68
Pasal 263 KUHP: 1
Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu hak, sesuatu perjanjian kewajiban atau sesuatu
pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan maksud akan menggunakan atau
menyuruh orang lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau mempergunakannya dapat
mendatangkan sesuatu kerugian dihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama-lamanya enam tahun.
2 Dengan
hukuman serupa
itu juga
dihukum, barangsiapa
dengan sengaja menggunakan surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal
mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu kerugian
R. Soesilo menjelaskan bahwa penggunaan surat palsu itu harus dapat
mendatangkan kerugian. Kerugian tersebut tidak hanya meliputi kerugian materiil, akan tetapi juga kerugian di lapangan kemasyarakatan, kesusilaan, kehormatan
dsb. Masih menurut R. Soesilo, yang dihukum menurut pasal ini tidak saja “memalsukan” surat ayat 1, tetapi juga “sengaja mempergunakan” surat palsu
ayat 2. “Sengaja” maksudnya, bahwa orang yang menggunakan itu harus mengetahui benar-benar bahwa surat yang ia gunakan itu palsu. Jika ia tidak tahu
akan hal itu, ia tidak dihukum. Tentunya terkait dengan tahu atau tidak tahunya pemohon itu harus dibuktikan dalam pemeriksaan oleh penyidik maupun dalam
persidangan.
91
B. Di Luar KUHP 1. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan.
Seseorang yang jika terbukti ada warga atau penduduk yang sengaja melakukan pemalsuan identitas diri atau dokumen terhadap instansi pelaksana
maka dapat terancam hukuman pidana 6 tahun atau denda sebesar Rp 50 juta.
91
R.Soesilo, Op.Cit¸ hlm.69.
Universitas Sumatera Utara
69
Ketentuan tersebut telah tertera jelas dalam Undang-undang No 23 tahun 2006 Bab 12 dimana diterangkan bahwa ada sanksi pidana dan denda terhadap
pemalsuan identitas ataupun dokumen. Pemalsuan identitas atau penyalahgunaan kartu pengenal dapat saja terjadi
dimana saat ini terlalu banyak pemohon KTP dan Akta Kelahiran. Oleh karena itu pulalah mengharuskan pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
menggunakan kemajuan teknologi dengan memberikan tanda tangan dengan sistem scaner.
92
Setiap penduduk yang dengan sengaja memalsukan surat danatau dokumen kepada Instansi Pelaksana dalam melaporkan Peristiwa Kependudukan
dan Peristiwa Penting dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.
Setiap warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun tentu harus memiliki KTP. Oleh karena itu, jika kemudian pelaku pemalsuan KTP memiliki
KTP lain, dapat dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 93 sampai dengan Pasal 98 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan.
93
Setiap orang yang tanpa hak dengan sengaja mengubah, menambah, atau mengurangi isi elemen data pada Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun danatau denda paling banyak Rp.25.000.000,00 dua puluh lima juta
rupiah.
94
92
https:sijaka.wordpress.com20100307pemalsuan-identitas-terancam-pidana-6-tahun diakses tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 21.
00
Wib
93
Pasal 93 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
94
Pasal 94 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Universitas Sumatera Utara
70
Setiap orang yang tanpa hak mengakses database kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat 1 danatau Pasal 86 ayat 1
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun danatau denda paling banyak Rp.25.000.000,00 dua puluh lima juta rupiah.
95
Setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak, menerbitkan, danatau mendistribusikan blangko Dokumen Kependudukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar
rupiah.
96
Setiap Penduduk yang dengan sengaja mendaftarkan diri sebagai kepala keluarga atau anggota keluarga lebih dari satu KK sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 62 ayat 1 atau untuk memiliki KTP lebih dari satu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat 6 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun
danatau denda paling banyak Rp.25.000.000.00 dua puluh lima juta rupiah.
97
Pasal 98 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan:
98
1 Dalam hal pejabat dan petugas pada Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 atau Pasal 94, pejabat yang bersangkutan dipidana dengan
pidana yang sama ditambah 13 satu pertiga.
2 Dalam hal pejabat dan petugas pacla Penyelenggara dan Instansi
Pelaksana membantu melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95, pejabat yang bersangkutan dipidana sesuai dengan
ketentuan undang-undang.
95
Pasal 95 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
96
Pasal 96 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
97
Pasal 97 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
98
Pasal 98 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
Universitas Sumatera Utara
71
2. Dalam Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil.
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil tidak mengatur tentang sanksi
pidana terhadap pemalsuan Kartu Tanda Penduduk tetapi hanya mengatur denda administratif terhadap :
1 Pelaporan peristiwa kependudukan yang melampaui batas waktu
dikenai denda administratif sebagaimana telah diatur dalam Undang- Undang.
