BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Makna 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai
Mengejar nasib baik sambil menghindari hal-hal buruk sudah menjadi sifat dasar manusia. Kebudayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai dalam
mempercayai dan melibatkan benda-benda tertentu yang dipercaya sebagai simbol keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari, juga merupakan salah satu bukti
nyata usaha mengejar nasib baik dan menghindari hal buruk dalam kehidupan.
Masyarakat desa Lincun Binjai sangat mudah menyebutkan jenis dan bentuk benda-benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi
masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai. Permasalahan yang ada pada saat ini, meskipun mereka mengetahui bentuk dan jenis benda-benda yang sering dijadikan
sebagai simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, namun sebagian besar masyarakat tidak mengetahui makna apakah yang
terkandung dalam benda-benda tersebut, sehingga dijadikan sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan.
Pada umumnya, proses pemaknaan benda-benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun
Binjai, tidak lepas dari sejarah pemikiran leluhur masyarakat Tionghoa yang biasa menghubungkan aktivitas alam, juga keadaan perilaku hewan atau
tumbuhan yang tidak biasa dengan bencana atau keberhasilan yang mengikutinya.
Mereka menghubungkan nama, bentuk, sifat, dan perilaku benda-benda tersebut dengan makna keberuntungan tertentu Wong, 2014 : 6.
Seperti yang telah dijelaskan di latar belakang masalah pada penelitian ini, ada 15 jenis benda sebagai simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai
dikediaman masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai yang akan dikaji maknanya. 15 jenis benda yang sering dijadikan sebagai simbol keberuntungan
dan akan dikaji maknanya tersebut tersebut terdiri dari 6 jenis benda yang berupa tumbuhan buah nanas, bunga teratai, buah jeruk mandarin, bunga meihua, buah
delima, dan labu botol, 4 jenis benda yang menyerupai hewan harimau, kuda, naga dan ikan mas, dan 5 benda lainnya koin tembaga, mangkuk harta, pohon
uang, simpul china dan sumpit.
1 Makna Buah Nanas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai
Nanas atau 菠 萝
bouluo yang memiliki nama latin Ananas Comosus merupakan jenis tanaman tropis dan sub tropis. Bentuk buahnya bulat
memanjang, kulitnya bersusun sisik, berbiji mata banyak, daunnya berserat dan berduri pada kedua belah sisinya, daging buahnya berwarna kuning atau putih
kekuning-kuningan, mengandung banyak cairan, rasanya ada yang manis dan asam.
Bentuk buah nanas yang unik menjadikan buah ini dikaitkan dengan banyak
makna keberuntungan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Menurut bapak Poeleng, dalam simbol buah nanas tersirat makna kejayaan. Sesuai
dengan bentuknya, leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai bahwasanya dengan melibatkan buah nanas dalam kehidupan sehari-hari, keluarga akan
tumbuh berkembang dan mendapatkan kedudukan seperti daun diujung buah yang berbentuk mahkota. Buah nanas juga menggambarkan makna kewaspadaan
terhadap keadaan di sekelilingnya, seperti biji mata yang lekat mengitari daging buah nanas.
Buah nanas juga merupakan sebuah simbol keberuntungan bagi masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai yang memiliki makna kemakmuran. Menurut ibu Lian Hua, makna kemakmuran yang terkandung dalam buah nanas berasal dari
nama buah nanas dalam bahasa Hokkian. Dalam bahasa Hokkian, buah nanas disebut Ong Lai, Ong berarti raja dan Lai berarti datang. Arti dari nama Ong Lai
tersebut membuat masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa dengan melibatkan buah nanas dalam kehidupan sehari-hari, maka berkat kemakmuran yang dimiliki
seorang raja akan mengalir dalam keluarga mereka.
Dalam kehidupannya sehari-hari, masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai melibatkan simbol buah nanas dalam berbagai bentuk. Simbol buah nanas yang
sering dilibatkan dalam kehidupan sehari-haribiasanya berupa ukiran, replika buah nanas, dan yang paling sering ditemukan ialahbuah nanas yang digunakan
sebagai perlengkapan sembahyang.
Gambar 4.1 Simbol buah nanas sebagai perlengkapan sembahyang
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 12 Agustus 2015.
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, buah nanas juga sering dijadikan sebagai sesajen pada upacara duka. Kulit buah nanas dikupas
tanpa membuang biji mata yang lekat pada dagingnya serta daun yang berada di ujung buah. Hal tersebut dilakukan agar buah nanas tampak seperti kepala
manusia yang bermahkota. Dari bentuk tersebut keluarga yang masih hidup mengharapkan bahwa arwah keluarga yang telah meninggal dapat memiliki
kejayaan di alamnya.
2 Makna Bunga Teratai Sebagai Simbol Keberuntungan bagi
Masyarakat Tionghoa Desa Lincun Binjai
Bunga teratai yang merupakan tumbuhan yang memiliki nama latin Nymphae. Dalam bahasa Mandarin bunga teratai dikenal dengan nama
莲花( lian
hua. Warna bunga teratai berwarna-warni merah, putih, biru, bunga ini tumbuh dalam lumpur dan mekar diatas air. Secara keseluruhan fisiologis, tanaman air ini
tak jauh berbeda dengan tumbuhan lainnya. Bunga teratai mempunyai aroma harum, dan tumbuh luruh di permukaan air dengan daun yang melebar sejajar
dengan air. Bunga teratai masuk ke Tiongkok dan dikenal oleh masyarakat Tionghoa melalui pengaruh ajaran Buddha yang menyebar dari India sejak masa
Dinasti Qin 221-206 SM. Ajaran Buddha semakin berkembang pada masa Dinasti Tang 618-907M dan semakin terkenal dengan munculnya kisah
Perjalanan ke Barat Fu, 2013 :32 .
Bapak Poeleng mengatakan, bunga teratai adalah satu tanaman yang dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa di
desa Lincun Binjai yang mengandung makna kesucian, kejujuran dan kehormatan. Dalam arti lain, mereka meyakini dengan meletakkan segala sesuatu yang
bersimbolkan bunga teratai, maka sang penghuni rumah tersebut akan memperoleh kesucian, hormatan dan selalu dekat dengan kejujuran.
Dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat Tionghoa desa Licun
Binjai, makna kesucian, kejujuran dan kehormatan dibalik simbol bunga teratai diperoleh dari keadaan bunga yang memerlukan lumpur dan air untuk tumbuh dan
berkembang, akan tetapi ia tidak akan tenggelam ke dalamnya. Bunga ini hidup di atas air yang tenang dan kotor, dimana banyak serangga dan sumber penyakit
hidup. Dengan kondisi sedemikian kotornya, orang akan menganggap bunga teratai
sebagai bunga yang tidak berharga dan kotor, yang tidak pantas untuk diraih karena demikian kotornya tempat ia hidup. Akan tetapi, bertolak belakang dengan
kenyataannya, bunga teratai tetap tampil dengan keanggunan bunganya yang sangat menawan bagi yang melihatnya. Dia hidup penuh keindahan dan
kebersihan tanpa dipengaruhi oleh lingkungannya yang kotor. Betapapun kotornya tempat dia hidup, tapi keindahannya tetap terjaga dengan baik bahkan
menambah keindahan pula bagi lingkungan di sekitarnya. Begitu juga kehidupan manusia, manusia dilahirkan sebagai makhluk
dengan keindahan dan kesempurnaan yang memerlukan keinginan atau hasrat untuk berkembang kearah lebih maju, untuk mencapai atau demi pencapaian
sebuah tujuan. Namun dalam perjalanan hidup, manusia tidak selalu dikelilingi dengan kebaikan dan kebahagian, manusia akan selalu menemukan banyak
hambatan dan orang-orang yang tidak baik disekitarnya, seperti diibaratkan lumpur disekeliling bunga teratai. Dari keadaan tersebut, bukan lantas kita
tenggelam dan larut dalam ketidak baikan sekeliling, namun tetaplah menjadi suci, baik dan cantik seperti bunga teratai. Di saat disekeliling kehidupan banyak
sekali kebohongan, tetaplah menjunjung kejujuran, sehingga dapat dihormati. Sehingga pada akhirnya kehidupan manusia tersebut akan memberikan suatu
keindahan bagi lingkungan dan alam sekitarnya seperti bunga teratai.
Kepercayaan akan makna kesucian, kejujuran dan kehormatan yang terkandung pada simbol bunga teratai juga didasari akan kepercayaan masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai terhadap cerita legenda Tionghoa yang menceritakan kisah cinta seorang pujangga pada Dinasti Jin bernama Zhou Dunyi terhadap
bunga teratai. Konon, ada banyak jenis bunga yang tumbuh baik di darat maupun di air. Sejak Dinasti Tang, bunga peony adalah salah satu bunga yang disukai oleh
hampir seluruh bangsawan. Pada Dinasti Jin, Tao Yuanming sangat menyukai bunga Krisan. Namun sepanjang kedua Dinasti tersebut, Zhou Duanyi lebih
menyukai bunga teratai dibandingkan bunga Krisan dan Peony. Hal tersebut dikarenakan alasan yang sama,yakni bunga teratai tetap bersih meski tumbuh di
lumpur, tegak dan bersih. Wangi bunga teratai menyebar sampai jauh. Zhou Duanyi mengibaratkan bunga teratai tersebut sebagai orang yang terhormat.
Chunjiang, 2012 :73 Hingga saat ini, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai masih
mempercayai dan meneruskan kebudayaan yang menjadikan bunga teratai sebagai simbol pembawa keberuntungan yang bermaknakan kesucian, kejujuran dan
kehormatan. Mereka meletakkan bunga teratai atau segala benda yang memiliki lambang atau bentuk menyerupai teratai dalam rumah mereka. Lukisan yang
menggambarkan bentuk indah bunga teratai, lukisan dewi Kuan Im yang berdiri diatas bunga teratai, dan patung buddha yang beralaskan bunga teratai merupakan
refleksi simbol teratai yang paling sering dijumpai di kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.
Gambar 4.2 Simbol bunga teratai bersama dewi Kuan Im dalam bentuk lukisan
pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumber : Dokumentasi Pribadi. Desa Lincun Binjai, 12 Agustus 2015
3 Makna Buah Jeruk Mandarin Sebagai Simbol Keberuntungan bagi
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, sering kali dijumpai buah jeruk yang erat kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Tionghoa. Buah
jeruk yang berwarna orange, tidak terlalu besar, dan memiliki rasa manis merupakan buah jeruk yang paling digemari dikalangan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.
Mereka menyebut buah jeruk tersebut dalam bahasa Hokkien dengan sebutan Kam Cheng.
Kam Cheng dalam bahasa Mandarin disebut
橙 子
cheng zi Liang
, 2010:44 .
Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, KamCheng merupakan salah satu benda yang dijadikan sebagai simbol keberuntungan bagi kehidupan. Menurut Ibu Lian
Hua, Kam Cheng merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna pembawa suka cita dalam kehidupan. Makna suka cita tersebut berasal dari perpaduan
arti kata Kam dalam kata Kam Cheng yang berarti ‘Perasaan’, dengan rasa Kam Cheng yang manis. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai ketika mereka
melibatkan Kam Cheng dalam kehidupan mereka sehari-hari, maka suka cita akan memenuhi keluarga tersebut.
Selain bermakna suka cita, Kam Cheng juga memiliki makna rezeki yang berlimpah. Dalam dialek Kanton, Kam Cheng
柑( gan
) kedengaran sama dengan
金( jin
) yang berarti emas. Warna orange Kam Cheng juga dianggap sebagai lambang emas
Chunjiang, 2012 :118. Hal tersebut juga yang membuat masyarakat Tionghoa desa
Lincun Binjai beranggapan bahwa Kam Cheng merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna rezeki yang berlimpah
Dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, Kam Cheng biasanya disajikan dalam bentuk buah sungguhan, juga dalam bentuk lukisan. Kam Cheng
digunakan sebagai salah satu sesajen dalam sembahyang. Kam Cheng juga merupakan buah yang paling sering disajikan pada saat perayaan Imlek.
Gambar 4.3 Kam Cheng sebagai sesajen sembahyang masyarakat Tionghoa desa
Lincun Binjai
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, Agustus 2015
Ibu Lian Hua mengatakan, ada filosofi hidup yang dapat di ambil dari Kam Cheng. Kam Cheng memiliki rasa yang beragam, ada yang asam dan ada yang manis. Sama
seperti hidup, tidak semua hal yang dikerjakan dalam kehidupan akan berbuah manis, namun pasti ada hal manis yang bisa dibagikan. Sama halnya dengan membagikan Kam
Cheng, berarti membagikan suka cita dan rezeki kepada sanak saudara.
