BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Nifas atau Puerperium
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu Prawiharjo, 2009.Meskipun puerperium secara harafiah didefinisikan sebagai periode sejak mulai persalinan, selama dan segera
sesudah melahirkan, hal tersebut kemudian ditambah dengan minggu-minggu berikutnya dimana alat reproduksi pulih kembali seperti keadaan tidak hamil.Pola
perawatan lanjutan yang sampai sekarang dilaksanakan oleh sebagian besar pakar obstetrik, menyebabkan 6 minggu pertama setelah melahirkan, biasanya dianggap
sebagai puerperium.Pada periode tersebut, alat reproduksi secara anatomik pulih kembali seperti keadaan waktu tidak hamil, dan termasuk pula perubahan struktur
permanen dalam serviks, vagina, dan perineum yang trejadi sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Selain itu, 6 minggu setelah melahirkan, atau tidak lama
setelah itu, pada sebagian besar ibu yang tidak menyusukan anaknya akan terjadi lagi “kerjasama hipofise-ovarium” “pituitary-ovarian synchrony”, yang
memungkinkan terjadinya ovulasi Pritchard, MacDonald Gant, 1991.
2.1.1 Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas
Segera setelah lahirnya plasenta, pada uterus yang berkontraksi fundus uteri berada kurang lebih di pertengahan antara umbilikus dan simfisis, atau
sedikit lebih tinggi.Korpus uteri pada waktu itu terutama terdiri dari miometrium yang terdiri dilapisi oleh serosa dan lapisan desidua basalis.Dinding anterior dan
7
Universitas Sumatera Utara
posterior saling menepel dengan ketebalan 4-5 cm. uterus pada masa nifas tampak lebih pucat dibandingkan pada masa hamil berwarna ungu kemerahan.dua hari
kemudian, besar uterus kurang lebih masih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak
dapat lagi diraba diatas simfisis. Berikut tabel perubahan uterus setelah
melahirkan Pritchard, MacDonald Gant, 1991.
Involusi TFU
Berat Uterus
Diameter bekas melekat
plasenta Keadaan
Servik
Setelah plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gr 12,5 cm
Lembutlunak 1 minggu
Pertengahan antara pusat
dan simphisis
500 gr 7,5 cm
Dapat dilalui dua jari
2 cm
2 minggu Tak teraba
350 gr 5 cm
Dapat dimasuki satu
jari 1 cm
6 minggu Normal
60 gr 2,5 cm
Menyempit Tabel 2.1 perubahan uterus setelah melahirkan
Menurut Kenneth 2009 dalam Ikhtiarinawati dan Dwi 2013, proses penurunan TFU dikatakan cepat jika pada hari pertama nifas TFU 1 jari
dibawah pusat dan pada hari ke-3 berada 3 jari dibawah pusat. Dikatakan normal jika pada hari pertama TFU 1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3
TFU 3 jari dibawah pusat.Tapi dikatakan lambat jika pada hari ke-1 TFU berada 1 jari dibawah pusat, dan pada hari ke-3 TFU setinggi 3 jari dibawah
pusat. Laju penurunan ketinggian fundus adalah sedikit lebih besar dari satu
sentimeter 12 atau 1 jari per hari.Pengamatan laju involusi ini sangat
Universitas Sumatera Utara
penting, dokter harus terus diinformasikan jika ditemukan perlambatan yang jelas, khususnya jika hal itu disertai penurunan lokea atau retensi bekuan
darah.Pengukuran tinggi uterus sebaiknya dilakukan setelah kandung kemih dikosongkan, karena kandung kemih yang penuh meningkatkan ketinggian
uterus Reeder Martin, 1997. Hal ini adalah indikasi-indikasi menunjukkan involusi tidak
berlangsung dengan baik, seperti ukuran uterus tidak mengecil secara progresif, kontraksi uterus tetap lemah lunak, nyeri atau ketidaknyamanan
pelvis menetap, perdarahan berat yang menetap Reeder Martin, 1997. Pada involusi plasenta, permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus.Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya
dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka.Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar
pada dasar luka Padila, 2014. Lokea adalah cairan secret yang keluar pada postpartum.Ia
mengandung darah dari lokasi plasenta, partikel desidua nekrotik, dan mukus. Lokea normalnya memiliki bau seperti daging mirip cairan menstruasi.Ia
dikenali dengan warna, jumlah, durasi, berperan dalam penyembuhan di lokasi plasenta. Kuantitas lokea berkurang secara drastis dan menjadi sedang dan
kemudian berkurang. Lokea terberat selama satu hingga dua jam pertama paska persalinan. Awalnya, lokea adalah berwarna merah cerah, umumnya
disebut lokia rubra 1 hingga 3 hari, dan ia dapat mengandung bekuan-bekuan
Universitas Sumatera Utara
darah kecil. Cairan vagina pucat dan menjadi merah muda hingga kecoklatan setelah 3 hari, dinamakan lokea serosa.Lokea serosa tidak mengandung
bekuan darah. Dalam 10 hari postpartum, discharge vagina menjadi kuning hingga keputihan, dinamakan lokea alba. Lokea alba dapat berlangsung, rata-
rata, 3 minggu postpartum Burroughs Leifer, 2001. Kuantitas lokea bervariasi pada individu, namun umumnya lebih besar pada multipara. Seperti
yang diperkirakan bahwa ketika ibu bangun dari tempat tidur untuk pertama kali dapat ditemukan peningkatan yang jelas dalam jumlah discharge Reeder
Martin, 1997.Bau lochea normal adalah seperti bau darah menstruasi amis dan jumlah lochea normal 240 - 270 cc. hal penting yang perlu diingat
bahwa semua daerah yang keluar pervaginam tidak selalu merupakan lochea. Hal lain yang merupakan sumber pendarahan pervaginam setelah melahirkan
adalah adanya laserasi serviks atau adanya robekan pada vagina Bobak, 2005.
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis
yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur- angsurmengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor.Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan
Padila, 2014. Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada
otot uterus dan jaringan payudara.Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan pelepasan plasenta.Selain itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesterone dan hormone laktogen plasenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas Padila, 2014. Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi dan
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 postpartum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesterone dalam
kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi Padila, 2014.
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan
bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Pada hari ke-3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri.
Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau aerola mammae dipijat, keluarlah cairan putting dari putting susu. Hal yang mempengaruhi susunan
Universitas Sumatera Utara
air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu Padila, 2014.
2.1.2 Kebutuhan Dasar Ibu Selama Masa Nifas 2.1.2.1 Nutrisidan Cairan