2 Denda administratif dikenakan atas keterlambatan pelaporan
mengenai: a.
Pindah datang Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Izin Tinggal tetap
b. Pindah datang dari luar negeri bagi penduduk Warga Negara
Indonesia c.
Pindah datang dari luar negeri Bagi Orang Asing d.
Perubahan status Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas menjadi Izin Tinggal Tetap
e. Pindah ke luar negeri bagi Orang Asing yang memiliki Izin
Tinggal Terbatas atau yang memiliki Izin Tinggal Tetap f.
Penduduk yang melakukan perubahan KK g.
Penduduk yang memperpanjang KTP. 3
Denda administratif dikenakan pula terhadap: a.
Penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Tetap yang bepergian tidak membawa KTP
b. Penduduk Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas yang
bepergian tidak membawa Surat Keterangan Tempat Tinggal.
99
Denda administratif dikenakan atas keterlambatan pelaporan mengenai: a.
Kelahiran di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia b.
Kelahiran di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah kembali ke Indonesia
c. Kelahiran Warga Negara Indonesia di atas kapal laut atau pesawat
terbang d.
Lahir mati di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia e.
Perkawinan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
99
Pasal 104 Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil
Universitas Sumatera Utara
72
f. Perkawinan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
setelah kembali ke Indonesia g.
Pembatalan perkawinan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
h. Perceraian di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
i. Perceraian di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
setelah kembali ke Indonesia j.
Pembatalan perceraian di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
k. Kematian di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
l. Kematian di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah
kembali ke Indonesia m.
Pengangkatan anak di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia n.
Pengangkatan anak di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah kembali ke Indonesia.
o. Pengakuan anak di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
p. Pengesahan anak di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
q. Perubahan nama di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
r. Perubahan status kewarganegaraan di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. s.
Peristiwa penting lainnya.
100
C. Pertanggunggungjawaban Tindak Pidana Pemalsuan Kartu Tanda Penduduk dalam Kasus No. 1649Pid.Sus2015PN.Mdn.
1. Kronologi Kasus.
Terdakwa dalam kasus ini adalah Leonard Bangun als Leo pada hari Senin tanggal 13 Maret 2015 sekira pukul 11.
00
Wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Maret 2015 bertempat di jalan Pelangi No. 42 Kelurahan
Teladan Barat Kecamatan Medan Kota atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk wilayah hukum Pengadilan Negeri Medan sebagai orang
yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut serta melakukan peerbuatan yang tanpa hak mencetak, menerbitkan danatau mendistribusikan
dokumen kependudukan berupa bukti Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu
100
Pasal 105 ayat 2 Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Catatan Sipil
Universitas Sumatera Utara
73
Keluarga KK serta Akta Kelahiran dan perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara mencetak dan mengtik setiap permbuatan Kartu Tanda Penduduk
KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran berdasarkan pesanan dari saksi Gok Rela Purba dengan menggunakan computer dan perlengkapan percetakan
yang ada di tempat usahanya. Terdakwa mengakui pada pertengahan tahun 2012 saksi Gok Rela Purba
menemui terdakwa dan mengajaknya untuk bekerjasama membuat cetakan KTP, KK, akta kelahiran dan dokumen lainnya dan atas ajakan tersebut terdakwa
menyetejuinya dan selanjunya setiap ada pemesanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran dan dokumen
lainnya saksi Gok Rela Purba datang ke tempat usaha terdakwa dengan memberikan data-data dan blanko kosong Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu
Keluarga KK serta Akta Kelahiran, kemudian terdakwa melakukan pengetikan dengan cara mengambil blanko kosong, pasa photo discan melalui mesin scan dan
diletakannya sesuai dengan tempatnya di dalam blanko begitu juga dengan letak stempel serta tanda tangan. Setelah selesai terdakwa mencetaknya dan
menyerahkannya kepada saksi Gok Rela Purba yang kemudian membubuhkan tanda tangan pejabat serta stempel yang telah dbuatnya. Atas jasanya tersebut Gok
Rela Purba memberikan upah untuk pencetakan KTP sebesar Rp.5000,-lembar, pencetakan KK sebesar Rp.10.000,-lembar dan untuk pencetakan akta kelahiran
serta surat pindah masing-masing sebesar Rp.5000,-lembar. Terdakwa juga mengakui tidak memiliki izin dari pemerintah RI untuk mencetak atau
Universitas Sumatera Utara
74
menerbitkan dokumen beerupa Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran dan dokumen lainnya.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Jaksa Penuntut Umum mendakwa perbuatan terdakwa dengan dakwaan : a.
