainnya adalah sebagai berikut:36

a. Selintas

Siaran radio cepat hilang dan mudah dilupakan oleh para pendengarnya. Hal ini dikarenakan sangat jarang segmen acara di radio yang pembicaraannya dapat diulang.

b. Global

Siaran informasi yang disajikan oleh radio tidak begitu lengkap dan detail, sering sekali informasi yang berupa angka langsung dibulatkan dengan ditambahkannya kata-kata “rata-rata atau sekitarnya”.

36


(54)

c. Batasan Waktu

Waktu siaran radio terbatas, umumnya siaran dibuka mulai pukul 05.00-24.00, maksimal 20 jam bila memungkinkan.

d. Beralur Linier

Program acara disajikan dan dinikmati pendengar berdasarkan urutan yang sudah ada. Tidak seperti koran atau majalah, pembaca bisa langsung ke halaman tengah atau terakhir sesuai yang diinginkan.

e. Mengandung Gangguan

Saat mendengarkan program acara radio, pendengar terkadang mengalami gangguan secara teknis. Misalnya suara yang timbul-tenggelam atau tidak jelas.

Sedangkan menurut Howard Gough, dalam buku Programa Radio. Beliau mengatakan bahwa Radio juga mempunyai beberapa gangguan dan hambatan yang potensial, diantaranya adalah alat-alat yang mekanis, aspek teknis pada peralatan, persoalan bahasa, sosial, gangguan suara yang mengganggu pancaran siaran, mengganggu kejelasan secara teknis dan gangguan pada penerimaan pesan.37

Berdasarkan keunggulan dan kekurangan dari radio seperti yang dijelaskan di atas, maka pengelolaan terhadap radio harus dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan agar pendengar mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya dan hiburan sesuai dengan kebutuhan.

37

Howard Gough, Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio (Jakarta: 1999), h. 9.


(55)

C. Manajemen Qolbu

K.H. Abdullah Gymnastiar (2005), melaksanakan manajemen qolbu pada prinsipnya mempunyai dua kunci. Pertama, terbiasa untuk melakukan pembersihan atau pelurusan hati dengan bersungguh-sungguh. Kedua, berkemauan kuat untuk meningkatkan kepribadian dan keprofesionalan dalam bidang apapun.

Qolbu ialah memahami diri, mau, dan mampu mengendalikan diri sehingga membuat kita mendapatkan ridha dan derajat yang mulia di sisi Allah SWT.38

Secara jasmani Al-Qalb ialah segumpal daging yang berbentuk bulat panjang seperti jantung pisang yang terletak di rongga dada sebelah kiri. Al-Qalb ini berisi darah hitam kental dan mempunyai tugas-tugas sesuai dengan fungsi pencintaannya di dalam tubuh. Al-Qalb yang berkaitan dengan agama dan kemanusiaan adalah makna hati yang ditinjau berdasarkan rohani atau psikis.39

Manajemen Qolbu terdiri dari komponen kata, manajemen dan qolbu. Manajemen merupakan pengaturan yang dilakukan melalui proses berdasarkan fungsi agar mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan qolbu atau qalb memiliki makna jantung, isi, semangat, keberanian, bagian dalam dan bagian tengah. Qalb juga merupakan bentuk mashdar (berbolak-balik) juga sebagai tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan amal ibadah seseorang berharga atau sia-sia. 40

38

K.H. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid, Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qolbu (Bandung: PT Mizan Pustaka, Cetakan ke-XIV, 2005), h. 225-226.

39

Imam Al-Ghazali, Manajemen Qolbu Titian Kebahagiaan Dunia dan Akhirat (Yogyakarta: Harapan Utama, 2003), h. 1-2.

40

Enung Asmaya, Aa Gym Dai Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk (Jakarta: Hikmah, 2003), h. 112.