4 Makna Bunga Meihua Sebagai Simbol Keberuntungan bagi
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Bunga meihua 梅 花 (
mei hua )
merupakan bunga nasional Tiongkok. Nama bunga meihua berasal dari bahasa Mandarin,
梅 mei artinya cantik dan
花 hua artinya
bunga, sehingga meihua memiliki arti sebagai bunga yang cantik. Liang
, 2010:207.
Warna bunga meihua sangat anggun, yaitu merah muda dengan sedikit keputih-putihan. Namun dalam penyajiannya, bunga meihua bukan hanya
berwarna merah muda, ada juga replika bunga meihuayang berwarna merah. Replika meihua biasanya dihiasi dengan angpau, lampion kecil, dan aksesoris
berwarna emas yang digantung di ranting bunga Meihua. Karena kecantikannya yang begitu menawan, dewasa ini bunga Meihua juga sering digunakan sebagai
pemanis tata dekorasi ruangan masyarakat secara umum.
Gambar 4.4 Bunga meihua pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun
Binjai.
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2011
Bagi masyarakat Tionghoa, bunga meihua merupakan salah satu simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan. Hal tersebut juga berlaku pada
kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Bunga meihuamerupakan salah satu simbol keberuntungan yang paling sering dijumpai dikediaman
masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai sehari-hari. Bagi mereka, bunga meihua merupakan sebuah simbol keberuntungan yang melambangkan kesetiaan,
kemuliaan dan kesejahteraan.
Makna kemuliaan dan kesejahteraan yang terkandung dalam simbol bunga meihua tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
terhadap legenda leluhur mereka. Konon, kepercayaan terhadap bunga meihua sebagai simbol keberuntungan dalam hidup dimulai dari kisah kakak beradik Da
Jui mulut besar dan Da Shou tangan besar yang memiliki sifat bertolak belakang. Da Jui berusaha untuk menguasai harta sang adik dengan
cara mengusirnya. Saat diusir dari rumah
,
Da Jui yang pemalas dan serakah memberikan sang adik sedikit harta, 3 rumah sederhana, 10 hektar sawah tandus,
seekor anjing dan kambing. Hari demi hari berlalu, karena kemalasannya harta Da Jui menipis hingga
menjual keledai dan kudanya untuk membeli makanan. Berbeda dengan Da Shou yang terus bekerja keras dengan dibantu anjing dan kambingnya mengerjakan
sawah dengan tekun. Hasilnya, Da Shou memiliki hasil yang berlimpah dan cukup cadangan makanan untuk melewati musim dingin. Melihat kesuksesan adiknya
Da Jui iri dan berniat untuk membunuh anjing dan kambing adiknya dengan cara
menaburkan racun ke dalam makanannya. Mendapati kambing dan anjingnya mati, Da Shou kemudian berduka dan menguburkan kedua hewan itu di halaman
belakang rumahnya. Saat memasuki musim semi tahun kedua, di atas makam tersebut tumbuh
dua batang pohon kecil, yang pada saat ini dikenal sebagai pohon bunga meihua. Salah satu pohon tersebut menghasilkan emas, sedangkan yang lain menghasilkan
perak. Sejak saat itu Da Shou menjadi makmur. Dari legenda itu masyarakat Tionghoa berupaya meneladaninya dengan menjadikan bunga meihua sebagai
sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pembawa rezeki pada kehidupan Fu, 2013 : 36.
Makna kesetiaan, kemuliaan, dan kesejahteraan yang terkandung dalam bunga meihua juga dikarenakan sejak zaman dahulu, bunga meihua dikenal juga
sebagai bunga penanda datangnya musim semi. Hal tersebut dikarenakan bunga meihua berbunga saat musim berganti, yakni dari musim semi ke musim dingin.
Bunga meihua sangat tahan dingin, bahkan pada saat bunga lain sudah rontok, bunga meihua tetap mekar. Sifat bunga meihua yang unik tersebut membuat
bunga meihua dipuji dan sangat digemari dikalangan bangsawan sebagai bunga yang melambangkan kesetiaan.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai juga mempercayai bahwa ada berkat ditiap kelopak bunga meihua yang sedang mekar. Bunga Meihua yang pada
umumnya terdiri dari 5 kelopak, masing kelopak memiliki berkat tersendiri, yakni umur panjang, akhir yang damai, kekayaan, kebaikan, dan kesehatan, yang berarti
ketika semua berkat itu menjadi satu, maka terciptalah sebuah kemuliaan. Hal tersebut yang membuat masyarakat Tionghoa terus melibatkan bunga meihua
dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan. Ibu Lian Hua mengibaratkan ketika bunga meihua mekar, harapan
kehidupan yang mulia dan sejahtera akan muncul.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik dikediaman masyarakat Tionghoa maupun ditempat usaha mereka, masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai biasa
meletakkan replika bunga meihua tepat didepan pintu, diruang tamu, atau secara umum di bagian depan rumah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan apapun
yang terjadi dan datang masuk kekediaman masyarakat tersebut, semua merupakan berkat yang dapat mendatangkan kesetiaan, kemuliaan, dan
kesejahteraan bagi sang empunya rumah. Bunga meihua juga merupakan salah satu simbol keberuntungan yang wajib ada pada perayaan Imlek.
Gambar 4.5 Replika Bunga Meihua yang diletakkan di ruang tamu kediaman
masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumber :Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015
5 Makna Buah Delima Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Buah delima dalam bahasa Mandarin disebut juga
石榴 shi liu. Buah ini
berbentuk bulat merah dan merupakan jenis buah-buahan yang memiliki banyak biji didalamnya. Buah delima yang secara umum memiliki banyak sekali biji, bagi
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai buah ini merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna sebuah harapan memiliki banyak keturunan.
Disamping itu, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai ini juga mempercayai buah delima sebagai sebuah simbol keberuntungan yang bermaknakan sebuah
kebahagiaan dan kemakmuran. Hal tersebut juga dikarenakan warna bunga dari buah delima yang tampak sangat merah dan cerah yang melambangkan suatu
kebahagiaan dan kemakmuran.
Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa, kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai terhadap buah delima sebagai sebuah simbol
keberuntungan yang memiliki makna harapan memiliki banyak keturunan, juga tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Tionghoa pada umumnya pada kisah
leluhur mereka yang diturunkan hingga saat ini. Masyarakat Tioghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa dulunya Kaisar Wenxuan Gao Yang dari Dinasti Qi
Utara menyanyangi keponakannya Gao Yanzong dan memberikannya gelar Pangeran Ande. Dia juga memerintahkan anak angkatnya Li Zu untuk menjadi
selir Yanzong. Setelah Yanzong dan Li Zu menikah, Kaisar Wenxuan tiba dirumah Li sebagai orang tua keluarga Gao.