Dakwaan primair yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 96 A UU RI No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas UU No.
23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
b. Dakwaan subsidair yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam
dalam Pasal 94 UU RI No. 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan Jo. Pasal 55 ayat 1 ke
1 KUHP. c.
Kedua primair yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 264 ayat 1 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
d. Kedua Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam
Pasal 264 ayat 2 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP e.
Ketiga primair yaitu perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 263 ayat 1 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
f. Ketiga Subsidair perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam dalam
Pasal 263 ayat 2 jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum.
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada pokoknya adalah berbunyi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
75
a. Menyatakan terdakwa Leonard Bangun als Leo telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut serta melakukan
perbuatan, membuat surat palsu atau memalsukan surat berupa Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk
memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian,
sebagaimana diatur dalam Pasal 264 ayat 1 Jo. Pasal 55 ayat 1 KUHP sebagaimana dalam surat dakwaan atau kedua primair.
b. Menjatuhkan pidana terhadap Leonard Bangun als Leo berupa pidana penjara
selama 10 sepuluh bulan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan.
c. Menetapkan agar terdakwa Leonard Bangun als Leo dibebani membayar biaya
perkara sebesar Rp.1000,-seribu rupiah.
4. Putusan Hakim.
Berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti serta keterangan saksi-saksi maka hakim pada Pengadilan Negeri Medan memberikan putusan yang amar
lengkapnya sebagai berikut : a.
Menyatakan terdakwa Leonard Bangun als Leo telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana “secara bersama-sama
melalukan perbuatan pemalsuan surat berupa KTP”. b.
Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa tersebut di atas dengan pidana penjara selama 6 enam bulan.
Universitas Sumatera Utara
76
c. Menetapkan masa penabahan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. d.
Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp.1.000,- seribu rupiah.
5. Analisis Kasus. a. Berdasarkan Hukum Acara.
Berdasarkan dengan fakta-fakta yang terdapat pada keterangan saksi-saksi, keterangan ahli serta keterangan tersangka, maka jelaslah bahwa rumusan surat
dakwaan tersebut telah sesuai dengan hasil pemeriksaan penyidikan untuk kemudian diajukan dalam persidangan.
Tuntutan Jaksa Penuntut Umum telah sesuai dengan pasal-pasal yang dipersangkakan kepada para terdakwa dan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan. Hal ini dikarenakan Terdakwa benar telah terbukti dimuka persidangan dengan berdasarkan keterangan saksi-saksi dan fakta-fakta hukum
bahwa terdakwa telah memenuhi unsur-unsur dalam Pasal 264 ayat 1 KUHP Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.
Menurut penulis, hal ini sudah sejalan dengan ketentuan perundang- undangan dan kebiasaan yang terjadi dalam praktik sehingga tidak ada masalah
terhadap dakwaan Penuntut Umum. Sehubungan dengan telah terpenuhi semua unsur secara sah dan meyakinkan menurut hukum, maka dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur tindak pidana pemalsuan Kartu Tanda Penduduk telah terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
77
Hakim mendasarkan pembuktiannya terhadap kesalahan terpidana berdasarkan 3 alat bukti yang sah yang diatur di dalam Pasal 184 KUHAP, yaitu
keterangan saksi, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Di dalam memutuskan perkara ini, Hakim memperimbangkan 2 dua orang saksi yang pada
kesaksiannya menerangkan bahwa Terdakwa memang benar telah melakukan kejahatan yang diatur dalam Pasal 264 ayat 1 KUHP Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP. Ditinjau dari jumlah alat bukti yang digunakan oleh Penuntut Umum untuk
membuktikan kesalahan pelaku, maka putusan tersebut telah memenuhi unsur formil dalam pembuktian kesalahan berdasarkan Pasal 183 KUHAP yang
mengatur bahwa : “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
Hakim memang harus menegakkan ketentuan undang-undang tetapi tidak mengesampingkan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan suatu tindak
pidana. Tujuan hakim menjatuhkan sanksi pidana terhadap terdakwa adalah agar terdakwa bisa menjadi lebih baik dan agar terdakwa tidak melakukan perbuatan
pidana lagi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh R. Wirdjono Prodjodikoro mengenai tujuan pemidanaan yaitu tujuan dari hukum pidana ialah untuk
memenuhi rasa keadilan, untuk mendidik, memeperbaiki orang-orang yang sudah
Universitas Sumatera Utara
78
melakukan kejahatan, agar menjadi orang yang baik tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat.
101
b. Berdasarkan Hukum Pidana Materiil.