(56)

1. Karakteristik Qolbu

Fungsi utama dari qalb adalah sebagai alat untuk memahami realitas amal ibadah dalam kehidupan seseorang. Qolbu juga berperan sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali emosi serta tingkah laku manusia. Oleh karena itu, qalb mempunyai beberapa karakteristik, diantaranya adalah:41 Pertama, qalbun mayyit (hati yang mati) adalah hati yang tidak mengenal Tuhannya dan tidak mau beribadah kepadan-Nya baik itu menjalankan perintah-Nya maupun menjauhi larangan-Nya.

Kedua, qalbun maridh (qolbu yang sakit) yaitu hati yang hidup, mampu menerima logika namun, mengandung penyakit. Qalb ini mempunyai potensi untuk beribadah kepada Allah SWT dan juga menuruti emosi nafsunya.

Ketiga, Qalbun Salim (hati yang selamat) yaitu hati yang selamat dari nafsu yang menyalahi perintah dari Allah SWT, selamat dari bahaya dan kesalahfahaman yang bertentangan dengan kebaikan serta selamat dari penghambaan dari Allah SWT.

Dari karakteristik di atas mengatakan bahwa qolbu adalah sesuatu yang bersifat hidup, mempunyai suatu pemikiran sendiri yang mempunyai potensi untuk menerima kebenaran illahi.

2. Dasar-Dasar Manajemen Qolbu

Dalam memanaje qalb, seorang muslim selayaknya memahami bahwa keindahan cinta yang paling hakiki adalah kepada Allah SWT.

41


(57)

Untuk itu sebelum mencintai Allah SWT, sebuah keyakinan hendaknya ada terlebih dahulu dengan cara mengenal Allah SWT (ma’rifatullah).

Bagi seorang muslim ma’rifatullah adalah bekal yang dapat menyelamatkan dan membawanya ke jalan yang benar untuk meraih kedudukan yang tinggi di akhirat serta prestasi hidup yang mulia di dunia. Ma’rifatullah juga bisa berarti sebagai pengarah qalb yang akan meluruskan orientasi hidup seorang muslim.42

Manajemen qolbu merupakan upaya mengatur hati dengan cara melatihnya secara terus menerus, namun tetap seirama, seimbang dan selaras dengan qalb pada kehidupan sehari-hari.43

Berdasarkan konsep manajemen secara umum, manajemen mempunyai beberapa ciri khas, diantaranya adalah Pertama, manajemen qolbu mempunyai tujuan yang jelas dan ingin dicapai, yaitu niat dan perbuatannya mengharapkan ridha Allah SWT, sehingga bernilai mulia, dapat dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat.

Kedua, manajemen qolbu memerlukan kolaburasi atau perpaduan antara ilmu dengan seni. Qalb mampu menyikapi persoalan itu dan memahami ilmu juga memiliki seni untuk menerapkannya pada kehidupan.

Ketiga, dari kedua ciri tersebut menjelaskan ada suatu tujuan tertentu dalam manajemen qolbu, oleh karena itu diperlukan proses pelatihan dan pembiasaan yang sistematis dan berkesinambungan.

42

K.H. Abdullah Gymnastiar, Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu (Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan ke-2, 2003), h. 2.

43


(58)

Manajemen qolbu sebagai pengarah kehidupan juga mempunyai visi tersendiri, yaitu menyatukan dimensi zikir, fakir, dan ikhtiar. Dimensi zikir sangat menekankan keikhlasan dan ketawakalan. Dimensi fikir menegaskan pentingnya rasionalitas dalam setiap pemikiran dan tindakan. Sedangkan dimensi ikhtiar memfokuskan pada esensi kerja dengan ikhlas dan sabar.

