PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO.

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Mustatiroh NIM 12108241152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Bismillahirrahmanirrahim...

Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang menciptakan. Ia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, karena Tuhan-mu lah yang Maha Mulia.

Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan ridho Allah SWT, sebagai pengabdian dengan penuh kasih, karya ini penulis persembahkan.

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Almamater PGSD FIP UNY. 3. Agama, nusa, dan bangsa.


(7)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN SENTOLO KULON PROGO

Oleh Mustatiroh NIM 12108241152

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dan (2) meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo menggunakan media kartu kata bergambar.

Penelitian ini merupakan Tindakan Kelas kolaboratif menggunakan model penelitian dari Kemmis dan Mc. Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gembongan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas I SD Negeri Gembongan yang terdiri dari 29 siswa. Objek penelitian yakni kemampuan membaca permulaan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar meliputi: (1) siswa mengamati kartu kata bergambar (2) bertanya jawab (3) membaca kartu kata bergambar (4) bermain estafet kartu kata bergambar (5) membaca dengan metode SAS (5) diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya persentase aktivitas siswa yaitu kondisi awal 41,59%, pada siklus I 52,37% dan pada siklus II 71,23%. Pada siklus I, sebagian besar siswa belum berani menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Pada siklus II, siswa lebih berani menyampaikan pendapat dan pertanyaan. Di samping itu, penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca permulaan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan membaca permulaan yakni pada kondisi awal, siswa yang tuntas 17,24% atau sejumlah 5 siswa, pada siklus I, siswa yang tuntas 41,38% atau 12 siswa dan pada siklus II, siswa yang tuntas 82,75% atau 24 siswa.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Alloh Swt berkat limpahan rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya, dan semoga kita termasuk umat yang akan bersamanya kelak bertemu dengan Sang Pencipta. Amin.

Karya ini tersusun atas bimbingan, bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan peneliti melakukan penelitian.

2. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan melakukan penelitian.

3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan pengarahan, dorongan dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi

4. Dosen Pembimbing, Murtiningsih, M. Pd. yang telah dengan sabar membimbing dan memotivasi sehingga karya ini selesai.

5. Kepala SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo yang telah memberikan izin SD Negeri Gembongan sebagai tempat penelitian.

6. Guru Kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo yang telah membantu proses penelitian.

7. Teman-teman PGSD 2012 yang telah memberikan dorongan dan semangat.

8. Semua pihak yang memberikan bantuan, doa dan motivasi.

Penulis berharap semoga keikhlasan dan ketulusan dalam mendukung penyusunan karya ini mendapat balasan yang baik dari Alloh SWT. Selain itu,


(9)

Semoga karya ini bermanfaat.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 11 Maret 2016 Penyusun


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca Permulaan ... 10

1. Pengertian Membaca Permulaan ... 10

2. Hakikat Membaca Permulaan ... 11

3. Tujuan Membaca Permulaan ... 12

4. Manfaat Membaca Permulaan ... 13


(11)

7. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan ... 17

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan ... 23

C. Media Kartu Kata Bergambar ... 29

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar ... 29

2. Karakteristik Kartu Kata Bergambar ... 30

3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar ... 30

D. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar ... 31

E. Penelitian yang Relevan ... 34

F. Kerangka Pikir ... 34

G. Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

D. Desain Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 41

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Kriteria Keberhasilan ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Kondisi Awal ... 48

2. Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus I ... 50

3. Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus II ... 69

B. Pembahasan ... 88

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan... 88

2. Peningkatan Proses Pembelajaran ... 91

3. Keterbatasan Penelitian ... 92


(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 95 LAMPIRAN ... 97


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan ... 41

Tabel 2. Rubrik Penilaian kemampuan Membaca Permulaan ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan ... 43

Tabel 4. Rubrik Observasi Aktivitas Siswa ... 44

Tabel 5. Konversi Skor Kemampuan Membaca Permulaan ... 46

Tabel 6. Persentase Hasil Observasi Siswa ... 46

Tabel 7. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Kondisi Awal Siswa Kelas I ... 48

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 49

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal ... 50

Tabel 10. Data Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 63

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 64

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus I ... 65

Tabel 13. Data Hasi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 83

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 83

Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Siklus II ... 84

Tabel 16. Perbandingan Nilai Kemampuan Membaca Permulaan ... 86


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Anak sedang menyiram tanaman ... 20 Gambar 2. Anak sedang berenang ... 20 Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir ... 36 Gambar 4. Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan

Mc. Taggart ... 38 Gambar 5. Diagram peningkatan kemampuan membaca permulaan ... 87 Gambar 6. Diagram peningkatan persentase aktivitas siswa dalam


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan ... 98

Lampiran 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan ... 99

Lampiran 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal ... 100

Lampiran 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I... 101

Lampiran 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 102

Lampiran 6. Perbandingan Skor Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 103

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 104

Lampiran 8. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 105

Lampiran 9. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal Baru ... 106

Lampiran 10. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 107

Lampiran 11. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus I ... 108

Lampiran 12. Hasil Penilaian Peneliti terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 109

Lampiran 13. Hasil Penilaian Guru terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 110

Lampiran 14. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Kondisi Awal ... 111

Lampiran 15. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Siklus I ... 112

Lampiran 16. Konversi Penilaian Guru dan Peneliti pada Siklus II ... 113

Lampiran 17. Perubahan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Sebelum dan Sesudah Diberi Tindakan ... 114

Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal ... 115 Lampiran 19. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan


(16)

Lampiran 20. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan

Membaca Permulaan Siswa Kelas I Siklus II ... 117

Lampiran 21. Catatan Lapangan ... 118

Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 134

Lampiran 23. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran... 182


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi manusia di masyarakat (Muhammad Rohmadi dan Aninditya Sri Nugraheni, 2011: 33). Manusia saling berinteraksi dengan manusia lain melalui bahasa. Manusia dapat saling berhubungan, bertukar pikiran, berbagi pengalaman dan belajar. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Belajar bahasa adalah salah satu kegiatan manusia yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupannya. Belajar bahasa bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Belajar bahasa dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas. Salah satu aktivitas belajar bahasa adalah membaca.

Seseorang akan memperoleh pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kehidupannya melalui membaca. Dalam aktivitas belajar, siswa membaca untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang disajikan melalui berbagai sumber belajar tertulis, seperti buku pelajaran, buku bahan penunjang dan lain-lain. Hal ini didukung oleh pendapat Farida Rahim (2008: 1) bahwa proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Oleh karena itu, maka kegiatan membaca sangat diperlukan dalam aktivitas belajar siswa.


(18)

Berdasarkan hasil observasi, kegiatan membaca permulaan di kelas I SD Negeri Gembongan masih kurang, karena dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan siswa kurang aktif. Sebagian besar siswa belum berani bertanya, menanggapi pertanyaan atau membaca secara individu di depan teman-temannya atas kemauan sendiri. Ketika kegiatan membaca individu, guru menunjuk siswa satu per satu untuk maju membaca. Ahmad Susanto (2014: 17-18) menyatakan bahwa suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif di antara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses pengajaran.

Rita Eka Izzaty, dkk. (2008: 108) mengungkapkan bahwa membaca memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa. Berikutnya, Soenjono Dardjowidjojo (2005: 299) mengungkapkan bahwa dalam masyarakat moderen membaca (dan menulis) merupakan bagian yang tidak dapat dikesampingkan karena tanpa kemampuan ini dunia kita akan tertutup dan terbatas hanya pada apa yang ada di sekitar kita. Berdasarkan pendapat di atas, maka kemampuan membaca bagi siswa sangat penting. Hal ini karena dengan membaca, siswa dapat mengembangkan keterampilan berbahasa yang lain meliputi menyimak, berbicara dan menulis. Selain itu, dengan membaca siswa juga dapat memperluas wawasan dan pengetahuannya.

Berdasarkan hasil pengamatan, kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan


(19)

rata kemampuan membaca permulaan tersebut merupakan nilai terendah dari nilai-nilai kemampuan berbahasa yang lain. Nilai rata-rata kelas kemampuan menyimak siswa sebesar 65. Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis permulaan siswa sebesar 68. Nilai rata-rata kelas kemampuan berbicara siswa sebesar 60.