Di dalam dakwaannya, jaksa penuntut Umum menjerat terdakwa Leonard Bangun als Leo dengan Pasal 264 ayat 1 KUHP Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1
KUHP yang pada pokoknya menyatakan bahwa terdakwa telah memalsukan Kartu Tanda Penduduk secara melawan hukum.
Perbuatan terdakwa yang telah melakukan pemalsuan KTP, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran telah memenuhi unsur-unsur Pasal 264 ayat 1
KUHP Jo. Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP yaitu: 1
Barang siapa. 2
Sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut serta melakukan perbuatan, membuat surat palsu atau memalsukan surat
berupa Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan
hutang, atau yang diperuntukan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut
seolah-olah isinya benar dan tidak palsu, jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian
Vonis majelis hakim yang hanya menjatuhkan pidana selama 6 enam bulan pada terdakwa merupakan sesuatu yang kurang pada tempatnya, sebab
selama terdakwa melakukan pemalsuan Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu
101
R. Wirdjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm.81
Universitas Sumatera Utara
79
Keluarga KK serta Akta Kelahiran, negara mengalami kerugian. Namun hal ini tidak dijadikan oleh baik Jaksa Penuntut Umum maupun majelis hakim untuk
menjatuhkan hukuman denda bagi terdakwa yang telah merugikan keuangan negara secara melawan hukum. Seharusnya terdakwa harus mempertanggung
jawabkan kerugian yang dialami oleh atas tindakan pemalsuan Kartu Tanda Penduduk KTP, Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran yang dilakukannya.
c. Aspek Keadilan Putusan Hakim.
Putusan hakim atau putusan pengadilan merupakan aspek penting dan diperlukan untuk menyelesaikan perkara pidana. Melalui putusannya, seorang
hakim dapat memidana, mengalihkan hak kepemilikan seseorang, mencabut kebebasan warga negara, menyatakan tidak sah tindakan sewenang-wenang
pemerintah terhadap masyarakat, sampai dengan memerintahkan penghilangan hak hidup seseorang. Semuanya harus dilakukan dalam rangka penegakan hukum
dan keadilan. Pertimbangan hakim dalam pemberian pidana, berkaitan erat dengan
masalah menjatuhkan sanksi pidana yang diancamkan terhadap tindak pidana yang dilakukan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum, maka unsur-
unsur dakwaan Penuntut Umum telah terbukti secara sah dan meyakinkan harus dipandang telah cukup terpenuhi dalam diri terdakwa.
Hakim mempunyai kebebasan mandiri dalam mempertimbangkan berat ringannya sanksi pidana penjara terhadap putusan yang ditanganinya. Kebebasan
hakim mutlak dan tidak dicampuri oleh pihak lain. Hal ini di sebabkan untuk menjamin agar putusan pengadilan benar-benar obyektif. Kebebasan hakim untuk
Universitas Sumatera Utara
80
menentukan berat ringannya sanksi pidana penjara juga harus berpedoman pada batasan maksimum dan juga minimum serta kebebasan yang dimiliki harus
berdasarkan rasa keadilan baik terhadap terdakwa maupun masyarakat dan bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Untuk alat bukti yang di
hadirkan di dalam persidangan harus saling berkaitan antara alat bukti satu dengan alat bukti yang lainnya. Gunanya agar hakim dapat membuktikan bahwa
terdakwalah yang melakukan tindak pidana tersebut. Namun apabila alat bukti yang di hadirkan di dalam persidangan berbeda tidak berkaitan dengan alat bukti
satu dengan alat bukti yang lainnya hal itu dapat menimbulkan ketidakyakinan pada hakim.
102
102
Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 125
Setiap putusan pengadilan harus disertai dengan bahan pertimbangan yang menjadi dasar hukum dan alasan putusan tersebut. Hal ini ada di dalam Pasal 14
ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi: “Dalam sidang permusyawarahan, setiap hakim wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan”
Menurut pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 mengenai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP menyatakan
bahwa putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemindahan atau bebas atau lepas dari
segala tuntutan dalam hal serta cara yang diatur undang-undang ini.
Universitas Sumatera Utara
81
Seorang terdakwa dapat dijatuhi pidana apabila terdakwa jika di dalam persidangan terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana. oleh
karena itu, dalam persidangan hakim harus menyebutkan perbuatan terdakwa yang mana sesuai fakta terungkap dipersidangan dan memenuhi rumusan pasal
tertentu dari suatu peraturan perundang-undangan. Hakim dalam upaya membuat putusan mempunyai pertimbangan yuridis
yang terdiri dari dakwaan penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang- barang bukti, dan pasal-pasal perbuatan hukum pidana, serta
pertimbangan non yuridis yang terdiri dari latar belakang perbuatan terdakwa, akibat perbuatan terdakwa, kondisi terdakwa, serta kondisi ekonomi terdakwa,
ditambah hakim haruslah meyakini apakah terdakwa melakukan perbuatan pidana atau tidak sebagaimana yang termuat dalam unsur-unsur tindak pidana yang
didakwakan kepadanya.
