organisme tidak mampu merespons secara elektif, maka terjadilah fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan organisme akan mati atau
mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Terjadinya stres dapat dijelaskan melalui teori biologis dan teori
psikologis. Menurut teori biologis, stres terjadi akibat lemahnya organ tertentu. Contohnya, sistem pernafasan yang lemah sejak lahir dapat memicu seseorang
menderita asma dan menjadi stres karenanya. Teori biologis yang lebih mutakhir menjelaskan bahwa stres terjadi akibat ketidakseimbangan hormon-hormon di
dalam tubuh. Tubuh yang menderita stres akan mengalami peningkatan jumlah kortisol dan mengalami penurunan sistem imun sehingga mudah terserang
penyakit. Menurut teori psikologis, ancaman fisik akan menciptakan stres. Namun,
manusia menerima lebih lebih dari sekadar ancaman fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem simpatik dan sekresi hormon-hormon
stres. Namun, emosi-emosi negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya
ancaman eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu berada dalam
kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai bahwa berbagai pengalaman hidup
yang terjadi melebihi kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis.
2.1.7 Gejala Klinis Stres
Stres dapat menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fungsi tubuh, perasaan, dan tingkah laku. Efek yang
ditimbulkan stres misalnya sakit kepala, mual, muntah, sulit tidur, sesak nafas, sulit berkonsentrasi, mudah marah, sering buang air kecil, dan lain-lain AIS,
2010 APA, 2007. Efek yang ditimbulkan stres dapat berupa efek positif dan
Universitas Sumatera Utara
efek negatif. Efek positif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.1 sedangkan efek negatif dari stres dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Efek positif dari stres Mental
Emosional Fisik
Kreativitas meningkat Kemampuan mengontrol
diri meningkat Tingkat energi meningkat
Kemampuan berpikir meningkat
Responsif terhadap lingkungan sekitar
Stamina meningkat
Memiliki orientasi kesuksesan yang lebih
tinggi Relasi interpersonal
meningkat Fleksibilitas otot dan
sendi meningkat
Motivasi meningkat Moral meningkat
Terbebas dari penyakit yang berhubungan
dengan stres Sumber: David 1997
Tabel 2.2 Efek negatif dari stres Fisik
Pikiran Sikap
Sakit kepala Cemas
Makan berlebihan Sakit punggung
Iritabilitas meningkat Tidak mau makan
Sakit dada Tidak dapat beristirahat
Mudah marah Palpitasi jantung
Depresi Mengkonsumsi alkohol
Tekanan darah meningkat
Sedih Frekuensi merokok
meningkat
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Efek negatif dari stres sambungan
Imunitas menurun Marah
Kurang bersosialisasi Sakit abdomen
Sulit untuk fokus Sulit melafalkan kata-
kata Gangguan tidur
Daya ingat menurun Masalah dengan orang-
orang sekitar bertambah Sumber: Mayo Clinic 2009
2.2 Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran 2.2.1 Prevalensi Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Penelitian mengenai prevalensi stres pada mahasiswa kedokteran telah dilakukan pada beberapa universitas. Di Amerika Utara, penelitian yang dilakukan
terhadap 100 mahasiswa menunjukkan bahwa prevalensi stres pada mahasiswa adalah 38 Shannone, 1999. Penelitian sejenis dilakukan oleh Firth 2004 pada
salah satu fakultas kedokteran di Inggris. Penelitian yang melibatkan 165 partisipan tersebut menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakultas
kedokteran adalah 31,2. Sementara itu, tiga penelitian yang dilakukan di Asia menunjukkan hasil sebagai berikut: 1 Di Pakistan, dengan 161 partisipan,
prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 30,84 Shah, Hasan, Malik, Sreeramareddy, 2010. 2 Di Thailand, dengan 686 partisipan,
prevalensi stres mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,4 Saipanish, 2003. 3 Di Malaysia, dengan 396 partisipan, prevalensi stres mahasiswa fakultas
kedokteran adalah 41,9 Sherina, 2004. Berdasarkan penelitian tentang tingkat stres yang dilakukan oleh
Abdulghani 2008 di Saudi Arabia terhadap 494 partisipan, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 57 dimana 21,5
diantaranya merupakan stres ringan, 15,8 stres sedang, dan 19,6 stres berat. Di
Universitas Sumatera Utara
Iran, penelitian sejenis yang diikuti 129 partisipan menunjukkan prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran adalah 61,47 dimana 26,22 diantaranya
merupakan stres ringan, 20,5 stres sedang, dan 14,75 stres berat Marjani, Gharavi, Jahanshahi, dan Vahidirad, 2008.
2.2.2 Penyebab Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran