Karakteristik Candida albicans TINJAUAN PUSTAKA

Spesies : Shigella dysenteriae

2.3. Karakteristik Candida albicans

Candida albicans merupakan fungi dimorfik yang sering ditemukan pada mulut, dan vagina Irianto, 2002. C. albicans juga merupakan fungi patogen oportunistik yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti sariawan, lesi pada kulit, vulvavaginitis, candiduria dan gastrointestinal candidiasis. Mekanisme infeksi C. albicans sangat kompleks termasuk adhesi dan invasi, perubahan morfologi dari bentuk sel khamir ke bentuk filamen hifa, pembentukan biofilm dan penghindaran dari sel-sel imunitas inang. Kemampuan C. albicans untuk melekat pada sel inang merupakan faktor penting pada tahap permulaan kolonisasi dan infeksi. Perubahan fenotip menjadi bentuk filamen memungkinkan C. albicans untuk melakukan penetrasi ke epithelium dan berperan dalam infeksi dan penyebaran C. albicans pada sel inang. C. albicans juga dapat membentuk biofilm yang diduga terlibat dalam penyerangan sel inang dan berhubungan dengan resistensi terhadap antifungi Kusumaningtyas, 2009. Candida memperbanyak diri dengan membentuk tunas, dan spora jamur disebut blastospora atau sel ragi sel khamir Gambar 2.3.b.. Jamur ini membentuk hifa semu pseudohypha yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora, yang juga dapat bercabang-cabang. Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut maka dikatakan bahwa Candida menyerupai ragi yeast-like, tidak membentuk simpai dan tidak berpigmen serta mudah tumbuh pada medium dengan variasi pH yang luas Suprihatin, 1982. Candida albicans dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh, meliputi mulut, vagina, kulit dan paru-paru. Organisme ini biasanya tampil sebagai sel seperti khamir lonjong yang membiak dengan bertunas. Akan tetapi, mungkin juga terlihat pada daerah yang terinfeksi hifa berbentuk benang dan pseudohifa yang terdiri atas sel-sel khamir memanjang yang tetap menempel satu sama lain. Khamir ini mudah tumbuh pada suhu 25 sampai 37º C pada agar glukosa Sabauraud Volk dan Wheeler, 2006. Koloni C. albicans Gambar 2.3.a. berwarna krem, pucat, dan halus. Laju pertumbuhan yang cepat dalam tiga hari. Pada agar tepung jagung suhu 25ºC, memiliki karakteristik dengan adanya pseudohypha yang terlihat pada koloninya, Universitas Sumatera Utara besar, berdinding tebal, terminal, dan memiliki chlamydospore Chander, 2002. Ukuran sel C. albicans 2-5µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28,5 µ tergantung pada umurnya. Spesies Candida dapat dibedakan berdasarkan kemampuan fermentasi dan asimilasi terhadap larutan glukosa, maltosa, sakrosa, galaktosa dan laktosa Suprihatin, 1982. Penambahan 0,1 g klorida tetrazolium triphenyl TTC untuk 100 ml medium sangat memudahkan identifikasi dari genus Candida karena koloni ragi menghasilkan warna yang berbeda seperti putih, mawar merah dan violet Safitri dan Sinta, 2010. Sedangkan pada agar CHROM candida, koloni C. albicans adalah memiliki karakteristik dengan koloni berwarna hijau muda ke hijau kebiruan Chander, 2002. Menurut Alexopoulos dan Mims 1979, taksonomi C. albicans adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi Divisi : Amastigomycota Sub Divisi : Deuteromycotina Kelas : Deuteromycetes Ordo : Cryptococcales Famili : Cryptococcaceae Genus : Candida Spesies : Candida albicans Gambar 2.3.a. Koloni C. albicans pada media Salt-Dextrose Complete SDC b. Sel C. albicans secara mikroskopis Berman dan Peter, 2002

2.4. Patogenitas Streptococcus mutans

Dokumen yang terkait

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 13

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 2

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 3

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 10

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

2 4 5

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia (Euodia ridleyi Horch.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, Shigella dysenteriae dan Candida albicans Secara In Vitro

0 0 13

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 11

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 2

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

1 3 3

Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Daun dan Bunga Tahi Ayam (Tagetes Erecta Linn.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans, Shigella Dysenteriae dan Candida Albicans Secara In Vitro

0 0 11