103
1 Pertimbangan yuridis
Penjatuhan hukum oleh hakim tentu didasarkan atas pertimbangan:
2 Pertimbangan non yuridis.
104
Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta fakta yuridis yang terungkap didalam persidangan dan oleh
undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan.
105
1 Dakwaan jasa penuntut umum
Hal-hal yang dimaksud tersebut, di antaranya:
103
Ibid, hlm.126
104
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara Pidana Dalam Teori Dan Praktek, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2010, hlm. 65
105
Ibid, hlm.66
Universitas Sumatera Utara
82
Dakwaan adalah surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dan ditarik dari hasil
pemerikasaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan dimuka pengadilan.
106
Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan
Pasal 143 ayat 1 KUHAP. Dalam menyusun sebuah surat dakwaan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah syarat-syarat formil dan materilnya.
107
Perumusan dakwaan didasarkan dari hasil pemeriksaan pendahuluan yang dapat disusun tunggal, kumulatif, alternatif maupun subsidair. Dakwaan
disusun secara tunggal apabila seseorang atau lebih mungkin melakukan satu perbuatan saja, misalnya hanya sebagai pemakai. Namun, kalau lebih dari satu
perbuatan misalnya ketika tertangkap memakai narkotika ditemukan pula Dakwaan berisi identitas terdakwa juga memuat uraian tindak pidana serta
waktu dilakukannya tindak pidana dan memuat pasal yang dilanggar Pasal 143 ayat 2 KUHAP.
106
Ibid, hlm.66
107
Syarat Formil telah diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf a Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang diantaranya terdiri dari: a. Nama lengkap, tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka. b. Uraian secara cermat jelas dan lengkap mengenai Tindak Pidana yang didakwakan dengan waktu dan tempat Tindak Pidana
dilakukan. Sedangkan untuk syarat materil diatur dalam Pasal 143 ayat 2 huruf b Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, yang menyebutkan surat dakwaan agar: a. Disusun secara cermat
didasarkan kepada ketentuan pidana terkait, tanpa adanya kekurangan kekeliruan yang menyebabkan surat dakwaan batal demi hukum atau dapat dibatalkan dinyatakan tidak dapat
diterima niet onvankelijk verklaard. b. Jelas, didasarkan pada uraian yang jelas dan mudah dimengerti dengan cara menyusun redaksi yang mempertemukan fakta-fakta perbuatan terdakwa
dengan unsur tindak pidana yang didakwakan. c. Disusun secara lengkap, berdasarkan uraian yang bulat dan utuh yang mampu menggambarkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan beserta
waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan, diantaranya: 1. Merumuskan lebih dahulu unsur- unsur tindak pidana yang didakwakan yang kemudian disusul dengan uraian-uraian fakta-fakta
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana tersebut. 2. Dirumuskan unsur-unsur tindak pidana dan fakta-fakta perbuatan secara langsung dan bertautan satu sama lain sehingga tergambar
bahwa semua unsur tindak pidana tersebut terpenuhi oleh fakta perbuatan terdakwa.
Universitas Sumatera Utara
83
senjata api dalam hal ini dakwaan disusun secara kumulatif. Oleh karena itu dalam penyusunan dakwaan ini disusun sebagai dakwaan kesatu, kedua, ketiga
dan seterusnya. Dakwaan alternatif disusun apabila penuntut umum ragu untuk
menentukan peraturan hukum pidana yang akan diterapkan atas suatu perbuatan yang menurut pertimbangannya telah terbukti, surat dakwaan yang
tindak pidananya masing-masing dirumuskan secara saling mengecualikan dan memberikan pilihan kepada pengadilan untuk menentukan dakwaan mana
yang paling tepat untuk dipertanggungjawabkan oleh terdakwa sehubungan dengan tindak pidana. Biasanya dalam surat dakwaan ada kata “atau”. Surat
dakwaan subsideritas ialah surat dakwaan yang terdiri atas atau beberapa pasal dakwaan atau berjenjang-jenjang berurutan mulai dari ancaman hukuman
terberat sampai kepada tindak pidana yang paling ringan. Subsidair disini dimaksudkan sebagai susunan dakwaan pengganti Whit the alternative of
dengan maksud dakwaan subsidair menggantikan yang primair itu tidak terbukti dipersidangan pengadilan. Jadi, jika dalam suatu dakwaan terdapat
hanya 2 dua saja pasal yang didakwakan, maka yang pertama disebut primair dan kedua disebut subsidair.