Kemampuan membaca harus sudah dikuasai oleh siswa sejak semester satu kelas I SD untuk kelancaran proses pembelajaran dalam semua bidang studi (Amitya Kumara, dkk. 2014: 57). Berdasarkan pendapat tersebut, siswa kelas I seharusnya sudah memiliki kemampuan membaca permulaan yang baik untuk menunjang aktivitas belajarnya.

Selanjutnya, Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) mengemukakan bahwa kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan membaca permulaan merupakan dasar bagi kemampuan membaca lanjut. Jika dasar itu tidak kuat, maka pada tahap membaca berikutnya peserta didik akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca memadai.

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh berbagai faktor. Farida Rahim (2008: 19) mengatakan bahwa motivasi merupakan faktor kunci dalam belajar membaca. Itu artinya, dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca, motivasi merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan membaca seseorang. Jika motivasi membaca


(20)

Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi membaca siswa kelas I masih rendah. Rendahnya motivasi siswa tersebut, salah satunya dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran membaca sebagian besar siswa lebih sering sibuk sendiri dengan bermain atau berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan. Berdasarkan hal tersebut, maka keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat dikatakan rendah sehingga motivasi siswa pun rendah. Keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa juga tinggi (Sugihartono, dkk. 2012: 78). Dengan demikian, jika keterlibatan siswa rendah maka motivasi siswa pun rendah.

Motivasi membaca siswa salah satunya dipengaruhi oleh suasana pembelajaran. Suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan akan membangkitkan motivasi dan konsentrasi siswa dalam membaca. Farida Rahim (2008: 23) menyatakan bahwa suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mengoptimalkan kerja otak siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa siswa dapat membaca secara optimal apabila suasana pembelajaran kondusif dan menyenangkan. Dari hasil pengamatan, suasana pembelajaran membaca di kelas I kurang menyenangkan dan kurang kondusif. Saat pembelajaran, siswa kurang tertarik dan lekas bosan dalam membaca sehingga sebagian besar siswa lebih memilih bermain dan berbicara dengan temannya. Hal tersebut menyebabkan suasana di kelas menjadi gaduh dan kurang kondusif.


(21)

Suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan salah satunya dapat diciptakan dengan bantuan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu penyajian materi menjadi lebih menarik dan mudah dipahami siswa. Dalam pembelajaran membaca, hendaknya media yang digunakan bervariasi. Artinya, pembelajaran tidak menggunakan media yang sama secara terus menerus. Dengan demikian siswa tidak akan lekas bosan dalam membaca.

Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran membaca permulaan di kelas I belum memanfaatkan media yang bervariasi. Media yang sering digunakan adalah buku teks. Menurut Dadan Djuanda (2006: 103) dengan menggunakan berbagai media, diharapkan siswa dapat dengan mudah mengamati, dan menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang harus dipelajari dari media tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, maka penggunaan media yang bervariasi dalam pembelajaran membaca permulaan sangat penting untuk memudahkan siswa mengamati dan mempelajari materi yang disajikan melalui media tersebut.

Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan, diantaranya yaitu papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, kata huruf, dan kartu gambar (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997: 56). Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas I yaitu kartu kata bergambar. Hal ini didukung oleh pendapat Azhar Arsyad (2009: 120-121) yang menyatakan


(22)

sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa kata. Artinya kartu kata bergambar dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan membaca permulaan siswa kelas I. Dari hasil observasi lebih lanjut, diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan di kelas I belum menggunakan media kartu kata bergambar.

Berdasarkan masalah-masalah di atas, diperlukan adanya solusi. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan media kartu kata bergambar dalam proses pembelajaran membaca permulaan di kelas I. Kartu kata bergambar memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu mudah dibuat dan digunakan, harganya murah, menarik dan dapat memudahkan siswa dalam belajar membaca.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti berminat untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Siswa Kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Kegiatan membaca permulaan di kelas I masih kurang, karena dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan siswa kurang aktif.

2. Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I masih rendah karena nilai rata-rata kelas baru mencapai 54 pada kondisi pra tindakan.


(23)

3. Motivasi membaca siswa masih rendah, terlihat ketika pembelajaran membaca permulaan berlangsung sebagian besar siswa lebih sering sibuk sendiri dengan bermain atau berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan.

4. Suasana pembelajaran membaca permulaan di kelas I kurang menyenangkan serta kurang kondusif karena sebagian besar siswa kurang tertarik dan lekas bosan dalam membaca serta lebih memilih bermain dan berbicara dengan temannya sehingga suasana kelas menjadi gaduh.

5. Pembelajaran membaca permulaan kelas I belum memanfaatkan media yang bervariasi karena media yang sering digunakan hanya buku teks. 6. Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan di kelas I belum

menggunakan media kartu kata bergambar yang dapat menunjang keberhasilan membaca permulaan siswa kelas I.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada masalah “Meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan dan meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo.”

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(24)

pembelajaran membaca permulaan kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo?

2. Bagaimanakah meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo.

2. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar siswa kelas I SD Negeri Gembongan Sentolo Kulon Progo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran membaca permulaan menggunakan media pembelajaran yang sederhana akan tetapi menarik.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa


(25)

membaca permulaan lebih menarik bagi siswa. Siswa akan lebih termotivasi dan aktif dalam belajar membaca. Sehingga diharapkan kemampuan membaca permulaan siswa akan meningkat dan menjadi lebih baik.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memperjelas pembelajaran membaca permulaan.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi warga sekolah bahwa sekolah perlu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pengertian antara peneliti dan pembaca maka perlu dijelaskan definisi operasional variabel pada judul penelitian.

1. Kemampuan membaca permulaan adalah suatu kemampuan yang dimiliki siswa yang dinilai dengan teknik observasi mencakupi indikator kejelasan lafal, ketepatan intonasi, kelancaran, keberanian, dan kewajaran sikap saat membaca.

2. Media kartu kata bergambar adalah media dua dimensi berupa kertas tebal berbentuk persegi panjang berisi gambar berwarna disertai kata yang menerangkan gambar.


(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Membaca Permulaan

1. Pengertian Membaca Permulaan

Saleh Abbas (2006: 101) mengatakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat resepstif. Pendapat tersebut sejalan dengan Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 49) yang mengatakan bahwa membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, seseorang akan dapat memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Sementara itu, Dalman (2014: 5) menjelaskan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.

Berikutnya, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia „permulaan‟ berarti awal; yang pertama sekali; yang paling dahulu. Selanjutnya, Dalman (2014: 85) mendefinisikan membaca permulaan sebagai suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh seorang pembaca.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa membaca permulaan adalah suatu keterampilan berbahasa tulis awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh anak agar ia dapat menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.


(27)

2. Hakikat Membaca Permulaan

Brata, 2009; Staovich dan West, 1989 (dalam Amitya Kumara, dkk. 2014: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran membaca tingkat permulaan merupakan tingkatan proses pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai representasi visual bahasa. Penekanan membaca pada tahap permulaan ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa (Farida Rahim, 2008: 2). Di samping itu, Puji Santosa, dkk. (2007: 3.19) mengutarakan bahwa melalui membaca permulaan ini, diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kata, kalimat, dan mampu membaca dalam berbagai konteks.

Berikutnya, Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) berpendapat bahwa membaca tahap pemula adalah tahap mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap ini, anak perlu memperhatikan dua hal, yaitu: (1) keteraturan bentuk dan (2) pola gabungan huruf. Bader, 1988 (dalam Amitya Kumara, 2014: 5) menjelaskan bahwa kemampuan membaca awal yang dipelajari oleh anak adalah kemampuan decoding. Anak membutuhkan kemampuan decoding untuk mampu membaca kata dengan benar.

Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) pembelajaran membaca di kelas I dan kelas II itu merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas kelas berikutnya.


(28)

Di kelas I, pembelajaran membaca permulaan ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997: 122).

Selanjutnya, Dalman (2014: 73) menyatakan bahwa membaca permulaan dianggap sebagai membaca tingkat dasar yang mengutamakan kegiatan jasmani atau fisik. Kegiatan yang dilakukan berupa menyuarakan lambang-lambang bahasa tulis serta menangkap makna yang berada di balik lambang-lambang tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa hakikat membaca permulaan adalah membaca tingkat dasar yang ditekankan pada kemampuan pengenalan huruf, suku kata, kata dan kalimat serta kemampuan menyuarakannya dengan lafal dan intonasi yang wajar.