Ibu mempelai perempuan, nyonya Song memberikan Kaisar Wenxuan dua buah Delima besar. Kaisar bertanya kepada nyonya Song apakah maksud
pemberian dua buah delima besar tersebut, lalu nyonya Song megatakan bahwa pemberian buah delima tersebut dikarenakan buah delima yang memiliki banyak
biji didalamnya melambangkan keturunan yang banyak sehingga baik untuk digunakan sebagai pelengkap doa untuk pengantin yang baru saja menikah, agar
segera dikaruniakan banyak keturunan Chunjiang, 2012 : 87.
Meskipun simbol buah delima secara umum bermaknakan harapan memiliki banyak keturunan, namun simbol ini tidak hanya ada pada hari pernikahan saja,
namun dalam kehidupan sehari-hari simbol ini juga dilibatkan sebagai pelengkap kebudayaan masayarakat Tionghoa desa Lincun terkait kepercayaan mereka
terhadap benda-benda yang dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan bagi kehidupan. Pada saat ini, simbol buah delima yang masih sering dilibatkan
dalam kehidupan sehari-hari ialah simbol buah delima dalam bentuk lukisan.
Gambar 4.6 Simbol buah delima dalam bentuk lukisan
Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015
6 Makna Labu botol Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Buah labu botol secara umum merupakan tanaman labu yang sama dengan
buah labu pada umumnya, hanya saja secara bentuk, buah labu botol merupakan buah labu yang berbentuk botol. Menurut Mitologi China, labu botol pada zaman
dahulu sering digunakan sebagai wadah arak oleh Zhang Gualou yakni satu dari delapan Dewa Wong, 2014 : 91.
Bagi masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai, labu botol bukanlah buah
labu biasa. Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa labu botol merupakan salah satu simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai
pembawa kemakmuran dan pemgusir roh jahat. Makna kemakmuran yang terkandung pada labu botol dikarenakan sulur
pohon labu yang memanjang dan melingkar-lingkar, ditambah biji labu yang banyak dan besar, melambangkan rezeki yang berlimpah, juga keturunan yang
banyak. Makna kemakmuran juga dipercaya tersirat pada labu botol dikarenakan pelafalan labu dalam bahasa mandarin “labu”
葫芦 hulu sama dengan pelafalan
“berkat dan kemakmuran” 福禄
fu lu Chunjiang, 2012 : 95. Disamping itu, makna sebagai pengusir roh jahat yang terkandung dalam
labu botol juga dipercaya oleh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai berasal dari kepercayaan leluhur mereka yang menghubungkan fengshui pada zaman
dahulu. Mereka mempercayai bahwa labu botol merupakan salah satu dari sekian benda sakti para dewa yang dapat digunankan untuk menangkap dan mengurung
hantu. Leluhur mereka juga biasa menggunakan labu botol untuk menolak roh jahat yang akan datang.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai mempercayai bahwa dengan meletakkan benda yang bentuknya menyerupai labu botol replika labu botol
didalam rumah, maka sang penghuni rumah akan memperoleh kemakmuran baik dalam hal rezeki maupun keturunan.
Gambar 4.7 Replika labu botol pada kediaman masyarakat Tionghoa desa
Lincun Binjai sebagai simbol kemakmuran
Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015
Simbol keberuntungan berbentuk labu botol juga dijumpai digantungkan
diatas pintu bagian depan rumah masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Hal tersebut dilakukan dengan maksud menolak segala roh jahat yang akan
memeasuki rumah.
Gambar 4.8 Labu botol digantungkan di atas pintu bagian depan rumah untuk
mengusir roh jahat
Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 12 Agustus 2015
7 Makna Harimau Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Harimau atau
老虎( laohu
) merupakan salah satu hewan buas yang ada di
dunia. Ketangkasan dan kekuatannya ditakuti oleh hewan lainnya bahkan manusia. Karena ketangkasan dan kekuatannya membuat harimau dipercaya
sebagai salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakata Tionghoa.
Sama seperti masyarakat Tionghoa pada umumnya, bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai harimau juga merupakan salah satu simbol pembawa
keberuntungan bagi kehidupan mereka. Menurut masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, harimau merupakan ‘Raja Binatang’ yang tangkas dan kuat.
Mereka mempercayai tidak hanya manusia dan hewan lainnya yang takut akan harimau, bahkan iblis dan roh jahat pun tahkluk kepada harimau. Hal ini membuat
harimau dipercaya sebagai simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir roh jahat dalam kehidupan mereka.
Kepercayaan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai akan makna simbol
harimau sebagai pengusir roh jahat didasari dari kepercayaan akan legenda leluhur yang mengisahkan Baosheng Dadi yang merupakan Dewa yang dipuja oleh
masyarakat Tionghoa pada zaman dahulu sebagai Dewa Obat yang mengobati seekor harimau sakit. Baosheng Dadi biasa ditemani seekor harimau yang dulunya
harimau ini sangatlah ganas dan suka mencelakai orang. Hingga pada suatau hari harimau ini memakan seorang wanita kaya raya, namun jepit emas wanita kaya
raya itu tersangkut di tenggorokan harimau tersebut. Setelah sekian lama menahan
kesakitan, akhirnya harimau tersebut menjumpai Dewa Obat dan meminta bantuan agar disembuhkan. harimau tersebut berjanji jika dirinya biasa sembuh, ia
akan berhenti memakan dan mencelakain manusia. Tanpa memandang kesalahan- kesalahan yang telah dilakukan oleh harimau tersebut, Dewa Obat langsung
mengobati harimau tersebut dengan mencabut jepit yang ada di tenggorokannya. Sejak saat itu harimau tersebut menjadi pengikut setia Dewa Obat.
Masyarakat pada akhirnya menyebut harimau tersebut sebagai Dewa Harimau, hal tersebut dikarenakan sejak saat dia disembuhkan oleh dewa obat, harimau tersebut
selalu muncul dalam pemujaan Dewa Obat sebagai pelindung Dewa Obat. Sejak saat itulah Harimau dipercaya sebagai pelindung dan pengusir roh jahat
Chunjiang, 2012 : 22.
Hampir seluruh masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang mempercayai harimau sebagai simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir
roh jahat, meletakkan lukisan maupun benda yang berbentuk harimau pada pintu rumah mereka. Beberapa masyarakat juga meletakkan lukisan harimau pada
dinding pagar kediaman mereka.
