Patogenitas Candida albicans Evodia Euodia ridleyi Horch.

Shigella dysenteriae Shiga bacillus sering menyebabkan penyakit serius dan komplikasi berat seperti toksik megakolon dan sindroma uremia hemolitik, angka kematian rata-rata dari kasus berat mencapai 20 dari kasus yang dirawat dirumah sakit tahun belakangan ini. Penularan penyakit ini dapat terjadi setelah menelan organisme dalam jumlah yang sangat kecil. Penderita dapat menularkan penyakit kepada orang lain secara langsung dengan kontak fisik atau tidak langsung melalui kontaminasi makanan dengan tinja, air dan susu dapat menjadi sumber penularan karena terkontaminasi langsung dengan tinja serta serangga dapat menularkan organisme dari tinja ke makanan yang tidak tertutup Chin, 2000.

2.6. Patogenitas Candida albicans

Candida albicans dapat hidup sebagai saprofit atau disebut juga saproba, yang tidak menyebabkan suatu kelainan apapun di berbagai organ tubuh baik manusia maupun hewan. Pada keadaan tertentu maka sifat jamur ini dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis candidiasis atau kandidosis candidosis. C. albicans dianggap sebagai spesies paling patogen dan menjadi etiologi terbanyak dalam kandidiasis, tetapi spesies yang lain ada juga yang dapat menyebabkan penyakit bahkan ada yang berakhir fatal Suprihatin, 1982. Candidiasis merupakan infeksi primer atau sekunder dari genus Candida. Pada dasarnya, penyakit ini adalah infeksi yang disebabkan oleh C. albicans. Manifestasi klinis dari penyakit ini sangat bervariasi, dari tingkat akut, subakut, dan kronis episodik. Penyakit ini dapat ditemukan di tubuh bagian mulut, tenggorokan, kulit, kulit kepala, vagina, jari, kuku, bronkus, paru-paru, atau saluran pencernaan, atau menjadi sistemik seperti septikemia, endokarditis dan meningitis Rippon, 1988. Candidiasis mukosa Gambar 2.5. dikenal sebagai oral thrush yang terbatas pada sekitar orofaring terdapat pseudomembran di lidah yang bila disentuh dikerok mudah berdarah Kumala, 2006. Candidiasis mukosa disebut juga sariawan pada bayi, paling sering terjadi pada bayi yang baru dilahirkan dan mungkin diperoleh sewaktu melalui vagina yang terinfeksi. Sariawan orang Universitas Sumatera Utara dewasa mungkin terjadi karena sebagai akibat dari gangguan endokrin, sebagai komplikasi diabetes atau karena kebersihan mulut yang buruk, hal ini dapat terjadi setelah pemberian steroid atau antibiotika untuk jangka panjang Volk dan Wheeler, 2006. Gambar 2.5. Candidiasis Mukosa Akpan dan Morgan, 2002

2.7. Evodia Euodia ridleyi Horch.

Euodia ridleyi Horch. sinonim dengan Melicope denhamii Seem. T.G. Hartley dan Euodia schullei Warb., termasuk ke dalam famili Rutaceae. Evodia juga memiliki nama “Lacy Lady aralia” Burch dan Brostchat, 1983. Evodia dibudidayakan sejak zaman dahulu di Kalimantan dan di beberapa bagian Malaysia Timur. Tanaman ini sering digunakan untuk mengobati bisul, serta rebusan daun dan kulit kayu digunakan sebagai obat penyakit kulit Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003. Selain itu, daun evodia Gambar 2.6.a. juga sering digunakan sebagai sabun mandi untuk membersihkan kepala dan badan. Evodia juga memiliki senyawa metabolit sekunder seperti saponin, alkaloid, tanin dan minyak atsiri Ismiati, 2006. Evodia merupakan tanaman herba dengan tinggi yang dapat mencapai 25 m, daun berhadapan dengan panjang 3-38 cm, bercabang tiga, ujung daun bulat telur atau elips linier, bunga evodia Gambar 2.6.b. biasanya biseksual, memiliki benang sari dengan jumlah 4, folikel agak bulat dengan panjang 2-3 mm Lemmens dan Bunyapraphatsara, 2003. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. a. Daun Evodia, b. Bunga Evodia Menurut Lemmens dan Bunyapraphatsara 2003, taksonomi Evodia E. ridleyi Horch. adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Euodia Spesies : Euodia ridleyi Horch.

2.8. Metode Ekstraksi Tanaman

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 13

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 2

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 3

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 10

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

2 4 5

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 13

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 11

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 2

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

1 3 3

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 11