Menjadi pribadi yang terpuji dalam kehidupan ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, sebagai insan mulia kita harus menjaga hati (qolbu) dan perilaku agar selalu tetap dalam lindungan Allah SWT. Dalam masalah ini peneliti membagi pengertian Qolbu menjadi tiga, yaitu:

a. Ikhlas

Dalam melakukan suatu amal, setiap muslim harus memiliki niat atau motivasi, yakni niat yang ikhlas karena Allah SWT. Amal manusia memang sangat tergantung pada niatnya. Secara harfiah, ikhlas artinya bersih, murni dan tidak ada campuran. Maksudnya adalah bersihnya hati dan fikiran seseorang dari motif-motif selain Allah dalam melakukan suatu amal. Orang yang ikhlas adalah orang yang melakukan sesuatu karena Allah dan mengharapkan ridha Allah SWT.44

Sedangkan menurut Imam Al-Qusyairy an-Naissabury (1997) arti dari ikhlas adalah menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya sembahan. Sikap yang di maksudkan adalah taqarrub (mendekatkan

44


(59)

diri) kepada Allah SWT, mengesampingkan yang lain dari mahkluk-makhluk ciptaan-Nya. Keikhlsan juga dapat dikatakan sebagai mensucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan semua makhluk.45

Dalam bukunya yang berjudul Nasehat Agama dan Wasiat Iman, karangan Imam Habib Abdullah Haddad makna ikhlas adalah, menyengajakan semua amal ibadah, ketaatan dan perbuatan semata-mata kepada Allah SWT. Untuk mendekatkan diri dan memperoleh keridhaan-Nya. Bukan untuk tujuan-tujuan yang lain, seperti berpura-pura mengerjakan ketaatan, menampilkan diri dihadapan orang banyak, mengharap pujian orang atau tamak untuk mendapat suatu pemberian.46

b. Sabar

Kata sabar berasal dari kata arab sabr, yang akar katanya sabara, yang berarti mengekang atau menahan.47 Dalam konteks tasawuf, sabar adalah tunduk sepenuhnya tanpa syarat kepada kehendak Allah SWT dengan menerima apa saja yang maujud dalam waktu yang tak terbagi. Al-Muhasibi, seorang sufi, mendefinisikan sabar dengan tetap tenang di bawah pukulan-pukulan takbir.

45

Imam al-Qusyairy an-Naisabury, Risalatul Qusyairiyah; Induk Ilmu Tasawuf (Jakarta: Gusti, 1997), h. 243.

46

Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman (Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1993), h. 457.

47


(60)

Al-Ghazali menyebutkan, bahwa sabar adalah proses kesediaan kita untuk mengubah perilaku tawbah dan menaklukan hawa dengan mengikuti tuntunan agama. Dengan kata lain, sabar adalah kemampuan kita untuk tetap mengikuti tuntunan agama dalam menghadapi segala desakan hawa nafsu. Kemampuan untuk mengendalikan ini telah ada dalam setiap jiwa manusia. Berdasarkan jenis desakan hawa, sabar mengacu kepada berbagai istilah yaitu sabar terhadap syahwat perut disebut qonaah (rasa puas), lawannya adalah syarah (rakus), sabar terhadap syahwat farj (kemaluan) disebut iffah (menjaga kehormatan) lawannya adalah syabq (mengumbar syahwat) dan masih banyak lagi sabar dalam bentuk lainnya.

Sikap sabar sangat diperlukan sepanjang hidup seorang muslim, hal ini untuk menghadapi nafsu yang berlebihan dalam hal yang berlebihan. Sabar merupakan sarana kebajikan yang mutlak penting karena sebagian besar sifat-sifat jiwa yang baik tergantung kepada sabar.

Sabar juga bisa dikatakan menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diinginkan. Sabar mempunyai tiga unsur, yaitu ilmu, hal, dan amal. Sabar merupakan bagian dari iman, tanpa kesabaran maka iman akan terhapus dari hati. Keterkaitan sabar dengan iman mengakibatkan kadar kesabaran menjadi bertingkat-tingkat sebagaimana bertingkatnya kadar iman.