3. Tujuan Membaca Permulaan

Menurut Herusantosa (dalam Saleh Abbas 2006: 103) tujuan pembelajaran membaca menulis permulaan adalah sebagai berikut.

a. Pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca;

b. Mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar; dan

c. Anak dapat membaca dan menulis kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat.

Selanjutnya, Wardani (1995: 56) menyatakan bahwa tujuan utama dari membaca menulis permulaan adalah agar anak dapat mengenal tulisan sebagai lambang atau simbol bahasa sehingga anak-anak dapat menyuarakan tulisan tersebut.


(29)

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sabarti Akhadiah M. K., dkk. (1992/1993: 31) mengemukakan bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Berikutnya, Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 122) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran pada tahap membaca permulaan di kelas I ini, terutama ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dinyatakan bahwa tujuan membaca permulaan adalah agar anak dapat memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi dan lafal yang wajar.

4. Manfaat Membaca Permulaan

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 50) mengatakan bahwa kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Kemampuan membaca permulaan harus sudah dikuasai siswa sejak semester satu kelas 1 SD untuk kelancaran proses pembelajaran dalam semua bidang studi (Amitya Kumara, dkk. 2014: 57). Kemampuan membaca yang tidak dikuasai lebih dahulu oleh siswa akan berdampak pada kelambanan penguasaan materi pelajaran lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa manfaat membaca permulaan adalah untuk mempersiapkan kemampuan membaca


(30)

tingkat lanjut dan untuk membantu kelancaran siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada semua bidang studi.

5. Unsur-unsur Membaca Permulaan

Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996/1997: 123) menyebutkan butir-butir yang perlu diperhatikan dalam evaluasi pembelajaran membaca di kelas I SD. Butir-butir tersebut adalah sebagai berikut.

a. Ketepatan menyuarakan tulisan b. Kewajaran lafal

c. Kewajaran intonasi d. Kelancaran

e. Kejelasan suara

f. Pemahaman isi/makna bacaan.

Selanjutnya Amitya Kumara, dkk. (2014: 6) memaparkan bahwa pada tahap membaca awal anak harus mampu atas hal-hal berikut ini.

a. Mengembangkan kemampuan asosiatif yaitu kemampuan mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, contoh: kaitan apa yang telah diucapkan anak dengan simbolnya dalam bentuk huruf. b. Kematangan kemampuan neurobiologi yaitu kemampuan

memanfaatkan memori serial yaitu mengelola berbagai informasi yang masuk.

c. Menguasai sistem fonologi bahasa tersebut, artinya anak secara intuitif mampu melakukan kombinasi bunyi, cara menuliskan, dan mampu membacanya.

d. Menguasai sintaksis, artinya dalam struktur bacaan ada Subjek-Predikat-Objek.

e. Menguasai semantik, artinya memahami makna kata per kata yang dibacanya maupun kaitan makna kata yang satu dengan makna kata lainnya yang disusun menjadi kalimat.


(31)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, unsur-unsur membaca permulaan dapat dimodifikasi menjadi kejelasan lafal, ketepatan intonasi, kelancaran, keberanian, dan kewajaran sikap saat membaca.

6. Langkah-langkah Pembelajaran Membaca Permulaan

Ada beberapa prosedur/langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran membaca permulaan. Sabarti Akhadiah M.K., dkk. (1992/1993: 34-38) menyebutkan langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.

a. Langkah I

Pada langkah pertama, yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan pokok bahasan yang akan diberikan. Tujuan ini dapat diambil dari GBPP. b. Langkah II

Langkah ini adalah langkah mengembangkan bahan pengajaran. Dalam mengembangkan bahan pengajaran, perlu diperhatikan huruf apa saja yang telah diajarkan. Setelah itu, tentukan kata-kata yang akan anda tuliskan pada kartu kalimat. Selain itu, perlu disediakan juga kartu-kartu kata dan huruf.

c. Langkah III

Setelah bahan pelajaran dan bahan latihan disusun, perlu dipikirkan bagaimana cara menyampaikannya, bagaimana urutan pemberian bahan-bahannya, dan bagaimana cara mengaktifkan siswa. Pada tahap ini, perlu juga ditentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran


(32)

d. Langkah IV

Selanjutnya adalah tahap latihan. Guru dapat membuat kombinasi baru, baik dengan kata maupun suku kata dan huruf. Hal ini mudah dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu yang tersedia. Siswa juga dapat diajak bermain dengan kartu-kartu tersebut misalnya membentuk suku kata, kata, atau pun kalimat. Kegiatan latihan dengan kartu ini dapat dilakukan dalam kelompok.

e. Langkah V

Untuk memantau apakah siswa telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, guru membuat tes formatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai cara, misalnya menyuruh siswa membaca kalimat baru yang menggunakan huruf-huruf yang sudah diajarkan, memasangkan kartu kalimat di bawah gambar-gambar, atau memberikan gambar yang tepat untuk kalimat yang tersedia.

Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan pada penelitian ini didasarkan pada pendapat Sabarti Akhadiah M. K., dkk. (1992/1993: 34-38) yaitu meliputi:

a. langkah I: menentukan tujuan;

b. langkah II: mengembangkan bahan pengajaran; c. langkah III: merencanakan kegiatan pembelajaran; d. langkah IV: memberikan latihan pada siswa; e. langkah V: evaluasi.


(33)

7. Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

Ada beberapa metode pembelajaran membaca permulaan, diantaranya yaitu: (1) metode abjad, (2) metode bunyi, (3) metode kupas rangkai suku kata, (4) metode kata lembaga, (5) metode global, dan (6) metode struktural analitik sintetik (SAS) (Akhadiah dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997: 53). Penjelasan dan contoh penerapan metode-metode tersebut adalah sebagai berikut.

a. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Pada metode abjad, pelajaran membaca dimulai dengan

pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de” dan seterusnya. Pada metode bunyi, pelaksanaanya hampir sama dengan metode abjad. Akan tetapi, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan dengan bunyinya.

Menurut Akhadiah (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih 1996/1997: 53) metode abjad dan metode bunyi merupakan metode-metode yang sudah sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode-metode tersebut sering menggunakan kata-kata lepas. Contoh penerapannya sebagai berikut.

1) Metode abjad: bo-bo --- bobo la-ri --- lari 2) Metode bunyi: na-na --- nana


(34)

b. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga

Metode kupas rangkai suku kata dan metode kata lembaga, dalam penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Contoh penerapannya adalah berikut ini.

1) Metode kupas rangkai suku kata

Cara untuk memperkenalkan huruf kepada siswa, suku kata yang sudah dikenal oleh siswa diuraikan menjadi huruf, kemudian huruf dirangkai lagi menjadi suku kata. Contoh:

ma  m – a  m – a  ma 2) Metode kata lembaga:

Contoh:

bola – bo-la --- b-o-l-a ---- bo-la --- bola

Guru menyajikan kata-kata: kata-kata yang digunakan adalah kata yang sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah itu huruf dirangkai lagi menjadi suku kata, dan suku kata dirangkai menjadi kata.

c. Metode Global

Dalam penerapannya, metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca. Sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu di antaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu, kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga


(35)

terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat lagi. Contohnya sebagai berikut.

Siswa membaca kalimat berikut ini: ini nani ini nina ini nana ini nini

Setelah kalimat-kalimat tersebut dibaca oleh siswa, lalu salah satu kalimat dikaji. Misalnya pada kalimat “ini nani”. Kalimat tersebut diuraikan menjadi berikut ini.

ini nani ini nani i – ni na – ni i – n – i n – a – n – i

i – ni na – ni ini nani

ini nani d. Metode Struktur Analitik Sintetik (SAS)

Pelaksanaan metode SAS dibagi dalam dua tahap. Dua tahap tersebut meliputi tahap tanpa buku dan tahap menggunakan buku. Contohnya adalah sebagai berikut.


(36)

(1) Merekam bahasa siswa

Guru merekam bahasa yang digunakan siswa sehari-hari sebagai bahan bacaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak akan mengalami kesulitan karena bahasa yang ada dalam bacaan adalah bahasa siswa sendiri.