Gambar 4.9 Simbol harimau dalam bentuk lukisan dipintu dan didepan
kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumber :Dokumen pribadi. Desa Lincun, 12 Februari 2015
Hal tersebut dilakukan dengan tujuan rumah akan terlindung dari kesialan dan juga roh-roh jahat yang akan masuk kedalam rumah tersebut. Gambar
harimau yang biasa diletakkan dibagian depan rumah masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, biasanya memiliki aksara
王 ( wang
) tepat dikening harimau
tersebut yang berarti raja.
8 Makna Kuda Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Kebudayaan Masyarakat Tionghoa kaya akan simbolisme. Setiap aspek
kehidupan memiliki sederet simbol.Seperti hewan lainnya, kuda atau 马(
ma )
dalam kajian seni rupa Tionghoa mewakili simbol keberuntungan tertentu. Bapak Poeleng mengatakan bahwa ada pepatah China yang berbunyi
龙 马 精 神 long ma jing shen, yang artinya kuatlah seperti kuda dan naga.
Pepatah ini menjadi salah satu alasan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai menjadikan kuda sebagai sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna
ketangkasan dan kekuatan dalam hidup. Makna ketangkasan dan kekuatan yang terkandung pada hewan kuda juga
dipertegas oleh legenda masyarakat Tionghoa yang menceritakan bahwa dulu kala kuda sangat berperan penting di medan perang. Kaisar Taizong dari Dinasti Tang
dulu memiliki enam kuda bagus yang sangat menyokong kariernya dan membantunya dalam peperangan. Kaisar sangat menyayangi kudanya hingga pada
akhirnya ketika Kaisar Taizong meninggal dunia, patung keenam kuda kesayangannya dibangun disebelah makamnya Chunjiang, 2012 : 28.
Dalam kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, sangat sering dijumpai simbol keberuntungan berupa lukisan kuda yang menjadi simbol
keberuntungan yang bermaknakan kekuatan dan ketangkasan. Lukisan kuda yang paling sering dijumpai ialah ‘Lukisan Delapan Kuda’. Lukisan delapan
kudasangat terkenal dari zaman China kuno, pelukisnya konon terinspirasi oleh
kekuatan delapan kuda yang dinaiki oleh Kaisar Mu pada Dinasti Zhou untuk mengelilingi negri. Kekuatan dan tenaga kedelapan Kuda tersebut menjadi
lambang orang yang kuat berjuang dan pekerja keras untuk memperoleh kesuksesan Chunjiang, 2012 : 29.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai pada umunya meletakkan Lukisan Delapan kuda di ruang tamu mereka. Bahkan pada saat ini, bukan hanya
masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang meletakkan Lukisan Delapan Kuda pada ruang tamu, banyak juga masyarakat pribumi yang juga meletakkan Lukisan
Delapan Kuda pada ruang tamu mereka, walaupun pada dasarnya, mereka hanya melihat keindahan lukisan tersebut dari sisi seni dan tidak mengerti makna apakah
yang terkandung pada Lukisan Delapan Kuda tersebut.
Gambar 4.10 Lukisan Keberuntungan 8 Kuda yang dijadikan simbol kekuatan
dan ketangkasan pada kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai.
Sumber : Dokumen pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015
9 Makna Naga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Bagi masyarakat Tionghoa, terlebih masyarakat Tionghoa di desa Lincun
Binjai, nagaatau 龙
long merupakan mahluk yang sangat dihormati. Hal inilah yang menyebabkan naga dijadikan sebagai lambang dari kebudayaan Tionghoa.
Bapak Poeleng mengatakan bahwa naga mempunyai kekuatan yang besar dan gaib untuk menampakkan atau menyembunyikan diri, mengubah ukuran dan
panjang tubuhnya, serta menggerakkan kekuatan alam. Gambaran unik naga diyakini merupakan kombinasi sifat dari banyak binatang yang dikreasikan oleh
masyarakat Tionghoa. Gambaran naga terbentuk dari tubuh ular, moncong buaya, sisik ikan, cakar elang, dan juga memiliki tanduk.
Naga merupakan sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai yang sangat mudah dijumpai. Begitu banyak makna- makna baik yang terkandung dalam simbol naga. Bapak Poeleng mengatakan,
secara umum dalam sebuah simbol naga tersirat makna yang bersifat agung, diposisikan tinggi, dan mampu berbuat apa pun.
Makna keagungan, diposisikan tinggi, dan mampu berbuat apapun dalam
simbol naga juga diperkuat oleh legenda masyarakat Tionghoa. Pada awalnya China merupakan negara agraris sehingga hasil panen sangat tergantung oleh
curah hujan. Pada saat itu, leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai naga sebagai simbol keberuntungan penakhluk cuaca dan pengatur hasil panen.
Menurut legenda masyarakat Tionghoa, naga memiliki 9 putra yang tidak mirip sang naga. Masing-masing anak memiliki bentuk dan kekuatan yang berbeda.
Anak ke-1, qiu niu hewan berkepala naga dan bertubuh ular, menyukai musik. Bentuknya sering diukirkan pada alat musik. Anak ke-2, ya zi berkepala
serigala dengan tubuh naga. Beradat buruk kerap bertengkar dan berkelahi. Merupakan dewa perang diantara putra naga. Sering terlihat diukirkan pada hulu
pegangan pedang. Anak ke-3, chao feng senang menempuh bahaya. Kerap kali dimunculkan pada tepi jurai atap bangunan tradisional. Chao feng diyakini dapat
mengusir roh jahat dan menolak bencana.
Anak ke-4, pu lao digambarkan berupa naga yang bergerak-gerak bergelinjang. Sering mengaum dan melolong. Sering muncul sebagai ornamen
pada genta logam tradisional. Berhubungan dengan kepercayaan ini pemukul genta lonceng sering diberi bentuk sebagai ikan paus, yang menurut cerita
merupakan musuh besarnya. Ketika pu lao bertemu ikan paus ia akan berteriak sekeras- kerasnya. Dibayangkan suara yang dihasilkan ketika lonceng dipukul
akan manjadi keras maksimal. Anak ke-5, suan ni mirip hewan singa menyenangi ketenangan, api dan asap. Bentuknya sering muncul di pedupaan, tempat abu
leluhur. Juga ditampilkan pada tempat duduk Buddha, Anak ke-6, ba xia hewan naga mirip kura- kura mahir berenang, bentuknya sering muncul pada bangunan
yang berhubungan dengan air, balok dan pilar jembatan, dan juga diceritakan dapat membawa barang berat di punggungnya.
