Masyarakat Tionghoa di Desa Lincun Binjai

kedengaran sama dengan makna-makna yang menggambarkan keberuntungan tertentu. Pada akhirnya masyarakat tersebut menjadikan benda-benda tersebut sebagai simbol keberuntungan dalam kehidupan.

2.1.4 Masyarakat Tionghoa di Desa Lincun Binjai

Masyarakat adalah sekelompok individu yang hidup bersama di suatu daerah tertentu dan terikat oleh suatu aturan tertentu yang disepakati bersama. August Comte 1896 mengatakan bahwa masyarakat merupakan kelompok- kelompok mahluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut pola perkembangannya sendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas dari manusia, sehingga tanpa adanya kelompok manusia yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang atau dengan sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan. Masyarakat tidak lepas dari sebuah kebudayaan. Pelly dan Menanti 1994 mengatakan hakikat masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang memiliki buadaya sendiri dan bertempat tinggal di daerah teritorial yang tertentu. Anggota masyarakat itu memiliki rasa persatuan dan menganggap mereka memiliki idetitas sendiri. Ralph Linton, dalam Abu Ahmadi, 1986;56 mengemukakan, bahwa anggota-anggota masyarakat tersebut memiliki pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, terdapat kerja sama dan pelembagaan atas dasar norma dan nilai-nilai yang dipedomani anggotanya. Begitu juga halnya dengan masyarakat Tionghoa, Tionghoa dialek Hokkien dari kata 中 华 [ 中華 ], yang berarti Bangsa Tengah; dalam bahasa mandarin ejaan pinyin, kata ini dibaca zhonghua merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Cina di Indonesia. Terdapat banyak mitologi dan cerita tentang asal-mula kebudayaan Tionghoa serta tokoh legendarisnya seperti Kaisar Kuning Huang Ti yang membuat senjata dari batu giok, istrinya memperkenalkan cara pemeliharaan ulat sutera, dan Yu terkenal karena berhasil mengatasi banjir-banjir besar. Hingga saat ini, persebaran masyarakat Tionghoa sudah hampir tersebar keseluruh penjuru negeri, salah satunya adalah masyarakat Tionghoa di Indonesia yang hampir dapat dijumpai di setiap daerah di Indonesia. Lincun merupakan suatu pemukiman masyarakat Tionghoa di kelurahan Suka Maju Kecamatan Binjai Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Poleng seorang shinshe yang memiliki pengetahuan lebih tentang adat dan kebudayaan Tionghoa di desa Lincun Binjai, beliau mengatakan menurut sejarah, nama Lincun diambil dari nama seorang hartawan Cina yang terkemuka yang bernama Lim Chun. Sekitar tahun 1910-an Lim Chun menjabat sebagai Kapiten untuk wilayah Binjai. Satu jabatan yang berwenang untuk memimpin etnis Tionghoa di suatu kawasan tertentu. Dengan jabatannya ini memungkinkan kapiten Lim Chun dekat dengan pemerintah kolonial. Bapak Poleng mengemukakan, masyarakat Tionghoa yang menetap di kawasan sekitar Lincun merupakan penduduk turunan sejak pembukaan perkebunan di Binjai. Disini dapat diterangkan bahwa asal mula adaptasi antara masyarakat Tionghoa dengan penduduk pribumi dimulai dari masa pembukaan perkebunan. Istilah Lincunmulai populer sebagai sebutan suatu pemukiman masyarakat Tionghoa di Binjai ini dimulai sejak tahun 1970. Saat ini masyarakat Tionghoa di Desa Lincun memiliki profesi yang beragam. Rumah makan, tambal ban, kedai kopi, dan toko kelontong merupakan contoh usaha masyarakat Tionghoa yang paling banyak dijumpai di daerah Lincun. Masyarakat Tionghoa di desa Lincun sedikit berbeda dengan masyarakat Tionghoa pada umumnya yang cenderung menutup diri dan sulit berbaur dengan penduduk pribumi. Mereka tampak lebih membuka diri dan berbaur dengan masyarakat pribumi sekitar. Hal ini sangat terlihat dari bentuk rumah yang terbuka bebas tanpa adanya jerjak besi yang biasanya kita jumpai pada kediaman masyarakat Tionghoa pada umumnya. Gambar 2.1 keadaan kediaman masyarakat Tionghoa desa Lincun Binjai. Sumber :Dokumentasi pribadi. Desa Lincun Binjai, 20 Februari 2015 Unsur budaya Tionghoa tidak lepas dari keseharian masyarakat Tionghoa di desa Lincun ini. Benda-benda yang erat kaitannya dengan budaya Tionghoa, khususnya yang dipercaya dapat membawa hal baik atau keberuntungan tidak sulit dijumpai di daerah ini.

2.2 Tinjauan Pustaka