3. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya.
Menurut Arikunto 1997:51, tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara Partisipasi
Politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut: 1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya
administrasi Negara publik. 2.
Secara praktis: a.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemanfaatan partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan Desa
di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.
b. Bahan masukan bagi evaluasi pelaksanaan pembangunan Desa di
Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi Kepulauan Riau.
c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap
partisipasi politik masyarakat bagi pembangunan Desa di Desa Kelanga Kecamatan Timur Laut Kabupaten Natuna-Propinsi
Kepulauan Riau.
5. Kerangka Teori 5.1. Desa
Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan negara
Republik Indonesia. Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai
komunitas dalam kesatuan geografis tertentu agar mereka saling mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara
langsung kepada alam. Oleh karena itu, desa diasosiakan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi
yang kuat, bersahaja, serta tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan dari sudut pandang politik dan hukum, desa sering diidentikkan sebagai organisasi
kekuasaan. Melalui kaca mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan atau organisasi kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam
struktur pemerintah negara. Juliantara, 2000:18
Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No.72 Tahun 2005 selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas-batas wilayah
yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk
dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa
adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang
berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan
pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan
sebagai mitra kerja pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. Kepala Desa pada dasarnya bertanggungjawab pada rakyat desa yang dalam
tata cara dan prosedur pertanggungjawaban disampaikan kepada Bupati atau Walikota melalui Camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib
memberi keterangan laporan pertanggungjawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggungjawaban namun tetap
memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung
jawaban yang dimakasud.
Pengaturan lebih lanjut mengenai desa seperti pembentukan, penghapusan, penggabungan, perangkat pemerintah desa, keuangan desa, pembangunan desa, dan
lain sebagainya dilakukan oleh kabupaten dan kota yang ditetapkan dalam peraturan daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
5.2. Pemerintahan Desa
Dalam pemerintah daerah Kabupatenkota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan,
penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan
statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemeritah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pemeritah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari
pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten yang diserahkan
pengaturannya kepada desa. c.
Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemeritah kebupaten.
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kepada desa disertai dengan pembiayaan, sarana, dan prasarana, serta
sumber daya manusia. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan
peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga kemasyarakatan bertugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam
pemberdayaan masyarakat desa. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik desa berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban. Hak dan
kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja, dan pengolahan keuangan desa. Sumber pendapatan desa adalah :
a. Pendapat asli desa.
b. Bagi hasil pajak daerah dan distribusi kabupaten.
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
kabupaten. d.
Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintahan kebupaten atau kota.
e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.
Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan diatur dengan perda, dengan memperhatikan:
a. Kepentingan masyarakat desa;
b. Kewenangan desa;
c. Kelancaran pelaksanaan investasi;
d. Kelestarian lingkungan hidup;
e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.
Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib
mengakui dan menghormati hak, asal usul, dan adat istiadat desa.
5.3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta
dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum
partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.
Secara umum ada 2 dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, menurut Soetrisno 1995:221, yaitu:
1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat
terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam
defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan
pembangunan. 2.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan
dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya
diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah
dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara
mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka pengertian partisipasi
setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran,yaitu: 1.
Titik berat partisipasi adalah keterlibatan dari mental dan emosional, kehadiran secara fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tampa
keterlibatan tersebut bukanlah merupakan partisipasi. 2.
Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud kontribusi dalam pembangunan dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan, sebuah
pikiran, ketrampilan dan sebagainya.
3. Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.
Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi seperti itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Perkerjaan
partisipasi lebih baik situasinya dari pada lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu: 1.
Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak akan terjadi dalam keadaan mendadak.
2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya.
3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi, partisipasi sesuatu yang
akan menarik perhatian partisipasi atau akan dianggapnya sebagai perkerjaan yang sibuk.
4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk
berpartisipasi secara efektif. 5.
Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan. 6.
Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi; partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada seluruh
organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok. Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki
perspektif yang sangat luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara pisik
maupun mental. Keterlibatan individu dapat dimanifiestasikan dalam berbagai bentuk kontribusi.
Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, yang secara betahap akan
menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal. Partisipasi sendiri diterapkan dalam tiga sektor:
1. Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar
2. Sektor politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi
3. Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.
