Komponen Pembelajaran Kontekstual Hakikat Pendekatan

yaitu belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru atau yang lain Masnur Muslich, 2009: 41.

d. Komponen Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran, diantaranya yaitu 1 kontruktivisme contructivism , 2 bertanya questioning , 3 menemukan inquiry , 4 masyarakat belajar learning community , 5 pemodelan modeling , 6 refleksi r eflection , dan 7 penilaian sebenarnya authentic assessement Masnur Muslich, 2009: 44-47. 1 Kontruktivisme Contructivism Kontruktivisme contructivism merupakan landasan berpikir filosofi dari pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas sempit. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk dipraktikkan. Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka sendiri. Which has found that constructivist processes such as critical thinking, inquiry learning, and problem solving should be situated in relevant physical, intellectual, and social contexts. The CTL approach anchors teaching and learning in students diverse life contexts and prepares student for learning in the complex environment they will encounter in their future careers Asoko, Leach, Bentley Ebert, dalam Journal of Elementary Science Education 2004: 51-52. Dapat diartikan bahwa mereka yang telah menguji tentang penerapan CTL ini atas beberapa sampel para guru ditemukan bahwa konstruktivis ini merupakan bagian proses dari berpikir kritis, belajar penyelidikan, dan pemecahan masalah yang harus ditempatkan dalam konteks fisik yang relevan, intelektual, dan konteks sosial. Dengan dasar kontruktivis ini pula akan mempersiapkan para peserta didik untuk belajar di lingkungan belajar yang kompleks yang mereka sendiri nantinya akan menemukan tujuan arah pembelajaran yang sesungguhnya. ”This approach “motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and to engage in the hard work that learning requires” Sears Hersh, dalam Journal of Elementary Science Education 2004: 52 ”. Dapat diartikan bahwa pendekatan konstruktivis ini akan lebih memotivasi peserta didik untuk membuat atau mengaitkan hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dan penerapan pembelajaran konteks ke dalam kehidupan nyata peserta didik sebagai anggota keluarga, warga, maupun sebagai warga masyarakat dan sebagai tenaga kerja nantinya. Untuk itu esensi dari teori konstruktivisme ini adalah ide dimana peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan satu informasi yamg komplek yang mereka peroleh sendiri ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik sendiri. 2 Bertanya Questioning Bertanya questioning adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berpikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. 3 Menemukan Inquiry Menemukan inquiry merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengikat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan dan mengalami sendiri. Dalam inkuiri terdapat 4 langkah- langkah dalam penerapannya, yaitu: a merumuskan masalah, b mengumpulkan data melalui observasi, c menganalisi dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya, d mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain. 4 Masyarakat Belajar Learning Community Masyarakat belajar learning community merupakan hasil dari pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman bicaranya. 5 Pemodelan Modeling Pemodelan modeling yaitu dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para peserta didik untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar peserta didik dapat melakukannya sendiri. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 6 Refleksi Reflection Refleksi reflection adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari itu semua adalah bagaimana pengetahuan mengendap atau membekas dibenak peserta didik. Mereka mencatat apa-apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru tersebut dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya. 7 Penilaian Yang Sebenarnya Authentic Assessement Penilaian yang sebenarnya authentic assessement merupakan prosedur penilaian pada pembelajaran konekstual yang memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar pada peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa peserta didik sudah mengalami proses pembelajaran yang benar atau belum. Jika data yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa ada peserta didik mengalami kendala hambatan-hambatan dalam belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar peserta didik bisa terbebas dari hambatan kendala yang dihadapinya.

e. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PEMBELAJARAN YANG MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS DIII C SLB NEGERI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009 2010

6 175 91

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Pembelajaran Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah BA Masaran 1 Masaran Sragen Tahun Pelajaran

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Pembelajaran Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah BA Masaran 1 Masaran Sragen Tahun Pelajaran

0 1 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MEDIA KARTU KATA PADA SISWA KELAS I SDN 1 JATIPOHON Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Pada Siswa Kelas I SDN 1 Jatipohon Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelaja

0 1 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU HURUF PADA SISWA Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu Huruf Pada Siswa Kelas I di SD Negeri 02 Kedung Jeruk Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR PADA SISWA KELAS 1 SDN JAJAR I NO. 73 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 3 79

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO.

9 37 207

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS I SD KANISIUS WIROBRAJAN 1 YOGYAKARTA.

1 10 172

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU KELAS I SDN 07 TRANS MABAK BENGKAYANG

1 2 12