33
menanggung biaya ini tetaplah harus memperhitungkan segi penyewaan dan penjualan proyek ini. Seringkali pertim-bangan biaya dari klien
adalah penurunan
biaya awal
konstruksi yang
hingga minimum.Seharusnya klien lebih memahami dan turut memperhitungkan
biaya untuk penggantian, perbaikan, dan pengelolaan. Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan bersama biaya awal pekerjaan konstruksi. Oleh
karenanya penekanannya sekarang lebih berdasarkan Life Cycle Cost yang ekonomis yang lebih baik dari kemungkinan desain konstruksi yang
termurah, karena kekacauan dan kerugian akibat pemeliharaan dan perbaikan besar-besaran dapat pula mengakibatkan biaya melampaui
semua proporsi dari metode konstruksi yang dipilih sebelumnya.
2.5.2 Rencana
Life Cycle Cost
Rencana Life Cycle Cost merupakan suatu rencana mengenai pengeluaran usulan dari suatu proyek konstruksi sepanjang usia proyek
tersebut. Pada pelaksanaan pemba-ngunan, mulai dari ide, studi kelayakan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pada operasi pemeliharaan dan
pembongkaran membutuhkan
bermacam-macam biaya
yang dikelompokkan menjadi beberapa komponen yaitu:
1. Biaya Modal:
Biaya Langsung Direct Cost Biaya Tidak Langsung Indirect Cost
2. Biaya Penggunaan
Biaya Pemeliharaan Biaya Pendekorasian Kembali
Universitas Sumatera Utara
34
Biaya Pekerjaan Tambahan Minor New Work Biaya Energi
Biaya Kebersihan Ongkos-Ongkos Umum
Manajemen Estate 3.
Biaya Pembongkaran
2.5.3 Faktor-Faktor Penting dalam
Life Cycle Cost
Menurut Asworth 1994, ada berbagai faktor yang dianggap penting dan berhubungan dengan Life Cycle Cost, faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut: 1.
Usia Bangunan a.
Usia Fisik b.
Usia Fungsional c.
Usia Ekonomi 2.
Usia Komponen 3.
Suku Bunga 4.
Perpajakan 5.
Metode Desain 6.
Kualitas Dalam Konstruksi
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan bangunan gedung untuk berbagai aktifitas semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa
roda perekonomian berputar sejalan dengan meningkatnya berbagai aktifitas manusia dalam melaksanakan transaksi bisnis. Dari tahun ke tahun selalu
bermunculan bangunan fasilitas yang baru dengan berbagai ragam, bentuk dan ukurannya, dimana estetika dan kelengkapan fasilitas bangunannya merupakan
representasi dari aktifitas orang yang menghuninya. Gaya dari sebuah bangunan merepresentasikan karakterisitik dari
peruntukan bangunan tersebut, misalnya saja bangunan yang akan difungsikan untuk aktifitas perbankan akan berbeda dengan bangunan yang dirancang untuk
pertokoan, kampus, sekolah, supermarket, gedung pertemuan, hotel dan lain sebagainya. Seolah-olah kenampakan bangunan dari gaya, material yang
digunakan, bentuk massa bangunan sudah mempunyai ciri tersendiri, yang tentunya juga tergantung pada skala waktu kapan bangunan tersebut dirancang
dan dibangun. Proses perancangan dari sebuah bangunan melalui berbagai tahap,
diantaranya diawali dari penggalian keinginan pemilik tentang bentuk bangunan yang dikehendaki, fasilitas yang diperlukan, ukuran bangunan dan tentunya biaya
yang dibutuhkan. Dalam proses perancangan sudah sewajarnya seorang perencana bangunan atau lebih spesifik seorang arsitek hendaknya mempertimbangkan salah
satu aspek pada tahap pascakonstruksi yaitu aspek pemeliharaan. Layaknya sebuah bangunan yang dihuni setiap waktu kenyamanan bagi penghuninya
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi selama bangunan difungsikan. Gedung PDAM TIRTA NAULI SIBOLGA adalah gedung yang
beroperasi sebagai penyedia air bersih. Gedung ini sudah berdiri sejak tahun 1993 dan beroperasi selama kurang lebih 20 tahun. Selama gedung tersebut
difungsikan, gedung tersebut tidak memiliki alokasi dana untuk biaya
Universitas Sumatera Utara