(2) Menampilkan gambar sambil bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat yang digunakan guru untuk bercerita digunakan juga sebagai pola dasar bahan membaca. Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang anak sedang menyiram tanaman, sambil bercerita. Kalimat cerita ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan bacaan.

Gambar 1. Anak sedang menyiram tanaman

ini tini.

tini sedang di kebun. tini menyiram bunga.

(3) Membaca gambar

Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang anak sedang berenang, sambil mengucapkan

kalimat, “ini toni”. Siswa melanjutkan membaca

gambar tersebut dengan bimbingan guru. Gambar 2. Anak


(37)

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaannya dapat digunakan media berupa papan selip atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, kartu huruf, dan kartu gambar. Dengan menggunakan kartu-kartu dan papan selip atau papan flanel, untuk menguraikan dan menggabungkan kembali akan lebih mudah.

Contoh:

ini toni ini papa toni

ini tini ini mama tini

(5) Membaca kalimat secara struktural (s)

Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Dalam kegiatan ini yang digunakan kartu-kartu kalimat serta papan selip atau papan flanel. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat:


(38)

ini toni ini papa toni ini tini ini mama tini (6) Proses analitik (A)

Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Contohnya sebagai berikut.

ini toni ini toni i - ni to - ni i - n - i t - o - n - i (7) Proses sintetik (S)

Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan lagi menjadi suku kata, suku menjadi kata, dan kata menjadi kalimat seperti semula. Contohnya adalah sebagai berikut.

i - n - i t - o - n - i i - ni to - ni

ini toni ini toni


(39)

ini toni ini toni i - ni to - ni i - n - i t - o - n - i

i - ni to - ni ini toni

ini toni

Dalam penelitian ini, metode pembelajaran membaca permulaan difokuskan pada metode SAS.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan

Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) kemampuan anak untuk memahami akan adanya keteraturan bentuk huruf mempunyai prasyarat yang sifatnya psikologis dan neruologis. Prasyarat yang sifatnya psikologis meliputi atensi, motivasi dan kemampuan asosiatif. Sedangkan dari segi neurologis, anak tidak akan mungkin dapat mulai membaca sebelum neuro-biologinya memungkinkannya.

Wulan (dalam Amitya Kumara, dkk. 2014: 54-55) mengatakan bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi kemampuan kelancaran membaca. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Inteligensi


(40)

usianya. Dengan kata lain, inteligensi seorang anak harus normal agar ia dapat membaca dan memahami isi bacaan dengan baik. Namun demikian, inteligensi yang tinggi belum tentu diikuti kemampuan membaca yang lebih baik..

2. Kondisi Fisiologis

Faktor fisiologis, antara lain, ialah apabila terdapat gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan yang dapat memperlambat kemajuan belajar membaca anak (Rahim, dalam Amitya Kumara, dkk. 2014: 55).

3. Faktor Eksternal

Bannatyne, Burns, Roe dan Ross dalam Wulan (dalam Amitya Kumara, dkk. 2014: 55) menyebutkan bahwa faktor eksternal, seperti pengajaran, fasilitas yang tersedia, dan keterampilan sosial akan memengarui kemampuan dan kelancaran membaca, termasuk metode atau program yang diberikan kepada siswa dalam membaca.

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi membaca meliputi faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis, Lamb dan Arnold (dalam Farida Rahim, 2008: 16). Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan


(41)

2. Faktor Intelektual

Penelitian Ehansky (1968) dan Muehl dan Forrell (1973) yang dikutip oleh Harris dan Sipay (1980) (dalam Farida Rahim, 2008: 17) menunjukkan bahwa secara umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata-rata peningkatan remedial membaca. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberhasilan anak dalam membaca permulaan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh inteligensi anak.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Latar belakang dan pengalaman anak di rumah

Farida Rahim (2008: 18) mengemukakan bahwa lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai dan kemampuan bahasa anak. Suasana di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak di masyarakat. Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap belajar membaca anak, baik dapat membantu atau justru menghalangi. Anak yang tinggal dalam keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang tidak akan menemukan kendala yang berarti dalam membaca.

Rumah juga berpengaruh terhadap sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, mengoleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita untuk anak-anak mereka, umumnya menghasilkan anak-anak yang gemar membaca. Minat orang tua yang tinggi terhadap kegiatan sekolah anaknya, akan memacu


(42)

b. Faktor sosial ekonomi

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak, Farida Rahim (2008: 19).

4. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Motivasi

Dimyati dan Mudjiono (2006: 42) berpendapat bahwa motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Selanjutnya, Farida Rahim (2008: 19) mengatakan bahwa motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca.

Kunci motivasi adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Berikutnya, Soenjono Dardjowidjojo (2005: 300) mengungkapkan bahwa atensi dan motivasi merupakan bekal kognitif yang perlu sudah tumbuh untuk dapat mengembangkan kemampuan membaca. Sementara itu, Sugihartono, dkk. (2012: 78) mengemukakan beberapa ciri perilaku


(43)

siswa yang memiliki motivasi tinggi, yaitu sebagai berikut.

1) Adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi;

2) Adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi dalam belajar;

3) Adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi. Agar siswa termotivasi dalam belajar, penyampaian materi dalam pembelajaran hendaknya terstruktur sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa (Farida Rahim, 2008: 22). Eanes dalam Farida Rahim (2008: 24) menyarankan berbagai kegiatan yang bisa memotivasi siswa membaca. Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Menekankan kebersamaan dan kebaruan (novelty)

2) Membuat isi pelajaran relevan dan bermakna melalui kontroversi

3) Mengajar dengan fokus antarmata pelajaran

4) Membantu siswa memprediksi dan melatih mereka membuat sendiri pertanyaan tentang bahan bacaan yang dibacanya 5) Memberikan wewenang kepada siswa dengan memberikan

pilihan-pilihan

6) Memberikan pengalaman belajar yang sukses dan menyenangkan

7) Memberikan umpan balik yang positif sesegera mungkin 8) Memberikan kesempatan belajar mandiri

9) Meningkatkan tingkat perhatian

10) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar. b. Minat

Farida Rahim (2008: 28) mendefinisikan minat baca sebagai keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaanya


(44)

untuk mendapat bahan bacaan, kemudian membacanya atas kesadaran sendiri.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak, yaitu sebagai berikut.

1) Pengalaman sebelumnya 2) Konsepsinya tentang diri 3) Nilai-nilai

4) Mata pelajaran yang bermakna 5) Tingkat keterlibatan tekanan

6) Kekompleksitasan materi pelajaran (Frymeir dalam Crawley dan Mountain dalam Farida Rahim, 2008: 28).

c. Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri

Terdapat tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu stabilitas emosi, kepercayaan diri dan kemampuan berpartisipasi dalam kelompok. Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, atau bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan diantaranya meliputi faktor fisiologis, intelektual, psikologis dan faktor eksternal. Penelitian ini lebih memfokuskan faktor psikologis yang mencakupi motivasi dan minat membaca; dan faktor eksternal meliputi media dan proses pembelajaran.


(45)

C. Media Kartu Kata Bergambar

1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia „kartu‟ diartikan sebagai kertas tebal berbentuk persegi panjang (untuk berbagai keperluan). Sedangkan gambar adalah wujud tiruan dari segala sesuatu seperti orang, satwa, tumbuhan, berbagai ide dan solusi yang ada atau tidak ada di alam nyata yang dapat dibuat dengan menggunakan suatu alat tertentu untuk membuat coretan (outline) pada media tradisional mau pun media baru (M. S. Gumelar, 2015: 10). Berikutnya, Hastuti (dalam Dadan Djuanda, 2006: 104) berpendapat bahwa melalui gambar siswa dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk lebih realistis.

Media kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang tepat diterapkan agar anak lebih mudah memahami materi pembelajaran (Apriana Dewi, Siti Zulaikha dan Wayan Sujana, 2014: 4). Dalam hal ini, materi pembelajaran berkaitan dengan aktivitas membaca. Melalui media kartu kata bergambar anak dapat secara langsung melihat gambar dan memahami kata yang terdapat pada kartu. Sejalan dengan hal tersebut, Azhar Arsyad (2009: 120-121) mengatakan bahwa kartu yang berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respons yang diinginkan.