Anak ke-7, bi an hewan mirip macan, dapat memahami keadilan serta membedakan benar dan salah. Putra naga ini mampu mendengarkan dan
menerima pengaduan, bersifat sangat bengis. Dulunya, gambaran akan anak ke-7 ini sering ditampilkan pada pintu gerbang penjara tradisional.Anak k-8, fu xi
berbentuk tubuh mirip naga, dan berkepala harimau. Menyukai menulis dan menggambar kaligrafi. Anak ke-9, chi wen hewan berkepala naga bertubuh mirip
dengan ikan. Menurut legenda chi wen diceritakan memiliki kebiasaan buruk dan senang menelan benda-benda, serta mampu memadamkan kebakaran. Hewan ini
ukiran- nya sering diletakkan pada genteng atau atap bangunan tradisional Tionghoa. Hal ini dipercaya dapat menghindarkan bangunan dari bahaya
kebakaran Kustedja, 2013 : 533. Dari ke-9 putra-putra naga ini kemudian berkembanglah makna-makna yang
tersirat dalam sebuah simbol naga. Makna yang tersirat dalam simbol naga tergantung dari sifat dan ciri-ciri naga itu sendiri. Jenis naga yang paling sering
dijumpai di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai ialah chao feng dan suan ni .
Gambar 4.11 Naga Chao Feng dan Suan Ni pada atap bangunan vihara dan
tempat abu leluhur masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumber :Dokumen pribadi Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015
Dalam kehidupan sehari-hari, simbol naga disajikan sebagai pelengkap warisan budaya. Semua itu dilakukan juga dengan keyakinan bahwa simbol naga
tersebut akan membawa hal-hal baik sesuai dengan sifat dan keahlian naga itu sendiri.
10 Makna Ikan mas Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Ikan sudah lama menjadi sebuah simbol keberuntungan bagai masyarakat
Tionghoa di desa Lincun Binjai. Mereka mempercayai konon saat putra Confusius lahir, Bangsawan Zhao dari Lu memberikan ikan sebagai ucapan selamat. Hal
tersebut termasuk dari beberapa alasan yang membuat ikan menjadi salah satu hewan yang dipercaya sebagai simbol keberutungan dalam kehidupan masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai. Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, ikan merupakan simbol
keberuntungan yang memiliki makna kelimpahan. Bapak Poeleng menjelaskan bahwa pengucapan ikan
鱼 yu kedengaran sama dengan pengucapan huruf
余 yu yang berarti ‘kelimpahan’. Makna kelimpahan yang terdapat pada simbol
ikan juga dikarenakan dalam masyarakat Tionghoa secara umum terdapata istilah yang berbunyi
年 年 有 余 ( nian nian you yu
) , yang artinya mendapatkan
kelimpahan di setiap tahun. Ungkapan ini sering digunakan sebagai salam pada perayaan Tahun Baru Imlek.
Ikan mas dan ikan mas koki merupakan jenis ikan yang paling sering dijumpai dikediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Mereka biasa
meletakkan akuarium yang berisi ikan mas atau ikan mas koki di ruang tamu mereka.
Gambar 4.12 Ikan mas dikediaman masyarakat Tionghoa
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 februari 2015
Selain meletakkan akuarium berisi ikan mas pada kediaman mereka, ada juga masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang meletakkan lukisan ikan mas
atau ikan mas koki dikediaman mereka. Menurut mereka, ikan mas koki yang anggun sering disebut sebagai ‘bunga Peony Air’. Selain bentuknya yang enak
dipandang, ikan mas koki 金鱼
jin yu juga dianggap sebagai simbol pembawa keberuntungan karena pengucapannya yang mirip dengan ‘emas dan giok ”
金玉 jinyu.
Gambar 4.13 Lukisan Ikan mas Koki
Sumber :Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015
11 Makna Koin Tembaga Sebagai Simbol Keberuntungan bagi
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai
Masyarakat Tionghoa pada umumnya sangat sering menggunakan koin tembaga yang diuntai sebagai benda keberuntungan. Hal tersebut juga terjadi pada
kehidupan masyarakat Tionghoa desa. Menurut mereka, koin tembaga merupakan simbol keberuntungan yang memiliki makna sebagai pengusir kekuatan jahat.
Makna sebagai pengusir roh jahat yang terkandung pada koin tembaga, dapat telihat dari bentuk koin tembaga yang dilengkapai dengan ukiran pedang pengusir
setan, cermin yang dipercaya bisa menampakkan hantu, juga ukiran huruf-huruf yang merupakan mantra pengusir kekuatan jahat.
Dalam kesehariannya, masyarakat Tionghoa desa Lincun biasanya menggunakan koin tembaga yang diuntai sebagai saebuah simbol keberuntungan.
Untaian koin tersebut dibuat berupa kalung, gelang, maupun hiasan lainnya dengan tujuan melindungi diri dan keluarga dari pengaruh jahat.
Gambar 4.14 Koin tembaga sebagai bandul gelang dan kalung masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 15 mei 2015
12 Makna Pohon Uang Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai Pohon uang merupakan salah satu simbol keberuntungan dalam legenda
masyarakat Tionghoa yang bersifat imajiner. Pohon uang berbentuk seperti miniatur sebuah pohon dengan uang koin tiruan yang beruntaian disetiap
cabangnya. Masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa konon, uang tumbuh dicabang-cabang pohon dan akan berjatuhan jika pohon itu digoyangkan. Pohon
itu akan terus berbuah uang dan tak akan pernah layu.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai juga mempercayai pohon uangsebagai sebuah simbol keberuntungan bagi kehidupan. Hanya saja, tidak
semua masyarakat Tionghoa desa Licun Binjai menganggap pohon uang yang berbentuk replika pohon dengan koin bergantungan merupakan pohon uang.
Sebagian masyarakat Tionghoa desa Lincun mempercayai sebuah tumbuhan tanpa bunga, yang hanya terdiri dari daun bulat dan tebalah yang merupakan pohon
uang. Namun bagi mereka, meskipun bentuk penyajian berbeda, pohon uang tetap merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki makna kekayaan yang
berlimpah. Bapak Poeleng mengatakan, jika sebuah keluarga yang melibatkan pohon uang dalam kehidupan sehari-hari, maka rezeki yang berlimpah akan
diperoleh oleh keluarga tersebut.
Makna kekayaan berlimpah yang terkandung dalam pohon uang, jugaberasal dari legenda masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Pada zaman
dahulu ada seorang pria yang menemukan sekerenceng uang koin dijalan, pria itu
bertanya-tanya dalam hatinya uang siapakah itu. Kemudian dalam perjalannnya, pria tersebut menemukan sebuah pohon dan menggantungkan uang yang
ditemukannya di pohon tersebut.