(61)

Menurut Imam Al-Qusyairy an-Naissabury (1997), sabar dibagi menjadi dua macam, yaitu sabar terhadap apa yang diupayakan dan sabar terhadap apa yang tanpa diupayakan. Mengenai sabar dengan upaya sabar terbagi menjadi dua, yaitu sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT dan sabar dalam menjauhi larangannya. Mengenai sabar terhadap hal-hal yang tidak melalui upaya maka kesabaran adalah sabar dalam menjalani ketentuan Allah SWT yang menimbulkan kesusahan baginya.48

Menurut pandangan Islam, untuk menghadapi banyak perselisihan dan perbedaan, penyimpangan moral dan pemahaman yang salah ditengah-tengah masyarakat adalah dengan bersabar dan memaafkan tanpa harus ribut, saling berdebat bahkan terkadang sampai terjadi pertikaian, Tim akhlak (2003).49

Sedangkan, Imam Khomeini (2004), mengatakan sabar (shabr) adalah tidak menampakan kecemasan dalam latin dan tidak mengeluh atas perkara-perkara yang tidak disenangi.50 Sifat sabar itu mempunyai keutamaan-keutamaan yang besar. Hajat manusia akan sifat sabar sangat nyata dalam keadaannya.51

Dalam pandangan kacamata Islam, orang yang perkasa bukanlah seseorang yang mempunyai fisik dan otot kuat, mampu menaklukan dan mengalahkan lawan-lawannya. Tetapi orang yang

48

an-Naissabury, Risalatul Qusyairiyah, h. 209.

49

Tim Akhlak, Etika Islam (Jakarta: Al-Huda, 2003), h. 88.

50

Imam Khomeini, Insan Ilahiah (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004), h. 399.

51


(62)

perkasa adalah seseorang yang dapat bertindak penuh pertimbangan dan sabar serta mampu mengendalikan nafsunya.52

Amru Khalid (2006), makna dari kata sabar yang indah ini adalah mengajarkan bahwa tidak ada kemenangan bagi agama dan pertolongan untuk kaum muslim kecuali dengan kesabaran.53

c. Tawadhu

Tawadhu adalah kebalikan dari kibr, bukan kebalikan dari takabur. Ia harus dipandang sebagai salah satu dari sifat kejiwaan (nafsaniyah), sebagaimana kibr juga merupakan sifat nafsaniyah. Secara harfiah tawadhu artinya rendah hati, tanpa merasa hina dan rendah diri. Orang yang tawadhu adalah orang yang memandang dirinya tidak lebih dari orang lain tanpa merasa tinggi hati, walaupun sebenarnya ia adalah orang yang mempunyai suatu kelebihan.54

Apapun tingkat kedudukan seorang muslim, merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan bagi dirinya sendiri, karena mereka tidak mengenal atau dirinya sendiri lebih mulia dan utama. Tim akhlak “Etika Islam” menjelaskan beberapa pengertian dari tawadhu.55

a) Tawadhu adalah suatu ukuran yang mengharapkan petunjuk dan ridha Allah SWT, serta hanya dikarenakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu orang-orang mukmin tidak

52

Muhammad Ali Hasyimi, Apakah Anda Berkepribadian Muslim (Jakarta: Gema Insani Press, 1994), h. 53.

53

Amru Khalid, Wahai Saudara’ku Bersabarlah (Jakarta: PT. Mizan Puplika, 2006), h. 15.

54

Yani, Be Excellent, h. 101.

55


(63)

diperbolehkan untuk bertawadhu dihadapan orang-orang musyrik dan kafir.

b) Tawadhu adalah keimanan dan ketaqwaan seseorang. Maka kekayaan, kedudukan derajat seseorang dan sebagainya tidak dapat dijadikan suatu ukuran dalam tawadhu.

c) Dalam mengamalkan tawadhu yang harus diperhatikan adalah kesesuaian, keselarasan, dan keseimbangan yang tidak berlebihan, karena tawadhu yang berlebihanpun akan menjadikan sikap takabur dan kehinaan.