(46)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa media kartu kata bergambar adalah media dua dimensi berupa kertas tebal berbentuk persegi panjang berisi gambar disertai kata yang berkaitan dengan gambar.

2. Karakteristik Kartu Kata Bergambar

Ahmad Susanto (2011: 108) menjelaskan bahwa kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang mengembangkan aspek kemampuan membaca, dengan cara menampilkan gambar disertai kata yang menerangkan nama gambar untuk membantu anak mengenal susunan huruf dan meresponnya secara lisan maupun tertulis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa media kartu kata bergambar berisi gambar yang disertai kata yang menerangkan atau menjelaskan gambar.

Dalam penelitian ini, media kartu kata bergambar digunakan bersama media lain yang menunjang pembelajaran membaca permulaan, yaitu meliputi kartu gambar, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat sederhana. Media ini digunakan dengan menggunakan papan flanel untuk menempel. Selain itu media ini juga digunakan melalui sebuah permainan. Seri kartu kata bergambar bermacam-macam sesuai dengan tema dan subtema yang diajarkan.

3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar

Media kartu kata bergambar memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan kartu kata bergambar sebagai media gambar menurut Wina Sanjaya (2011: 214) diantaranya yaitu sifatnya konkret, lebih realistis dibandingkan dengan


(47)

untuk usia muda maupun tua; murah harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) menyebutkan beberapa kelebihan media gambar foto yang lain dijelaskan di bawah ini.

1. Sifatnya konkret.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

3. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.

5. Foto harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dinyatakan bahwa kelebihan media kartu kata bergambar sebagai media gambar diantaranya meliputi: (1) media bersifat konkret, sehingga dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pembelajaran; (2) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; (3) dapat mengatasi batasan pengamatan; (4) dapat memperjelas masalah apa saja dan untuk usia berapa saja; dan (5) harganya murah dan mudah digunakan, sehingga memudahkan guru dan siswa.

D. Proses Pembelajaran Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar

Proses pembelajaran menggunakan media kartu bergambar dalam penelitian ini diawali dengan penyusunan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru mengembangkan bahan pengajaran. Dalam mengembangkan bahan


(48)

media kartu kata bergambar dan media lain yang menunjang proses pembelajaran, seperti papan flanel, kartu gambar, kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat sederhana.

Setelah tujuan pembelajaran disusun dan bahan pengajaran disiapkan, dilanjutkan proses perencanaan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan pengondisian siswa. Pengondisian siswa dapat dilakukan dengan melakukan apersepsi seperti mengajak siswa bernyanyi, bercerita, bertanya-jawab dan sebagainya. Setelah pengondisian, guru menyampaikan pada siswa tentang tema yang akan dipelajari dan tujuan yang akan dicapai.

Selanjutnya, kegiatan inti. Pada kegiatan inti, hal pertama yang dilakukan guru adalah menunjukkan sebuah kartu kata bergambar pada siswa. Siswa dan guru bertanya jawab tentang kartu kata bergambar yang ditunjukkan guru. Berikutnya, siswa membaca tulisan kata “mata” yang terdapat pada kartu tersebut secara klasikal dengan bimbingan guru. Proses membaca diawali dengan membaca huruf per huruf, suku kata per suku kata, kemudian membaca kata tersebut. Selain itu, guru juga mencontohkan dan membimbing siswa untuk membaca dengan sikap/posisi tubuh yang benar.

Lalu, guru bertanya pada siswa tentang hal yang berkaitan dengan benda yang terdapat pada kartu kata bergambar tersebut. Misalnya, guru bertanya pada siswa tentang bagian tubuh manusia selain mata. Jawaban siswa akan bermacam-macam. Selanjutnya, siswa diminta menempel kartu


(49)

membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. Setelah itu, kartu kata bergambar dilepas dan ditumpuk.

Selanjutnya, siswa menyanyikan sebuah lagu untuk mengawali permainan. Siswa menyanyikan lagu sambil mengestafetkan tumpukan kartu

kata bergambar. Siswa berhenti bernyanyi ketika guru mengatakan “Stop”.

Siswa yang terakhir memegang tumpukan kartu saat guru mengatakan “Stop” wajib mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu. Siswa tersebut juga wajib membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar. Begitu seterusnya hingga tumpukan kartu kata bergambar habis.

Berikutnya, kartu kata bergambar ditempel kembali pada papan flannel. Siswa menempel kartu kalimat di samping masing-masing kartu kata bergambar yang sesuai. Guru meminta siswa membaca kalimat-kalimat tersebut. Berikutnya, guru melepaskan kartu kata bergambar dari papan flanel, sedangkan kartu kalimat tetap dibiarkan pada tempatnya. Siswa diminta membaca kalimat-kalimat tersebut. Setelah itu, siswa bersama guru menguraikan kalimat menjadi kata. Siswa menempel kartu-kartu kata di papan flanel. Siswa membaca masing-masing kata. Lalu, kata diuraikan menjadi suku kata, dan suku kata diuraikan menjadi huruf. Setelah siswa diajarkan membaca kata, suku kata, dan huruf, siswa bersama guru menggabungkan kembali huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat sederhana.


(50)

Masing-masing kelompok menjodohkan kartu kata dan kartu gambar yang sesuai, kemudian menempelkannya pada kolom yang telah disediakan. Setelah selesai, siswa bersama guru mengoreksi bersama.

Kegiatan yang terakhir adalah kegiatan refleksi dan evaluasi. Kegiatan refleksi dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk membaca kalimat dengan kata-kata yang sudah dipelajari. Sedangkan pada kegiatan evaluasi, guru dapat meminta setiap siswa untuk membaca sebuah kalimat sederhana secara bergiliran. Setelah itu, siswa diminta untuk mengekspresikan perasaannya setelah mengikuti pembelajaran.

E. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian oleh Ririn Nur Hidayati yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Siswa Kelas I SD Negeri 2 Kalipetir Pengasih Kulon

Progo DIY Tahun Ajaran 2010/2011” hasilnya bahwa menggunakan media

kartu kata bergambar dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa.

F. Kerangka Pikir

Kemampuan membaca merupakan kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa selain kemampuan menyimak, berbicara dan menulis. Kemampuan membaca sangat diperlukan siswa untuk mempelajari semua materi pelajaran. Di kelas I, siswa sudah harus menguasai kemampuan membaca permulaan.


(51)

Kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan masih rendah. Nilai rata-rata kelas dalam membaca baru mencapai 54. Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, kurang memperhatikan dan lekas bosan. Siswa lebih sering bermain dan berbicara dengan temannya daripada memperhatikan dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Melihat hal seperti ini, peneliti mencoba untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I SD Negeri Gembongan. Untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, proses pembelajaran permulaan di kelas I juga perlu ditingkatkan. Proses pembelajaran membaca permulaan di kelas I perlu didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan siswa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan meliputi faktor fisiologis, intelektual, psikologis, dan faktor eksternal. Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor psikologis dan faktor eksternal. Faktor psikologis diantaranya mencakupi motivasi dan minat membaca. Sementara faktor eksternal difokuskan pada media pembelajaran dan proses pembelajaran.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, guru dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk mendukung proses pembelajaran membaca permulaan. Media pembelajaran membaca permulaan yang dapat digunakan salah satunya adalah media kartu kata bergambar. Media ini sangat menarik


(52)

disertai tulisan yang jelas, sehingga dapat memotivasi siswa dan membantu pemahaman siswa dalam belajar membaca permulaan.

Penggunaan media kartu kata bergambar dalam proses pembelajaran membaca permulaan dilakukan melalui permainan dan bimbingan. Dengan menerapkan permainan dalam pembelajaran, siswa akan lebih terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa juga akan lebih memperhatikan pembelajaran dan tidak akan lekas bosan. Melalui bimbingan, siswa akan dilatih dan diarahkan oleh guru agar dapat membaca dengan benar dan lancar. Dengan menerapkan proses pembelajaran yang demikian, maka kemampuan membaca siswa kelas I akan meningkat optimal. Apabila kerangka pikir ini divisualisasikan dalam sebuah bagan, maka seperti berikut ini.