108
2 Tuntutan pidana
Tuntutan pidana biasanya menyebutkan jenis-jenis dan beratnya pidana atau jenis-jenis tindakan yang dituntut oleh jaksa penuntut umum untuk dijatuhkan
oleh pengadilan kepada terdakwa, dengan menjelaskan karena telah terbukti melakukan tindak pidana yang mana, jaksa penuntut umum telah mengajukan
108
Nikolas Simanjuntak, Acara Pidana Indonesia dalam Sirkus Hukum, Ghalia, Jakarta,2009, hlm. 142.
Universitas Sumatera Utara
84
tuntutan pidana tersebut di atas.
109
3 Keterangan saksi
Penyusunan surat tuntutan oleh jaksa penuntut umum disesuaikan dengan dakwaan jaksa penuntut umum dengan
melihat proses pembuktian dalam persidangan, yang disesuaikan pula dengan bentuk dakwaan yang digunakan oleh jaksa penuntut umum.
Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang merupakan keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.
110
Keterangan saksi merupakan alat bukti seperti yang diatur dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP huruf a. Sepanjang keterangan
itu mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri ia lihat sendiri dan alami sendiri, dan harus disampaikan dalam sidang pengadilan dengan
mengangkat sumpah. Keterangan saksi yang disampaikan di muka sidang pengadilan yang merupakan hasil pemikiran saja atau hasil rekaan yang
diperoleh dari kesaksian orang lain tidak dapat dinilai sebagai alat bukti yang sah. Kesaksian semacam ini dalam hukum acara pidana disebut dengan istilah
de auditu testimonium.
111
4 Keterangan terdakwa
Berdasarkan Pasal 184 ayat 1 KUHAP huruf e. keterangan terdakwa digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang
dinyatakan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang dia lakukan atau yang dia ketahui sendiri atau yang dia alami sendiri, ini diatur dalam Pasal 189
109
Tambah Sembiring, Proses Pemeriksaan Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri, USU Press, Medan, 1993, hlm. 59
110
Ibid, hlm.60
111
Lilik Mulyadi, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik, Dan Permasalahannya, Alumni, Bandung, 2007, hlm. 169
Universitas Sumatera Utara
85
KUHAP.
112
5 Barang bukti
Dalam praktek keterangan terdakwa sering dinyatakan dalam bentuk pengakuan dan penolakan, baik sebagian maupun keseluruhan terhadap
dakwaan penuntut umum dan keterangan yang disampaikan oleh para saksi. Keterangan terdakwa juga merupakan jawaban atas pertanyaan baik yang
diajukan oleh penuntut umum, hakim maupun penasehat hukum. Keterangan terdakwa dapat meliputi keterangan yang berupa penolakan dan keterangan
yang berupa pengakuan atas semua yang didakwakan kepadanya. Dengan demikian, keterangan terdakwa yang dinyatakan dalam bentuk penolakan atau
penyangkalan sebagaimana sering dijumpai dalam praktek persidangan, boleh juga dinilai sebagai alat bukti.
Barang bukti adalah barang yang dipergunakan oleh terdakwa untuk melakukan suatu tindak pidana atau barang sebagai hasil dari suatu tindak
pidana.
113
Barang-barang ini disita oleh penyidik untuk dijadikan sebagai bukti dalam sidang pengadilan. Barang yang digunakan sebagai bukti yang
diajukan dalam sidang pengadilan bertujuan untuk menguatkan keterangan saksi, keterangan ahli, dan keterangan terdakwa untuk membuktikan
kesalahan terdakwa.
114
Meskipun belum ada ketentuan yang menyebutkan di antara yang termuat dalam putusan itu merupakan pertimbangan yang bersifat yuridis di sidang
pengadilan, dapatlah disebutkan dan digolongkan sebagai pertimbangan yang bersifat yuridis.
112
Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang, 2008, hlm. 25
113
Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 20.
114
Ansori Sabuan, Hukum Acara Pidana, Angkasa, Bandung, 2000, hlm. 182
Universitas Sumatera Utara
86
Di samping pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan membuat pertimbangan yang bersifat non yuridis. Pertimbangan yuridis
saja tidaklah cukup untuk menentukan nilai keadilan dalam pemidanaan, tanpa ditopang dengan pertimbangan non yuridis yang bersifat sosiologis, psikologis,
kriminologis dan filosofis. Dasar pertimbangan hakim dalam menghukum pelaku tindak pidana
pemalsuan Kartu Tanda Penduduk, antara lain: fakta-fakta dipersidangkan, keterangan terdakwa dipersidangan, keterangan saksi dalam persidangan barang
bukti didepan perbuatan terdakwa, akibat perbuatan terdakwa dan kondisi terdakwa.