Setelah kejadian tersebut, setiap orang yang melalui pohon tersebut ikut mengantungkan sekerenceng uang koin, dengan anggapan bahwa pohon itu akan
memberikan kekayaan bagi siapapun yang menggantungkan uang pada pohon tersebut. Sejak saat itulah dikenal istilah pohon uang Chunjiang, 2012 : 106.
Masyarakat Tionghoa mulai merefleksikan bentuk pohon uang tersebut dalam bentuk yang lebih sederhana dan nyata, kemudian menjadikan pohon uang
tersebut sebagai sebuah simbol keberutungan yang memiliki makna sebagai simbol kekayaan atau pemberi rezeki bagi kehidupan.
Dalam kesehariannya, masyarakat Tionghoa yang mempercayai pohon uang sebagai simbol pembawa rezeki bagi kehidupan, meletakkan pohon uang di ruang
tamuatau di bagian depan kediaman mereka. Hal tersebut dilakukan dengan harapan setiap harinya akan datang rezeki yang berlimpah.
Gambar 4.15 Tumbuhan Pohon uang dan pohon uang dalam bentuk hiasan yang
menjadi simbol kekayaan yang berlimpah
Sumber : Dokumen pribadai. Desa Lincun Binjai, 15 Mei 2015
13 Makna Mangkuk Harta Sebagai Simbol Keberuntungan bagi
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai Mangkuk harta merupakan benda baik dan berharga yang dituliskan dalam
legenda masyarakat Tionghoa. Bentuk mangkuk harta menyerupai sebuah mangkuk dengan hiasan uang dan perhiasan yang memenuhi permukaan
mangkuk. Biasanya mangkuk ini dijadikan hiasan dan pemanis tata dekorasi ruangan.
Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, mangkuk harta merupakan
sebuah simbol keberuntungan yang mengandung sebuah makna kekayaan. Bapak Poeleng menjelaskan bahwa makna kekayaan yang terkandung dalam simbol
mangkuk harta berasal dari kepercayaan masyarakat Tionghoa terhadap legenda leluhur yang mempercayai bahwa mangkuk harta merupakan mangkuk yang
dulunya bisa menggandakan benda apapun yang ditaruh kedalamnya.
Dalam legenda masyarakat Tionghoa diceritakan ada seorang miliuner di Jiangnan yang bernana Shen Wansan. Konon, Shen Wansan memperoleh seluruh
kekayaannya dari Mangkuk Harta. Dulunya Shen Wansan adalah seorang petani miskin. Di suatu malam, Shen Wansan bermimpi didatangi oleh anak laki-laki
berbaju hijau yang meminta tolong kepadanya. Di keesokan harinya, Shen Wansan bertemu dengan seorang nelayan yang akan membunuh katak-katak yang
baru ditangkap. Shen Wansan berpikir kalau katak-katak itu mungkin anak-anak berbaju hijau yang ada di mimpinya. Shen Wansan membeli katak-katak itu dan
melepaskannya kekolam didepan rumahnya dengan maksud menyelamatkan katak-katak tersebut.
Dimalam harinya, Shen Wansan tidak dapat tidur karena mendengar suara berisik katak-katak. Shen Wansan melihat keluar dan mendapati sebuah mangkuk
yang dikelilingi oleh katak-katak. Shen Wansan yang kebingungan dari mana mangkuk tersebut berasal, akhirnya memberikan mangkuk tersebut kepada
istrinya. Tanpa sengaja, pada saat istri Shen Wansan hendak memasak menggunakan mangkuk tersebut, gelangnya jatuh kedalam mangkuk tersebut dan
kemudian muncul banyak gelang-gelang serupa dari dalam mangkuk tersebut. Sejak saat itulah Shen Wansan memasukkan benda-benda berharga kedalam
mangkuk tersebut dan hartanya semakin melimpah. Karena kekayaannya yang berlimpah, membuat Shen Wansan dikenal sebagai donatur pembangunan
sepertiga Tembok Besar China pada masa pemerintahan Zhu Yuanzhang pendiri Dinasti Ming Chunjiang, 2012 : 104.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai biasa meletakkan mangkuk harta dengan bentuk yang bervariasi di ruang tamu mereka sebagai pemanis tata
dekorasi. Mangkuk harta juga dapat ditemui dalam bentuk ukiran pada gantungan replika bunga meihua dan juga lukisan pada dinding bangunan vihara. Mereka
yang melibatkan simbol mangkuk harta dalam kehidupan sehari-hari memiliki harapan kuat akan datangnya rezeki berlimpah dalam kehidupan mereka.
Gambar 4.16 Ukiran mangkuk harta pada gantungan replika bunga meihua dan
dinding vihara yang bermaknakan kekayaan.
Sumber :Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 12 Agustus 2015
14 Makna Simpul China Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai
Pada masa awal peradaban dan kebudayaan Tiongkok, konon masyarakat Tionghoa juga memandang magis pada tali. Hal tersebut dikarenakan aksara tali
绳 sheng di dalam bahasa mandarin pengucapannya mirip kata
神 Shen yang
berarti ketuhanan. Selain itu, aksara tali juga memiliki sebuah makna tersendiri dalam bidang pemujaan bagi orang Tionghoa. Masyarakat Tionghoa sering
menyebut diri mereka sebagai rakyat sang naga, karena aksara tali menyerupai seekor naga yang sedang meliuk bergerak
中 国 结 zhongguo jie merupakan kata lain dari seni simpul china yang
terbuat dari anyaman tali. Simpul china biasanya berwarna merah. Simpul china merupakan kesenian pada kebudayaan masyarakat Tionghoa yang diturunkan
secara turun menurun. Pada saat dinasti Tang dan Song, simpul menyimpul tali ini berkembang menjadi suatu karya seni dan mencapai masa jaya pada dinasti Ming
dan Qing. Masyarakat Tionghoa mempercayai, kebudayaan Tionghoa membahas perihal
结绳记事 Jie Shen Ji Shi yang berarti tali ditarik menjadi simpul dengan
tujuan untuk memberi tanda pada suatu hal. 大 事 大 结 其 绳
da shi da jie qi sheng
、小事小结其绳 xiao shi xiao jie qi sheng yang berarti untuk kejadian
besar dibuatkan simpul besar dan untuk kejadian kecil dibuatkan simpul kecil Emsan, 2014 : 24.