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan uraian serta permasalahan penelitian yang dirumuskan dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut. Penggunaan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan proses pembelajaran

Kemampuan membaca permulaan siswa rendah

Melaui proses pembelajaran yang

menyenangkan

Dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor fisiologis, intelektual,

lingkungan, dan psikologis.

Media kartu kata bergambar Kemampuan membaca

permulaan siswa meningkat

Permainan dan bimbingan


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(classroom action research). Pardjono, dkk. (2007: 12) mengartikan

penelitian tindakan kelas sebagai salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas model kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif merupakan model penelitian tindakan kelas dimana di dalam proses penelitian terdapat kolaborasi antara guru dengan peneliti. Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan guru kelas I SD Negeri Gembongan. Guru berperan sebagai pihak yang melakukan tindakan, sedangkan peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SD Negeri Gembongan yang berjumlah 29, terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas I SD Negeri Gembongan, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 pada bulan


(54)

D. Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 4. Desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart Empat komponen yang menunjukkan penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi

(reflecting). Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan fokus penelitian. Selanjutnya guru mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, mendata kelemahan-kelemahannya, diidentifikasi dan dianalisis kelayakannya untuk diatasi dengan penelitian tindakan kelas. Setelah itu peneliti merumuskan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran, perilaku, sikap, dan prestasi belajar siswa. Rencana yang dibuat harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya.

Keterangan: Siklus I

1 = perencanaan I

2 = tindakan dan observasi I 3 = refleksi I

Siklus II

4 = perencanaan II

5 = tindakan dan observasi II 6 = refleksi II


(55)

a. Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia bersama guru. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama guru. c. Menyiapkan media pembelajaran bersama guru.

d. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa kisi-kisi penilaian kemampuan membaca permulaan, dan lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

2. Tindakan (acting)

Tahap ini adalah tahap melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah direncanakan. Pelaksanaan tindakan berdasarkan rencana yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini, guru berperan sebagai pelaksana tindakan, sedangkan peneliti sebagai pengamat proses berlangsungnya tindakan.

Secara garis besar langkah-langkah tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.

a. Guru memberikan motivasi dan apersepsi pada siswa. b. Guru menyampaikan tema dan tujuan pembelajaran. c. Guru menunjukkan kartu kata bergambar pada siswa. d. Guru membimbing siswa untuk membaca.

e. Guru mengajak siswa bermain menggunakan kartu kata bergambar. f. Guru memberikan latihan membaca untuk siswa melalui kegiatan


(56)

g. Guru memberikan evaluasi mengenai kemampuan membaca permulaan siswa.

3. Observasi (Observation)

Pada tahap ini, peneliti mengamati dan mencatat dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan siswa atau tidak. Pengumpulan data dilakukan menggunakan format observasi/penilaian yang telah disusun. 4. Refleksi (Reflection)

Tahap refleksi adalah tahap mengkaji dan mempertimbangkan secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul. Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika pada siklus pertama hasil penelitian belum memuaskan maka akan dilakukan penelitian siklus ke dua. Pada siklus II rencana pembelajaran sudah diperbaiki berdasarkan pertimbangan kekurangan-kekurangan yang ada dalam siklus pertama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi


(57)

instrumen pengamatan. Observasi ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran dan kemampuan membaca permulaan yang sesuai dengan indikator penilaian. Sedangkan observasi non sistematis dilakukan tanpa menggunakan instrumen pengamatan.

2. Catatan lapangan

Peneliti mencatat semua peristiwa yang terjadi, yang didengar maupun yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah siswa kelas I SD Negeri Gembongan, data tentang nilai kemampuan membaca permulaan siswa dan foto kegiatan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Dalam rangka pengumpulan data, pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian (Purwanto, 2012: 6). Instrumen yang digunakan berupa kisi-kisi penilaian membaca permulaan siswa dan kisi-kisi aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

Untuk mendapatkan data tentang sejauh mana peningkatan kemampuan membaca siswa menggunakan media kartu kata bergambar digunakan kisi-kisi penilaian membaca permulaan siswa sebagai berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan

No. Variabel Indikator Skor Maksimal

1 Kemampuan Membaca Permulaan

Kejelasan lafal 25


(58)

Kisi-kisi penilaian kemampuan membaca permulaan tersebut berdasarkan modifikasi dari pendapat Darmiyati Zuchdi dan Budiasih dan Amitya Kumara, dkk. Adapun rubrik penilaian kemampuan membaca permulaan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Aspek yang

Dinilai Deskripsi

Skor Maksimal Kejelasan

lafal

Mengucapkan lafal dengan sangat jelas. 25 Mengucapkan lafal dengan jelas tetapi terbata-bata. 20 Mengucapkan lafal dengan kurang jelas dan terbata-bata. 10 Mengucapkan lafal dengan tidak jelas. 5

Ketepatan intonasi

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama dan jeda

yang sangat tepat. 25

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama atau jeda

dengan tepat. 20

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama dan jeda

dengan kurang tepat. 10

Mengucapkan kata dan kalimat dengan nada, irama atau jeda

dengan tidak tepat. 5

Keberanian

Membaca dengan sangat berani dan atas kemauan sendiri. 20 Membaca atas kemauan sendiri tetapi ragu-ragu. 15 Membaca dengan ragu-ragu dan bukan kemauan sendiri. 10

Tidak berani dan tidak mau membaca. 5

Kelancaran

Mengucapkan kata dan kalimat dengan sangat lancar. 20 Mengucapkan kata dan kalimat dengan lancar dan sedikit

dibantu oleh guru. 15

Mengucapkan kata dan kalimat dibantu oleh guru dan kurang

lancar. 10

Mengucapkan kata dan kalimat dengan bantuan guru dan tidak

lancar. 5

Kewajaran sikap

Posisi tubuh tegak, jarak wajah dengan bacaan tidak terlalu

dekat dan tidak terlalu jauh. 10

Posisi tubuh tegak, tetapi jarak wajah dengan bacaan terlalu

dekat atau terlalu jauh. 8

Posisi tubuh kurang tegak, dan jarak wajah dengan bacaan

terlalu dekat atau terlalu jauh. 6

Posisi tubuh tidak tegak, dan jarak wajah dengan bacaan terlalu

dekat atau terlalu jauh. 5

Untuk mendapatkan data tentang sejauh mana peningkatan proses pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar digunakan kisi-kisi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan


(59)

menggunakan media kartu kata bergambar. Kisi-kisi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan

No. Aspek yang diamati Skor

4 3 2 1

1 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru 2 Siswa berminat dalam pembelajaran membaca

permulaan

3 Siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran 4 Siswa bersemangat dalam melaksanakan tugas

dari guru

5 Siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran 6 Siswa berani mengeluarkan pendapat

7 Siswa berani bertanya tentang hal yang belum jelas

8 Interaksi positif antara siswa dengan guru

Kisi-kisi observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan tersebut disesuaikan dengan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan siswa menurut Wulan dan Farida Rahim. Faktor yang ditekankan dalam penelitian ini adalah faktor psikologis dan faktor eksternal. Adapun rubrik observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan adalah sebagai berikut.


(60)

Tabel 4. Rubrik Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Aspek yang

Diamati Deskripsi Skor

Memperhatikan Penjelasan

Guru

Memperhatikan penjelasan guru dengan sikap tubuh yang tenang.

4 Memperhatikan penjelasan guru sambil melakukan aktivitas lain.

3 Terkadang memperhatikan penjelasan guru, terkadang bermain atau mengobrol dengan temannya.

2 Jarang memperhatikan penjelasan guru. 1 Berminat dalam

Pembelajaran

Bersedia membaca tanpa diperintah oleh guru. 4 Bersedia membaca karena ditawari oleh guru. 3 Bersedia membaca karena diperintah oleh guru. 2

Perlu dipaksa untuk membaca. 1

Antusias

Mengikuti pembelajaran dengan sangat antusias. 4 Mengikuti pembelajaran dengan antusias tetapi terkadang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran.

3 Mengikuti pembelajaran dengan kurang antusias dan lebih memilih melakukan kegiatan yang tidak menyangkut pembelajaran.

2

Mengikuti pembelajaran dengan tidak antusias. 1 Bersemangat

Mengerjakan Tugas

Menerima tugas dan mengerjakan tugas tanpa mengeluh. 4 Menerima tugas dan mengerjakan tugas namun sedikit mengeluh.

3 Bersedia mengerjakan tugas namun mengeluh. 2 Perlu dibimbing agar mau mengerjakan tugas. 1

Terlibat Aktif

Bersedia maju untuk melakukan kegiatan pembelajaran tanpa ditunjuk oleh guru.

4 Bersedia maju untuk melakukan kegiatan pembelajaran karena ditunjuk oleh guru.

3 Maju untuk melakukan kegiatan pembelajaran karena diperintah oleh guru lebih dari 1 kali.

2 Bersedia maju untuk melakukan kegiatan pembelajaran namun harus dipaksa.

1

Berani Berpendapat

Bersedia menyampaikan pendapatnya dengan sangat berani. 4 Bersedia menyampaikan pendapatnya namun agak ragu-ragu. 3 Bersedia menyampaikan pendapatnya jika diperintah oleh guru. 2

Perlu dipaksa agar mau berpendapat. 1

Berani Bertanya

Menyampaikan pertanyaan dengan sangat berani. 4 Menyampaikan pertanyaan namun agak ragu-ragu. 3 Menyampaikan pertanyaan jika diperintah oleh guru. 2

Perlu dipaksa agar mau bertanya. 1

Interaksi Positif

Selalu menanggapi pertanyaan atau perintah guru. 4 Menanggapi pertanyaan atau perintah guru jika ditawari. 3 Menanggapi pertanyaan atau perintah guru jika dipanggil. 2 Menanggapi pertanyaan atau perintah guru setelah disuruh lebih dari 3 kali.

1


(61)

statistik deskriptif. Pardjono, dkk. (2007: 57) berpendapat bahwa analisis data secara deskriptif bermaksud melukiskan selintas atau merangkum hasil pengamatan. Sedangkan Sugiyono (2013:208) menyatakan bahwa termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan mencari rerata/mean. Rumus untuk menghitung nilai rata-rata dapat digunakan adalah sebagai berikut:

X=

dengan:

X = nilai rata-rata

∑X = jumlah semua nilai siswa

∑N = jumlah siswa.

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif kualitatif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2013: 337). Mereduksi data berarti merangkum, milih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan


(62)

adalah menyajikan data. Penyajian data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data biasanya dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Langkah berikutnya adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap kemudian diadakan verifikasi untuk memperoleh kesimpulan yang sebenarnya.

Dalam penelitian ini, data yang terkumpul akan disajikan dalam tabel konversi nilai. Konversi skor kemampuan membaca permulaan didasarkan pada modifikasi pendapat Didik Komaidi dan Wahyu Wijayati (2011: 90) sebagai berikut.

Tabel 5. Konversi Skor Kemampuan Membaca Permulaan Interval Nilai (Angka 100) Kategori

85,0 – 100 Sangat baik

70,0 – 84,5 Baik

55,0 – 69,9 Cukup

40,0 – 54,9 Kurang

0 – 39,9 Sangat kurang

Sedangkan persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan didasarkan pada modifikasi pendapat Acep Yoni, dkk. (2010: 175-176) yaitu sebagai berikut.

Tabel 6. Persentase Hasil Observasi Siswa

Persentase (%) Kategori

75 – 100 Sangat tinggi

50 – 74,99 Tinggi

25 – 49,99 Rendah

< 24,99 Sangat rendah

H. Kriteria Keberhasilan


(63)

kemampuan membaca permulaan serta adanya peningkatan proses pembelajaran membaca permulaan. Kriteria keberhasilan kemampuan membaca permulaan didasarkan pada kisi-kisi penilaian membaca permulaan siswa berdasarkan modifikasi dari pendapat Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, dan Amitya Kumara, dkk. Dalam penelitian ini siswa yang berhasil apabila memiliki nilai minimal 70. Standar minimal yang ditentukan adalah 75% dari seluruh jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal, yaitu telah mencapai 70.


(64)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. KondisiAwal

Data kondisi awal tentang kemampuan membaca permulaan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan diperoleh peneliti dengan melakukan pengamatan awal pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2016. Data tentang kemampuan membaca permulaan siswa kelas I kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Hasil Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Kondisi Awal Siswa Kelas I No. Nama Nilai Keterangan

1 Adn 50 Tidak Tuntas

2 Ahm 40 Tidak Tuntas

3 Alf 50 Tidak Tuntas

4 Ans 60 Tidak Tuntas

5 Arb 45 Tidak Tuntas

6 Arf 75 Tuntas

7 Ars 41 Tidak Tuntas

8 Ary 40 Tidak Tuntas

9 Aul 64 Tidak Tuntas

10 Avr 40 Tidak Tuntas

11 Bnt 70 Tuntas

12 Carl 50 Tidak Tuntas

13 Dnn 48 Tidak Tuntas

14 Des 40 Tidak Tuntas

15 Din 77 Tuntas

16 Dzi 45 Tidak Tuntas

17 Fau 45 Tidak Tuntas

18 Fri 65 Tidak Tuntas

19 Irf 48 Tidak Tuntas

20 Izz 40 Tidak Tuntas

21 Kha 60 Tidak Tuntas

22 Khi 58 Tidak Tuntas

23 Luq 78 Tuntas

24 Mud 50 Tidak Tuntas

25 Nim 63 Tidak Tuntas

26 Nin 65 Tidak Tuntas

27 Rad 54 Tidak Tuntas


(65)

Untuk lebih jelasnya, kondisi awal kemampuan membaca permulaan siswa kelas I dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi kemampuan membaca permulaan kondisi awal berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I Kondisi Awal

No Nilai Kategori Frek Persen %

Nilai Rata-rata Kelas

Jumlah Siswa yang Tuntas 1 85,0 – 100 Sangat baik 0 0

54,45

5 2 70,0 – 84,5 Baik 5 17,24

3 55,0 – 69,9 Cukup 7 24,14 4 40,0 – 54,9 Kurang 17 58,62 5 0 – 39,9 Sangat kurang 0 0

Jumlah 29 100 Kurang

Persentase (%) 17,24

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mencapai nilai minimal 70 yaitu 17,24% atau sejumlah 5 siswa. Nilai rata-rata kelas kemampuan membaca permulaan siswa kelas I pada kondisi awal baru mencapai 54,45. Nilai rata-rata tersebut termasuk kategori kurang. Di samping itu, berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui juga bahwa terdapat 17,24% atau sebanyak 5 siswa masuk dalam kategori baik, 24,14% atau sebanyak 7 siswa masuk dalam kategori cukup, dan 58,62% atau 17 siswa masuk dalam kategori kurang.

Selain mengamati data tentang kemampuan membaca permulaan siswa, peneliti juga mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada kondisi awal. Adapun data tentang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel hasil observasi berikut ini.


(66)

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Membaca Permulaan Kondisi Awal

No. Nama Skor

1 Adn 17

2 Ahm 13

3 Alf 13

4 Ans 15

5 Arb 15

6 Arf 13

7 Ars 10

8 Ary 12

9 Aul 13

10 Avr 12

11 Bnt 16

12 Carl 15

13 Dnn 13

14 Des 13

15 Din 12

16 Dzi 12

17 Fau 14

18 Fri 15

19 Irf 12

20 Izz 14

21 Kha 11

22 Khi 15

23 Luq 14

24 Mud 11

25 Nim 12

26 Nin 17

27 Rad 12

28 Ferd 10

29 Tal 15

Jumlah Skor 386

Persentase (%) 41,59

Berdasarkan data hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa persentase jumlah skor aktivitas siswa selama proses pembelajaran membaca permulaan kondisi awal baru mencapai 41,59%. Persentase skor tersebut termasuk dalam kategori rendah.

2. Deskripsi Laporan Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I


(67)

Kegiatan perencanaan ini adalah mempersiapkan berbagai alat kelengkapan yang diperlukan berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan. Alat kelengkapan yang dipersiapkan disesuaikan dengan rencana skenario atau setting tindakan yang ditetapkan.

