1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemalsuan merupakan salah satu bentuk perbuatan yang disebut sebagai kejahatan yaitu sebagai suatu perbuatan yang sifatnya bertentangan dengan
kepentingan hukum. Sebab dan akibat dari kejahatan itu menjadi perhatian utama dari berbagai pihak, dengan mengadakan penelitian-penelitian berdasarkan
metode-metode ilmiah agar diperoleh suatu kepastian untuk menetapkan porsi dan klasifikasi dari kejahatan tersebut.
Fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat sekarang ini adalah selalu igin cepat menyelesaikan sesuatu hal tanpa memikirkan akibat yang akan
ditimbulkan dari perbuatannya tersebut, padahal perbuatannya itu sudah jelas-jelas dilarang. Manusia sering dihadapkan kepada suatu kebutuhan pemuas diri dan
bahkan keinginan untuk mempertahankan status diri hal itu banyak dilakukan tanpa berfikir secara matang yang dapat merugikan lingkungan dan diri sendiri.
Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat bahkan negara. Kenyataan
telah membuktikan bahwa kejahatan dan pelanggaran hanya dapat dicegah dan dikurangi, tetapi sulit untuk diberantas secara tuntas. Antisipasi atas
kejahatan dan pelanggaran tersebut diantaranya dengan memfungsikan instrumen hukum pidana secara efektif dan tepat melalui penegakan
hukum law enforcement.
1
Kejahatan tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. “Kejahatan bukanlah sebagai suatu variabel yang berdiri sendiri,
semakin maju dan berkembang peradaban umat manusia, akan semakin mewarnai
1
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
2
bentuk dan corak kejahatan yang akan muncul kepermukaan”.
2
Kejahatan mengenai pemalsuan atau disingkat dengan kejahatan pemalsuan adalah berupa kejahatan yang di dalamnya mengandung unsur
keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu objek, yang sesuatunya itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya padahal sesungguhnya
bertentangan dengan yang sebenarnya. kejahatan atau
tindak kriminal merupakan salah satu dari perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada setiap bentuk masyarakat.
Salah satu bentuk kejahatan yang sering terjadi pada lingkungan masyarakat adalah pemalsuan. Kejahatan pemalsuan tidak terbatas pada kalangan
masyarakat tertentu saja, melainkan setiap ada kesempatan dan tersedia objeknya maka kejahatan pemalsuan itu dapat terjadi. Delik pemalsuan merupakan bagian
dari kejahatan terhadap harta benda. Kejahatan pemalsuan yang paling sering terjadi di dalam masyarakat adalah pemalsuan surat.
3
Penyerangan terhadap kepercayaan atas kebenaran adalah perbuatan yang patut di pidana, yang oleh undang-undang ditentukan sebagai suatu
kejahatan. Memberikan atau menempatkan sifat terlarangnya bagi perbuatan-perbuatan berupa penyerangan terhadap kepercayaan itu dalam
undang-undang adalah berupa suatu perlindungan hukum terhadap kepercayaan atas kebenarannya dari objek-objek itu.
Pemalsuan surat mengancam kepentingan masyarakat berupa kepercayaan terhadap surat-surat yang mempunyai akibat hukum.
4
Kejahatan pemalsuan dengan objek pemalsuan surat yang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat adalah kejahatan pemalsuan Kartu Tanda
Penduduk selanjutya disebut KTP. KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana dalam hal ini Dinas
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Raja Grafindo, Jakarta, 2003, hlm.7
3
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Pemalsuan, Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hlm. 3
4
S.R. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya, Alumni Jakarta, 2003. hlm. 5.
Universitas Sumatera Utara
3
Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang berlaku di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Indonesia.
Pelaku kejahatan pemalsuan Kartu Tanda Penduduk KTP menurut Pasal 96A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan yang menyebutkan bahwa setiap orang atau badan hukum yang tanpa hak mencetak,
menerbitkan, danatau mendistribusikan Dokumen Kependudukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1 huruf c dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.
Contoh kasus pemalsuan KTP adalah dalam kasus putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1649Pid.Sus2015PN.Mdn dengan terdakwa Leonard
Bangun Als Leo. Adapun modus operandi pemalsuan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara mengetik dan mencetak KTP atau dokumen palsu lainnya seperti
Kartu Keluarga, Akta Kelahiran berdasaran pesanan dengan menggunakan komputer dan perlengkapan percetakan yang ada di tempat usahanya.
Setiap ada pesanan pembuatan KTP, KK, akta kelahiran dan dokumen lainnya terdakwa dengan memberikan data-data dan blanko kosong dan kemudian
terdakwa melakukan pengetikan dengan cara mengambil banko kosong, memasukannya ke dalam mesin printer, mengetik data-data ke dalam computer,
pas photo di scan melalui mesin scan dan diletakkan sesuai tempatnya di dalam blanko, begitu juga dengan letak stempel serta tanda tangan. Setelah sesuai
Universitas Sumatera Utara
4
terdakwa mencetaknya dan menyerahkan kepada pemesan yang kemudian membubuhkan tanda tangan pejabat serta stempel yang telah dibuatnya.
Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagai perbuatan yang secara sah
dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan, membuat surat palsu
atau memalsukan surat berupa KTP, KK serta akta kelahiran yang dapat menimbulkan hak, perikatan atau pembebasan hutang atau yang diperuntukan
sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian. Pemalsuan KTP berdampak luas, serta menimbulkan persoalan kompleks
di masyarakat. Pemalsuan KTP tidak hanya perbuatan pidana sebagaimana kejahatan umumnya, tapi berdampak lebih luas semisal menimbulkan kerugian di
bidang bisnis, politik, bahkan keamanan negara. Identitas yang dipalsukan akan menimbulkan persoalan lain semisal dalam dunia bisnis proses administrasi
pinjaman atau kredit di bank dan jual beli akan rancu. Begitu juga di bidang politik, pendataan kependudukan dalam momentum pilkada bisa dimanfaatkan
untuk penggelembungan suara apabila KTP bisa dipalsukan. Keamanan negara juga bisa dikacaukan apabila KTP palsu marak beredar, karena bisa digunakan
siapa saja termasuk orang asing yang mungkin punya misi tertentu. Mengetahui dan membahas secara lebih jelas dalam mengungkapkan
kejahatan pemalsuan KTP, maka dipilih skripsi yang berjudul, “Analisis Yuridis
Universitas Sumatera Utara
5
Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Kartu Tanda Penduduk Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 1649Pid.Sus2015PN.Mdn”.
B. Perumusan Masalah