Gejala Klinis Stres Stres .1 Definisi Stres

organisme tidak mampu merespons secara elektif, maka terjadilah fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan organisme akan mati atau mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Terjadinya stres dapat dijelaskan melalui teori biologis dan teori psikologis. Menurut teori biologis, stres terjadi akibat lemahnya organ tertentu. Contohnya, sistem pernafasan yang lemah sejak lahir dapat memicu seseorang menderita asma dan menjadi stres karenanya. Teori biologis yang lebih mutakhir menjelaskan bahwa stres terjadi akibat ketidakseimbangan hormon-hormon di dalam tubuh. Tubuh yang menderita stres akan mengalami peningkatan jumlah kortisol dan mengalami penurunan sistem imun sehingga mudah terserang penyakit. Menurut teori psikologis, ancaman fisik akan menciptakan stres. Namun, manusia menerima lebih lebih dari sekadar ancaman fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem simpatik dan sekresi hormon-hormon stres. Namun, emosi-emosi negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya ancaman eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu berada dalam kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai bahwa berbagai pengalaman hidup yang terjadi melebihi kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis.

2.1.7 Gejala Klinis Stres

Stres dapat menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fungsi tubuh, perasaan, dan tingkah laku. Efek yang ditimbulkan stres misalnya sakit kepala, mual, muntah, sulit tidur, sesak nafas, sulit berkonsentrasi, mudah marah, sering buang air kecil, dan lain-lain AIS, 2010 APA, 2007. Efek yang ditimbulkan stres dapat berupa efek positif dan Universitas Sumatera Utara efek negatif. Efek positif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.1 sedangkan efek negatif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.1 Efek positif dari stres Mental Emosional Fisik Kreativitas meningkat Kemampuan mengontrol diri meningkat Tingkat energi meningkat Kemampuan berpikir meningkat Responsif terhadap lingkungan sekitar Stamina meningkat Memiliki orientasi kesuksesan yang lebih tinggi Relasi interpersonal meningkat Fleksibilitas otot dan sendi meningkat Motivasi meningkat Moral meningkat Terbebas dari penyakit yang berhubungan dengan stres Sumber: David 1997 Tabel 2.2 Efek negatif dari stres Fisik Pikiran Sikap Sakit kepala Cemas Makan berlebihan Sakit punggung Iritabilitas meningkat Tidak mau makan Sakit dada Tidak dapat beristirahat Mudah marah Palpitasi jantung Depresi Mengkonsumsi alkohol Tekanan darah meningkat Sedih Frekuensi merokok meningkat Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Efek negatif dari stres sambungan Imunitas menurun Marah Kurang bersosialisasi Sakit abdomen Sulit untuk fokus Sulit melafalkan kata- kata Gangguan tidur Daya ingat menurun Masalah dengan orang- orang sekitar bertambah Sumber: Mayo Clinic 2009 2.2 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2.2.1 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan pada beberapa universitas. Di Amerika Utara, penelitian yang dilakukan terhadap 100 mahasiswa menunjukkan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38 Shannone, 1999. Penelitian sejenis dilakukan oleh Firth 2004 pada salah satu fakultas kedokteran di Inggris. Penelitian yang melibatkan 165 partisipan tersebut menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 31,2. Sementara itu, tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: 1 Di Pakistan, dengan 161 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 30,84 Shah, Hasan, Malik, Sreeramareddy, 2010. 2 Di Thailand, dengan 686 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,4 Saipanish, 2003. 3 Di Malaysia, dengan 396 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 41,9 Sherina, 2004. Berdasarkan penelitian tentang tingkat stres yang dilakukan oleh Abdulghani 2008 di Saudi Arabia terhadap 494 partisipan, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 57 dimana 21,5 diantaranya merupakan stres ringan, 15,8 stres sedang, dan 19,6 stres berat. Di Universitas Sumatera Utara Iran, penelitian sejenis yang diikuti 129 partisipan menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,47 dimana 26,22 diantaranya merupakan stres ringan, 20,5 stres sedang, dan 14,75 stres berat Marjani, Gharavi, Jahanshahi, dan Vahidirad, 2008.

2.2.2 Penyebab Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran