Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

64 pendidikan akademik berhak menyandang gelar Sarjana Kedokteran Gigi SKG, sedangkan mahasiswa yang berhasil menamatkan program pendidikan profesi akan mendapat gelar Dokter Gigi drg. Sampai dengan wisuda sarjana USU Periode III T.A. 20082009, Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan telah meluluskan sebanyak 888 orang Sarjana Kedokteran Gigi SKG dan 2531 orang Dokter Gigi. Berdasarkan Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi BAN-PT No. 006BAN-PTAk-XS1VI2006 tanggal 15 Juni 2006, Fakultas Kedokteran Gigi USU ditetapkan sebagai salah satu Fakultas Kedokteran Gigi Negeri yang memiliki akreditasi “A.

b. Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Visi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sebagai Fakultas Kedokteran Gigi unggulan dalam menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing global untuk mendukung pencapaian visi Universitas Sumatera Utara, yaitu “University for Industry”. Misi : 1. Menyelenggarakan pendidikan bidang kedokteran gigi yang bertumpu pada aktivitas belajar mahasiswa yang berorientasi pada perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk menghasilkan Sarjana Kedokteran Gigi dan Dokter Gigi yang berpengetahuan 65 dan berketerampilan, bersikap demokratis, penuh tanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur sesuai dengan etika profesi kedokteran gigi. 2. Melaksanakan penelitian yang berorientasi pada pengembangan IPTEK untuk dapat menyelesaikan masalah kesehatan gigi dan mulut secara ilmiah yang merupakan landasan utama untuk menumbuhkan dan membina kemampuan menguasai metode penyelesaian masalah, melalui kemampuan berpikir kritis, penalaran ilmiah, berpikir alternatif dan kemampuan pengambilan keputusan secara benar. 3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat melalui Pengalaman Belajar Klinik PBK dan Pengalaman Belajar Lapangan PBL dengan memanfaatkan kemajuan IPTEK secara tepat guna untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Pimpinan: Dekan : Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D Pembantu Dekan I : M. Zulkarnain, drg, M.Kes Pembantu Dekan II : Dwi Tjahyaning Putranti, drg. M.S. Pembantu Dekan III : Zulkarnain, Dr, M.Kes III.2 Metodologi Penelitian III.2.1 Metode Penelitian Kualitatif Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan 66 untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Dengan kata lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang dari yang sangat objektif hingga sangat subjektif, maka metodologi pun sebenarnya merupakan suatu rentang juga, dari yang sangat kuantitatif objektif hingga yang sangat kualitatif subjektif Mulyana, 2001: 145-146. Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak dapat dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya Mulyana, 2001: 146. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam- dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan dapat menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data. Dalam riset kualitatif, periset adalah bagian integral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrumen riset yang harus terjun langsung di 67 lapangan. Karena itu riset ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik bukan untuk digeneralisasikan Kriyantono, 2006: 56-57. III.2.2 Studi Kasus Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi komunitas, suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti Mulyana, 2001: 201. Pengertian lain studi kasus adalah metode riset yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan dan menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis Kriyantono, 2006: 66. Seorang peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap- lengkapnya dari kasus tersebut unuk mengetahui sebab-sebab yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki Nawawi, 1995: 72. Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lokasi penelitian. Semua hasil pengamatan dituangkan dalam pembahasan. Hasil wawancara nantinya akan dianalisis dan dipilih jawaban yang paling mendekati dan berkaitan dengan tujuan penelitian. Adapun tujuan studi kasus adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang nyata dalam berbagai konteks. Selain itu, pernyataan tentang bagaimana dan mengapa hal-hal tertentu terjadi dalam sebuah situasi tertentu, atau apa yang terjadi di sini. Pada hakikatnya, peneliti sedang mencoba menghidupkan 68 nuansa komunikasi dengan menguraikan kenyataan. Peneliti akan melakukannya dengan cara: 1. Melakukan analisis mendetail mengenai kasus dan situasi tertentu. 2. Berusaha memahaminya dari sudut pandang orang-orang yang bekerja di sana 3. Mencatat bermacam-macam pengaruh dan aspek-aspek hubungan komunikasi dan pengalaman 4. Membangkitkan perhatian pada faktor-faktor tersebut berhubungan satu sama lain Daymon, 2007: 162. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus memiliki beberapa keuntungan. Keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. 2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami orang dalam kehidupan. 3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden 4. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. 5. Studi kasus terbuka bagi penelitian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. Menurut Mulyana, studi kasus periset berupaya secara saksama dan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variabel mengenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian semaksimal mungkin, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. Karena itu, studi kasus mempunyai ciri- ciri: 1. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program atau fenomena tertentu. 2. Deskriptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. 3. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. 69 4. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori Kriyantono, 2006: 66. Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut. Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Contoh-contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan kombinasi pandangan, pengetahuan dan kreativitas dalam mengidentifikasikan dan membahas isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, menganalisis isu-isu ini dari sudut pandang teori dan riset yang relevan serta dalam merancang strategi yang realistik dan layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus Mulyana, 2001: 202. Menurut Ragin dalam Mulyana 2001, metode berorientasi kasus bersifat holistik-metode ini menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian atau kumpulan skor mengenai variabel. Jadi, hubungan antara bagian-bagian dalam keseluruhan itu dipahami dalam konteks keseluruhan, bukan dalam konteks pola-pola umum kovariasi antara variabel- variabel yang menandai anggota-anggota suatu populasi unit-unit yang sebanding. Selain itu, hubungan sebab-akibat dipahami sebagai perkiraan. Akibat dianalisis berdasarkan persimpangan berbagai kondisi dan biasanya diasumsikan bahwa hubungan manapun mungkin menimbulkan suatu akibat. Sifat ini dan sifat lain metode berorientasi kasus memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus 70 secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai asal-mula perubahan kualitatif yang penting dalam situasi-situasi yang spesifik Mulyana, 2001: 203. III.2.3 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Sumatera Utara, tepatnya di Fakultas Kedokteran yang berada di Jalan dr. T. Mansur No.5, Kampus USU dan Fakultas Kedokteran Gigi, di Jalan Alumni No. 2, Kampus USU. Meskipun demikian, waktu dan tempat penelitian dikondisikan dengan jadwal dan keinginan subjek penelitian. III.2.4 Subjek penelitian Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan, karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset, yaitu orang-orang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek karena informan dianggap aktif mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner Kriyantono, 2006: 163. Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses. 71 Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang subjek secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalam pendekatan lainnya akan hilang Bodgan, 1992: 5 Subjek penelitian ini adalah mahasiswa asal Malaysia di USU yang dibatasi pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Sesuai dengan pembatasan masalah dalam penelitian ini bahwa yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa asal Malaysia di FK dan FKG USU yang minimal sudah menetap selama kurang lebih dua tahun, maka diambil mahasiswa mulai dari angkatan 2009, 2008, 2007 dan 2006. Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing fakultas, jumlah mahasiswa asal Malaysia di FK dan FKG, baik yang sedang kuliah maupun yang sedang co-ass, maka daftar jumlahnya adalah sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Asal Malaysia di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi USU NO FAKULTAS TAHUN ANGKATAN 2006 2007 2008 2009 1. Kedokteran 54 176 132 117 2. Kedokteran 37 48 35 24 72 Gigi Pengambilan subjek penelitian atau informan ini dilakukan dengan menggunakan teknik penarikan sampel bola salju snowball sampling. Teknik snowball sampling banyak ditemui dalam riset kualitatif. Sesuai namanya, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini merupakan teknik penentuan subjek penelitian yang awalnya berjumlah kecil kemudian berkembang semakin banyak. Orang yang dijadikan informan pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan informan lagi, begitu seterusnya sampai jumlahnya lebih banyak. Sehingga orang pertama tersebut menjadi titik awal pemilihan informan. Proses ini baru berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan sesuatu yang baru dari wawancara Kriyantono, 2006: 158. Jadi, dengan demikian, peneliti akan menemukan seseorang atau beberapa orang mahasiswa asal Malaysia untuk dijadikan informan, kemudian meminta mereka untuk merekomendasikan orang lain untuk dijadikan informan berikutnya. III.2.5 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat 73 menggunakan salah satu atau gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi Kriyantono, 2006: 93. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Penelitian Kepustakaan Library Research