Menurut bapak Poeleng, simpul china merupakan salah satu simbol keberuntungan bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai yang memiliki
makna kemakmuran. Makna kemakmuran yang terkandung dalam simpul China berasal dari sejarah pembentukan Aksara
结 jie yang berarti simpul, dalam
aksara 中国结
zhongguojie, aksara tersebut terdiri dari 丝
si dan 吉
ji, dimana 丝
si bermakna sutera atau tali, dan 吉
ji bermakna makmur, berstatus sosial tinggi, panjang usia, kebahagiaan, kekayaan, kesehatan dan keamanan. Aksara
结 jie juga melambangkan sebuah makna kekuatan, harmoni dan keterikatan
perasaan kemanusiaan. Ibu Lian Hua mengatakan bahwa yang menarik pada simpul China ialah
bentuknya dibuat dengan metode tertentu yang sangat rumit, sehingga tidak mudah terlepas dan menghasilkan bentuk yang beragam dan unik. Bukan hanya
sebagai salah satu kesenian dalam kebudayaan masyarakar Tionghoa, namun simpul China juga merupakan salah satu simbol keberuntungan yang sangat
dikenal pada kehidupan masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai.
Secara umum ada 5 jenis Simpul China, yakni simpul keberuntungan, simpul Ruyi, simpul tetap sehati, simpul kupu-kupu, dan simpul panchang.
Gambar 4.17 Lima bentuk Simpul China berdasarkan maknanya
Sumber : http:trulyrudiono.blogspot.com201401review-2014-5-asal-mula-
simbol.html
.
Di akses pada tanggal 20 juli 2015.
Masing-masing simpul memiliki makna tersendiri. Simpul keberuntungan melambangkan keberuntungan dan nasib baik. Simpul Ruyi melambangkan
harapan akan kesuksesan dan kemudahan dalam hidup. Simpul tetap sehati melambangkan kesatuan abadi. Simpul kupu-kupu melambangkan berkat yang
berlimpah, dikarenakan pelafalan bahasa Mandarin kupu-kupu 蝴
hu sama dengan
福 fu yang berarti berkat. Simpul Panchang melambangkan harapan
panjang umur dan tetap berteman selamanya. Jenis Simpul China yang paling
sering dijumpai di kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai adalah simpul keberuntungan, dan simpul Panchang.
Gambar 4.18 Simpul panchang sebagai gantungan mobil masyarakat Tionghoa
desa Lincun Binjai i
Sumber : Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 15 Mei 2015
15 Makna Sumpit Sebagai Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat
Tionghoa desa Lincun Binjai
Sumpit merupakan penemuan besar bangsa Tionghoa. Sumpit menjadi bagian penting dalam budaya makanan masyarakat Tionghoa. Namun, bukan
hanya sebagai bagian dari kebudayaan pada makanan Tionghoa, sumpit juga merupakan sebuah simbol pembawa keberuntungan bagi masyarakat Tioghoa
yang memiliki banyak makna baik. Di desa Lincun Binjai, hampir seluruh masyarakat Tionghoa memiliki sumpit di dalam rumah mereka.
Bagi masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai, Sumpit merupakan sebuah simbol keberuntungan yang memiliki banyak makna baik, yakni sebagai lambang
kebahagiaan, kekayaan, dan banyak keturunan. Menurut bapak Poeleng, menambahkan sepasang sumpit berarti menambah satu orang kedalam rumah
tangga. Makna memperoleh banyak keturunan juga diyakini masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai karena pelafalan sumpit
筷子 kuai zi yang kedengaran sama
dengan frasa Tionghoa 快子
kuai zi, yang bearti ‘segera punya anak’.
Alasan pelafalan akasara tersebut yang menjadikan sumpit dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam pernikahan tradisional masyarakat Tionghoa.
Masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai meyakini, pada zaman dahulu leluhur mereka kerap kali melemparkan sumpit pada ranjang pengantin yang baru saja
menikah, dengan harapan segera mendapatkan keturunan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Tionghoa di desa Lincun Binjai
masih sering menggunakan sumpit pada saat makan. Pada dasarnya, penggunaan
sumpit harus sesuai dengan aturan untuk menghindari kesialan. Sumpit harus dipegang dengan posisi yang benar. Dari posisi memegang sumpit, orang bisa
meramalkan apakah pasangan hidup seseorang itu jauh atau dekat. Bila orang memegang sumpit terlalu tinggi, maka pasangannya adalah seseorang yang
tinggalnya jauh, dan sebaliknya. Bapak Poelong mengatakan, makan hanya dengan menggunakan satu
sumpit juga merupakan hal yang sangat tabu untuk dilakukan. Leluhur masyarakat Tionghoa mempercayai bahwa hal tersebut sama halnya dengan hantu yang
makan hanya dengan satu sumpit. Meletakkan satu sumpit disetiap sisi mangkuk pada saat hendak makan juga merupakan hal yang tidak baik untuk dilakukan,
karena hal tersebut menandakan makna sebuah perpisahan. Sangat tidak baik memukul mangkuk yang kosong sebelum makan. Hal ini dianggap sebagai
tindakan pengemis dan bermakna kemiskinan.
Secara umum, ada 8 pantangan dalam menggunakan sumpit. Menjilat sumpit, menggetarkan sumpit, memakan makanan secara terus-menerus
menggunakan sumpit tanpa makan nasi, mengambil makanan menggunkan sumpit yang sudah ada makanannya, menancapkan sumpit pada nasi, mendahului orang
lain pada saat ia sedang mengambil makanannya, memain-mainkan makanan dan mencungkil gigi dengan menggunakan sumpit Wong, 2014 : 64. Namun, dalam
kesehariannya tidak semua pantangan itu dapat dihindari. Bapak Poeleng mengatakan hanya sekitar 4 pantangan yang dapat dihindari, selebihnya sangat
sulit dihindari karena dianggap sebagai hal yang sepele. Menancapkan sumpit
pada nasi, mendahului orang lain pada saat ia sedang mengambil makanannya, memain-mainkan makanan dan mencungkil gigi dengan menggunakan sumpit
merupakan 4 Pantangan dalam menggunakan sumpit yang masih bisa dihindari dalam kehidupan masyarakat Tionghoa desa Lincun.
Gambar 4.19 Sumpit sebagai alat bantu makan sekaligus simbol banyak
keturunan dan rezeki
Sumber :Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 15 Mei 2015
4.2 Fungsi 15 Simbol Keberuntungan bagi Masyarakat Tionghoa DesaLincun Binjai