Adapun alat kelengkapan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Peneliti bersama guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dan 1 mata pelajaran lain secara tematik. Satu mata pelajaran lain tersebut disesuaikan dengan jadwal pelajaran pada saat pelaksanaan penelitian.

2) Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan

Lembar penilaian kemampuan membaca permulaan digunakan untuk menilai kemampuan membaca siswa di akhir proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan kartu kata bergambar.

3) Lembar observasi aktivitas siswa

Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan digunakan sebagai alat untuk mengadministrasikan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran membaca permulaan.

4) Media pembelajaran

Media pembelajaran yang dimaksud adalah media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu media kartu kata


(68)

suku kata, kartu kata, kartu gambar, kartu kalimat sederhana dan papan flanel.

5) Nama Identitas Siswa

Peneliti membuat nama identitas siswa dari kertas HVS untuk ditempel pada baju siswa. Nama identitas siswa ini bertuliskan nama masing-masing siswa. Penggunaan nama identitas siswa ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Perencanaan materi pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tema yang dipilih pada siklus I ini adalah diri sendiri dengan subtema tubuhku, merawat tubuh dan kegemaranku.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan, yaitu hari Rabu tanggal 27 Januari 2016, hari Sabtu tanggal 30 Januari 2016, dan hari Rabu tanggal 3 Februari 2016 pukul 09.15 – 11.35 WIB. Tema pembelajaran pada siklus I adalah diri sendiri. Sub tema pada pertemuan ke-1 yaitu tubuhku. Sub tema pada pertemuan ke-2 yaitu merawat tubuh. Sub tema pada pertemuan ke-3 yaitu kegemaranku.

Pada tindakan siklus I, materi pembelajaran Bahasa Indonesia adalah membaca teks tentang anggota tubuh dan membaca teks tentang perawatan/pemeliharaan kesehatan dan kebugaran tubuh. Berikut ini deskripsi


(69)

1) Pertemuan 1

Pukul 09.15 WIB bel berbunyi sebagai tanda waktu istirahat selesai. Semua siswa kelas I masuk kelas, kemudian duduk di bangkunya masing-masing. Satu per satu siswa dipanggil untuk maju dan ditempel nama identitas oleh peneliti.

Pembelajaran diawali dengan bernyanyi bersama. Siswa menyanyikan

lagu “Dua Mata Saya” sambil memegangi bagian tubuh masing-masing sesuai lirik lagu yang dinyanyikan. Setelah itu, guru bertanya jawab dengan

siswa tentang lagu “Dua Mata Saya”. Selanjutnya, guru menyampaikan tema,

subtema dan tujuan pembelajaran pada siswa.

Kegiatan inti diawali dengan penjelasan guru tentang bagian-bagian tubuh manusia melalui peragaan tubuh secara langsung. Misalnya, guru

menyebutkan “Telinga” sambil memegangi kedua telingannya. Selanjutnya,

siswa bertanya jawab dengan guru tentang bagian-bagian tubuh manusia dan fungsinya. Kemudian, siswa mengamati salah satu kartu kata bergambar yang

ditunjukkan oleh guru. Guru bertanya pada siswa “Ini gambar apa, anak

-anak?”. Siswa menjawab “Mata”. Siswa membaca kata “mata” pada kartu kata bergambar tersebut dengan bimbingan guru. Setelah itu, guru mencontohkan sikap yang benar saat membaca pada siswa. Lalu, siswa diminta untuk maju membaca kartu kata bergambar dengan sikap yang benar.

Berikutnya, siswa diminta untuk menempel semua kartu kata bergambar pada papan flanel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang


(70)

itu, siswa membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar secara klasikal dengan bimbingan guru. Setelah itu, beberapa siswa diminta maju satu per satu untuk membaca kata pada kartu kata bergambar yang telah ditempel.

Kegiatan selanjutnya yaitu permainan estafet kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar dilepaskan dari papan flanel dan ditumpuk. Siswa

menyanyikan lagu “Dua Mata Saya” sambil mengestafetkan tumpukan kartu

kata bergambar ke teman-teman di sampingnya. Ketika guru berkata “Stop”, siswa berhenti bernyanyi dan berhenti mengestafetkan tumpukan kartu. Siswa yang terakhir memegang tumpukan kartu mengocok kartu dan mengambil salah satu kartu. Siswa membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar yang diambil. Setelah itu, siswa bernyanyi dan mengestafetkan tumpukan kartu lagi hingga tumpukan kartu kata bergambar habis.

Setelah bermain estafet kartu kata bergambar, guru menempel gambar tubuh manusia yang disertai nama masing-masing anggota tubuh. Siswa diminta maju untuk menunjukkan tulisan nama anggota tubuh yang disebutkan guru. Kegiatan berikutnya yaitu siswa menempel 4 kartu kata bergambar secara bersusun ke bawah. Lalu, siswa mencari kartu kalimat sederhana yang sesuai dengan gambar yang ada pada kartu kata bergambar. Setelah siswa menemukan kartu kalimat tersebut, siswa menempel kartu kalimat di samping kartu kata bergambar yang sesuai. Kemudian, siswa dibimbing untuk membaca kartu kalimat yang ditempel. Setelah itu, beberapa


(71)

Setelah siswa membaca kartu kalimat, siswa bersama guru menguraikan salah satu kalimat menjadi beberapa kata, kata menjadi beberapa suku kata, dan suku kata menjadi beberapa huruf. Lalu siswa membaca kalimat, kata, suku kata dan huruf tersebut secara klasikal dengan bimbingan guru. Selanjutnya, siswa bersama guru merangkai kembali huruf-huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Siswa membaca kalimat yang telah diuraikan dan dirangkai kembali tersebut dengan bimbingan guru.

Setelah itu, siswa membentuk kelompok dengan masing-masing anggota kelompok berjumlah 5-6 siswa. Siswa berdiskusi menjodohkan kartu gambar dan kartu kata. Kartu gambar dan kartu kata ditempelkan pada lembar yang disediakan oleh guru. Setelah selesai, perwakilan masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya.

Pada kegiatan akhir, guru dan siswa bertanya jawab untuk mengingat kembali materi yang hari itu pelajari. Kegiatan selanjutnya yaitu penilaian terhadap kemampuan membaca permulaan siswa. Setelah selesai, guru menutup pembelajaran dengan berdoa bersama, lalu siswa menyanyikan salah satu lagu nasional.

2) Pertemuan 2

Pukul 09.15 WIB semua siswa kelas I masuk kelas, lalu duduk di bangkunya masing-masing. Satu per satu siswa dipanggil untuk maju dan


(72)

pembelajaran. Setelah itu, guru bertanya jawab dengan siswa tentang lagu

“Bangun Tidur”. Selanjutnya, guru menyampaikan tema, subtema dan tujuan

pembelajaran pada siswa.

Kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Siswa mengamati salah satu kartu kata bergambar yang ditunjukkan oleh guru. Siswa bertanya jawab dengan siswa tentang gambar yang terdapat pada kartu kata bergambar

tersebut. Selanjutnya, siswa membaca kata “gosok gigi” yang terdapat pada

kartu kata bergambar tersebut dengan bimbingan guru. Siswa juga mengamati contoh sikap membaca yang benar dari guru. Setelah itu, beberapa siswa diminta maju satu per satu untuk membaca kartu kata bergambar dengan sikap yang benar.

Berikutnya, siswa menempel semua kartu kata bergambar pada papan flanel. Siswa dan guru bertanya jawab tentang gambar-gambar yang ada pada masing-masing kartu kata bergambar. Setelah itu, siswa membaca kata yang terdapat pada kartu kata bergambar secara klasikal dengan bimbingan guru. Lalu, beberapa siswa maju satu per satu untuk membaca kata pada kartu kata bergambar yang telah ditempel.

Kegiatan selanjutnya yaitu permainan estafet kartu kata bergambar. Kartu kata bergambar dilepaskan dari papan flanel dan ditumpuk. Siswa

menyanyikan lagu “Bangun Tidur” sambil mengestafetkan tumpukan kartu

kata bergambar ke teman-teman di sampingnya. Ketika guru berkata “Stop”, siswa berhenti bernyanyi dan berhenti mengestafetkan tumpukan kartu. Siswa


(1)

186 Lampiran 24. Perizinan


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)