Hal-hal yang dijadikan alasan pertimbangan oleh hakim dalam memperberat dan memperingan sanksi pidana penajara yang akan dijatuhkan
kepada terdakwa, alasan-alasan tersebut adalah :
115
1 Alasan yang meringankan :
a Belum pernah dihukum atau residivis.
Dengan maksud bahwa terdakwa sebelum melakukan tindak pidana, terdakwa tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
sebelumnya. Hal ini menjadi catatan pertimbangan sendiri bagi hakim untuk menjatuhkan putusan terhadap terdakwa sebagai dasar yang
meringankan sanksi pidana. b
Sopan dalam persidangan.
115
Ibid, hlm.155
Universitas Sumatera Utara
87
Saat persidangan berlangsung, semua orang yang ada di dalam ruang persidangan termasuk terdakwa harus berlaku sopan dan patuh dalam
bersikap, bertutur kata yang baik, serta menaati smua peraturan yang ditetapkan saat persidangan berlangsung. Itu semua merupakan nilai
tersendiri bagi hakim sebagai pertimbangan putusan untuk meringankan penjatuhan sanksi pidana.
c Adanya sikap terus terang dalam
persidangan. Selama pertanyaan yang diajukan di dalam persidangan terdakwa
menjawab secara terus terang dan tidak berbelit, maka hal tersebut dapat dijadikan hakim sebagai alasan untuk meringankan sanksi pidana yang
akan dijatuhkan. Karena jawaban yang terus terang tersebut akan mempermudah hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara yang
dihadapkannya. d
Adanya penyesalan untuk tidak mengulanginya.
Setelah terdakwa mengakui perbuatannya dan menyasali perbuatannya yang sudah dilakukannya, serta terdakwa telah berjanji tidak akan
mengulangi kesalahannya lagi, maka hal ini dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi hakim untuk meringankan sanksi pidana yang akan
dijatuhkan kepada terdakwa. 2
Alasan yang memberatkan : a
Perbuatan tersebut meresahkan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
88
Semua tindak pidana akan menimbulkan keresahan bagi masyarakat termasuk tindak pidana pemalsuan Kartu Tanda Penduduk yang
mengakibatkan keresahan tentang identitas seseorang. Terjadinya tindak pidana pemalsuan Kartu Tanda Penduduk yang mengakibatkan keresahan
pada masyarakat, khususnya pada masyarakat yang telah di rugikan akibat terjadinya tindak pidana tersebut. Keresahan tersebut timbul karena
masyarakat khawatir akan menjadi korban penipuan dari orang yang telah melakukan pemalsuan identitas yang mengakibatkan seseorang tertipu.
Keresahan yang dialami masyarakat harus dijadikan pertimbangan bagi hakim dalam mengambil putusan terdakwa. Hal tersebut dijadikan
pemberatan untuk mencegah terjadinya pengulangan kejadian yang sama dan memberi rasa aman kepada masyarakat.
b Terdakwa tidak sopan di dalam persidangan.
Sesuai dengan Pasal 176 KUHP, apabila terdakwa berlaku tidak sopan di dalam persidangan maka pemeriksaan pada waktu itu dilanjutkan tanpa
hadirnya terdakwa. Hakim juga akan dapat memperberat putusan yang akan dikeluarkan kepada terdakwa.
c Terdakwa tidak mengakui perbuatan pidana mungkir.
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada Pasal 17 ayat 2 saat persidangan
berlangsung, terdakwa yang telah terbukti bersalah tidak mengakui perbuatannya.
Universitas Sumatera Utara
89
Khusus dalam tindak pidana pemalsuan KTP, KK dan akta kelahiran yang dilakukan oleh terdakwa, hakim sebelum menjatuhkan pidana yang dipandang
setimpal dengan perbuatannya dengan memperhatikan hal-hal yang memberatkan dan meringankan sebagai berikut:
1 Hal yang memberatkan bahwa :
a Perbuatan terdakwa dapat meresahkan masyarakat.
b Perbuatan terdakwa dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain.
2 Hal-hal yang meringankan:
a Terdakwa mengakui terus terang dan bersikap sopan dalam persidangan,
b Terdakwa mengaku sangat menyesal.
Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum menetapkan atau menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan Kartu Tanda Penduduk KTP,
Kartu Keluarga KK serta Akta Kelahiran yang dilakukan oleh terdawka, maka hakim terlebih dahulu turut mempertimbangkan berbagai hal. Misalnya fakta-
fakta yang terungkap di persidangan, pertimbangan yuridis dan non yuridis, keadaan dan latar belakang keluarga terdakwa, serta beberapa hal lain yang
berhubungan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa. Selayaknya diketahui bahwa hakim diberi fungsi oleh undang-undang
untuk menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara yang selalu dituntut untuk memberikan putusan yang sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Hakim di dalam menjalankan fungsinya diberi kebebasan dan kemandirian. Hakim menggunakan kebebasan dan kemandiriannya terutama dalam memberikan
putusan perkara pidana.
Universitas Sumatera Utara
90
Hakim dalam upaya membuat putusan serta menjatuhkan sanksi pidana, hakim harus mempunyai pertimbangan yuridis yang terdiri dari dakwaan Penuntut
Umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang-barang bukti, dan pasal- pasal dalam hukum pidana. Adapula pertimbangan non yuridis yang terdiri dari
latar belakang perbuatan terdakwa, akibat perbuatan serta kondisi terdakwa pada saat melakukan perbuatan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka jelaslah bahwa hakim dalam pengambilan keputusan dipersidangan ada 3 hal yang menjadi acuannya yaitu:
1 Asas Kepastian Hukum.
2 Asas Keadilan
3 Asas Manfaat.
116
Untuk kepastian hukum yang harus diperhatikan adalah peraturan perundang-undangannya. Asas keadilan disinilah cenderung lebih kepada sikap
masyarakat, bagaimana mengembalikanmemulihkan keadaan sosial masyarakat sehubungan dengan kasus ini, hal ini juga agar menjadi efek jera kepada orang
lain agar tidak diulangi lagi. Asas manfaat biasanya diarahkan kepada terpidana sehingga jangan sampai pemidanaan yang diberikan ini tidak bermanfaat bagi
terdakwa. Selain mengacu pada Ketentuan Umum Pasal 1 angka 9 KUHAP dimana
wewenang hakim di pengadilan yaitu, mengadili yang merupakan serangkaian tindakan untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan
asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP, Majelis Hakim juga menggunakan acuan mereka
116
Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Op.Cit, hlm.75
Universitas Sumatera Utara
91
sendiri dalam memutus perkara tersebut yakni asas kepastian hukum, asas keadilan, dan asas manfaat yang mana asas-asas tersebut memiliki peran masing-
masing seperti yang dijelaskan di atas.
117
Selain menggunakan asas-asas tersebut Majelis Hakim mengacu pada Dakwaan dari Penuntut Umum, sesuai dengan fungsi dakwaan sebagai dasar
pemeriksaan dalam proses peradilan pidana. Majelis Hakim juga mempertimbangkan kondisi korban yang dilakukan oleh para terdakwa pada kasus
ini. Berdasarkan analisis penulis tentang pertimbangan hukum hakim dalam
menjatuhkan sanksi dalam perkara putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1649Pid.Sus2015PN.Mdn, hakim dalam memutus perkara tersebut mempunyai
pertimbangan-pertimbangan yang cukup banyak. Mulai dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum, terpenuhinya unsur-unsur sesuai dengan pasal yang didakwakan
dan tidak ada alasan pembenar dan pemaaf, sehingga dinyatakan bersalah, serta
hal-hal yang memberatkan dan meringankan.
117
Ibid, hlm.78
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan yaitu :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pemalsuan Kartu
Tanda Penduduk adalah faktor ekonomi dan faktor makin canggihnya teknologi dalam meniru Kartu Tanda Penduduk asli. Cara yang pada
umumnya digunakan pelaku pemalsu dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga dan akta kelahiran dan dokumen lainnya adalah dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi yaitu tersangka memakai program photoshop dan corel draw untuk membuat gambar, yang menyerupai gambar di dokumen aslinya
dan gambar tadi dicetak dengan memakai bahan, seperti bahan kertas dokumen aslinya dengan menggunakan scanner, jadi stempel maupun tanda
tangan para pejabat terkait cukup di-scanning. 2.
Penerapan sanksi pidana teerhadap pemalsuan Kartu Tanda Penduduk dalam
putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1649Pid.Sus2015PN.Mdn, hakim
dalam putusannya menjatuhkan vonis pidana penjara selama 6 enam bulan karena telah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
pidana secara bersama-sama melalukan perbuatan pemalsuan surat berupa KTP.. Vonis ini tidak sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang
menuntut terdakwa dengan hukuman 10 sepuluh bulan penjara.
Universitas Sumatera Utara
93
B. Saran