Karena mulianya sifat tawadhu ini hendaknya setiap mukmin selalu rendah hati, tunduk kepada perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Maka derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT dan ditempatkan di sisi-Nya.56

Seorang muslim jika melihat dirinya sebagaimana mestinya dan menyamaratakan kedudukannya dengan setiap muslim lainnya (kecuali taqwa), maka ia akan selalu berprasangka baik terhadap orang lain dan membesarkan makhluk Allah SWT serta perwujudan dari keindahan dan keagungan Allah SWT. Keadaan inilah tawadhu yang sebenarnya tanpa pengaruh duniawi sehingga ia menjadi tawadhu dan mutawadhi (yang rendah hati).57

56

Ali Hasyimi, Berkepribadian Muslim, h. 85.

57


(1)

f. Hari sabtu adalah hari dimana Aa Gym beserta tokoh-tokoh masyarakat membahas tentang kejadian yang sedang berkembang, seperti RUU APP, tahun baru hijriah, dan lain-lain tentunya pada tokoh ahlinya langsung.

g. Tausiyah dan dialog sahabat MQ bersama Aa Gym dan Ustadz Dudung membahas tema yang berkisar tentang dunia remaja, seperti hari kasih sayang (valentine day’s), bahayanya pergaulan bebas, dan lain-lain yang di bahas pada hari minggu.81

2. Interaktif

Setelah menyelesaikan ceramah dakwahnya, para sahabat MQ boleh mananyakan beberapa pertanyaan seputar materi yang dibahas atau permasalahan yang sedang dihadapi secara langsung kepada narasumber tanpa melalui moderator. Audien atau sahabat MQ yang bertanya pada acara Manajemen Qolbu ini kebanyakan adalah dari kaum hawa dan dijawab langsung tanpa menunggu pertanyaan dari penanya yang lain.82 Adapun nomer interaktif yang dapat ditelepon oleh sahabat MQ adalah 022-2005131. Selain melalui telepon, sahabat MQ juga bisa berinteraktif melalui via sms dengan nomer interaktif 0855-2102650.83 Layanan interaktif ini bertujuan untuk memberikan

81

Wawancara Pribadi dengan Agus Al Muhajir. 82

Ibid.,

83


(2)

solusi terhadap permasalahan dari sahabat MQ juga sharing dari materi yang sedang dibahas.


(3)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penyusunan format siaran Manajemen Qolbu 102.7 MQFM, yaitu:

5. Kebutuhan masyarakat akan siaran dakwah melalui radio dengan sajian yang berbeda.

6. Menyebarkan konsep Manajemen Qolbu yang menjadi ciri khas Aa Gym.

7. Membahas dan memecahkan masalah sosial keagamaan yang dialami sahabat MQ.

8$ Memberikan solusi yang tepat terhadap setiap permasalahan yang timbul di masyarakat.

Proses penyusunan format yang dilakukan oleh radio 102.7 MQFM pada acara Manajemen Qolbu adalah sebagai berikut:

6. Tim asatidz melakukan observasi ke lapangan. 7. Rumusan besar dari K.H. Abdullah Gymnastiar.

8. Rapat tim asatidz Daarut Tauhid dan kru MQFM bersama Aa Gym. 9. Pembagian waktu siaran.


(4)

B. Saran-Saran

1. Format yang dipakai oleh setiap perusahaan radio harus saling berinterferensi antara perusahaan radio yang satu dengan yang lainnya, termasuk segmen acara yang akan disiarkan. Hal ini dapat membuat audien sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam persaingan bisnis radio bisa dengan bijak menentukan acara apa yang ingin didengar dan disebarluaskan kepada audien lainnya.

2. Radio 102.7 MQFM tetap mempertahankan kredibilitas Manajemen Qolbu dan siaran-siaran dakwah khas Daarut Tauhid dari K.H Abdullah Gymnastiar.

3. Lebih diperluas lagi jangkauan frekuensi radionya agar pendengar yang berada di daerah terpencil dan di Negara lainnya bisa mendengarkan siaran Manajemen Qolbu melalui sistem relay serta meningkatkan kualitas jaringan radio 102.7 MQFM.

4. Program acara Manajemen Qolbu juga lebih meningkatkan kekreatifitasan dalam mengemas suatu acara secara apik dan menarik di setiap pembahasan dalam tausiyah Manajemen Qolbu-nya, sehingga sahabat MQ lebih tertarik.


(5)

Abdullah Haddad, Imam Habib. Nasehat Agama dan Wasiat Iman. Semarang: CV. Toha Putra Semarang, 1993.

al-Ghazali, Imam. Manajemen Qolbu Titian Kebahagiaan Dunia dan Akhirat. Yogyakarta: Harapan Utama, 2003.

Ali Hasyimi, Muhammad. Apakah Anda Berkepribadian Muslim. Jakarta: Gema Insani Press, 1994.

an-Naisabury, Imam al-Qusyairy. Risalatul Qusyairiyah; Induk Ilmu Tasawuf. Jakarta: Gusti, 1997.

Asmaya, Enung. Aa Gym Dai Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk. Jakarta: Hikmah, 2003.

Djuroto, Totok. Mengelola Radio Siaran. Semarang: Dahara Prize, 2007 Ensiklopedia Tasawuf, Angkasa, Bandung: 2008.

Gough, Howard. Perencanaan-Penyajian-Produksi Programa Radio. Jakarta: 1999.

Gymnastiar, K.H, Abdullah. Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhiid, Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qolbu. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2005.

Gymnastiar, K.H, Abdullah. Meraih Bening Hati Dengan Manajemen Qolbu. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Henny, dan Alexander. Manajemen Media Massa. Jakarta: Modul 1-9 Universitas Terbuka, 2004.

Khalid, Amru. Wahai Saudara’ku Bersabarlah. Jakarta: PT. Mizan Puplika, 2006. Khomeini, Imam. Insan Ilahiah. Jakarta: Pustaka Zahra, 2004.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.


(6)

Masduki. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer, 2004. . Jurnalistik Radio, Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2006.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Morissan. Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: PT. Prenada Media Group, 2008.

Ningrum, Fatmasari. Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter, dan Reporter Radio. Jakarta: Penebar Swadaya, 2007.

Pasal 33 Ayat (2), Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

Prayudha, Harley. Radio; Penyiar It’s Not Just a Talk. Malang: Bayumedia Publishing, 2006.

Profile Company MQ 102.7 FM.

Suprapto, Tommy. Berkarier di Bidang Broadcasting. Jakarta: Media Pressindo, 2006.

Tim Akhlak. Etika Islam.Jakarta: Al-Huda, 2003.

Tim Penulis. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) CeQDA. 2007.

Yani, Ahmad. Be Excellent Menjadi Pribadi Terpuji. Jakarta: Al-Qalam, 2007. Al-Haydar. “Sejarah MQ 102.7 FM.” artikel diakses pada 26 Februari 2009 dari

http://mediahaydar.blogspot.com/2008/12/dpu-dt-mqfm-saling-menguatkan.html

Hartana, Dekry. “Plus Minusnya Radio.” artikel diakses pada 25 Maret 2009 dari http://inspirasipakde.com/2009/01/24/plus-minus-radio/

Kelana, Bagus. “Daftar Perusahaan Radio Yang Me-relay.” artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://langitcirrus.wordpress.com/2009/03/02/news-daftar-radio-yg-me-relay-mq-fm/

Prayudi, Imam Indra. “Siaran Radio lewat Internet Menggunakan ShoutCast.”

artikel diakses pada 25 Maret 2009 dari