Menurut Arnstein dalam Yusran, 2006:11, ada delapan tangga partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat
Penjelasan tingkat di atas adalah sebagai berikut: Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog, Therapy berarti telah ada komunikasi namun
masih bersifat terbatas inisiatif datang dari atas dan bersifat searah, Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi namun masih bersifat
dua arah, placation berarti komunikasi sudah berjalan dengan baik dan sudah ada negoisasi antara masyarakat dengan pemerintah. Partnership adalah kondisi di mana
pemerintah dan masyarakat adalah mitra sejajar, delegated power berarti bahwa
1 Citizen Control
2 Delegated Power
3 Partnership
4 Placation
5 Consultation
6 Information
7 Teraphy
8 Manifulation
Degree Of Citizen
Power Degree of Tokenism
Non Participation
pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus diri sendiri untuk beberapa keperluannya dan citizen kontrol bermakna bahwa masyarakat
menguasai kebijakan publik, mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.
5.4. Pembangunan Politik Desa
Pembangunan adalah perubahan yang dilakukan secara terencana dan menyeluruh yang dilakukan oleh negara-bangsa dalam rangka memperoleh kemajuan
untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Menurut Kuncoro 2004:3, pembangunan adalah suatu proses yang
kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Karena itu dengan penuh keyakinan para pelopor
desentralisasi mengajukan sederet panjang alasan dan argumen tentang pentingnya desentralisasi dalam pembangunan.
Menurut Siagian 2003:4, pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan secara berencana yang dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa. Lebih jauh lagi dia menyatakan bahwa pembangunan
mengandung aspek yang sangat luas salah satunya mencakup pembangunan di bidang politik.
Ndraha 2000:15 mengartikan pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia untuk mempengaruhi masa depannya.
Sebaliknya dia mengatakan implikasi dari defenisi tersebut yaitu:
1. Pembangunan berarti membangkitkan kemauan optimal manusia baik dan kesejahteraan Equity
3. Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Kepercayaan ini
dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan Empowermwnt
4. Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri Sustainability
5. Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu dengan yang lainnya dan menciptakan hubungan yang saling menggantungkan dan
saling menghormati Interdependece Ada beberapa ide pokok yang sangat penting diperhatikan tentang
pembangunan yaitu sebagai berikut: Pertama, bahwa pembangunan merupakan suatu proses berarti suatu kegiatan
yang terus-menerus dilaksanakan meskipun sudah barang tentu bahwa proses itu dapat dibagi dan biasanya memang dibagi menjadi tahap-tahap tertentu yang berdiri
sendiri. Pentahapan itu dapat dibuat berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh.
Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan. Jika ada kegiatan yang kelihatannya nampak seperti pembangunan,
akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara sadar dan timbul hanya secara insedental di masyarakat tidaklah dapat digolongkan kepada kategori pembangunan.
Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaan itu berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.
Keempat, bahwa pembangunan mengarah kepada modernitas. Modernitas disini diartikan sebagai cara hidup yang baru dan lebih baik dari pada sebelumnya
serta kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka peningkatan kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain.
Kelima, bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat multi dimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh aspek kehidupan
bangsa dan negara, terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya. Keenam, bahwa semua hal yang telah disebutkan dimuka ditujukan kepada
usaha membina bangsa yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan menurut Nugroho 2003:24 inti dari pembangunan pada dasarnya adalah pergerakan ekonomi rakyat. Ada pepatah mengatakan bahwa negara dalam
kondisi paling berbahaya jika rakyatnya miskin. Kemiskinan mempunyai pengaruh paling buruk kepada setiap sisi kehidupan manusia. Oleh karena itu, tugas
pembangunan adalah menanggunglangi kemiskinan. Dengan pemahaman ini dapat dikatakan bahwa inti pembangunan adalah menggerakan ekonomi agar rakyat
mempunyai kemampuan untuk tidak berada dalam kemiskinan. Dalam bahasa politis disebut sebagai ” menggerakan ekonomi rakyat”.
Pembangunan yang mencapai hasil dapat secara efektif dicapai dengan melihat kekuatan pokok yang harus dibangun dan mengidentifikasikan tugas pokok
dan fungsi dari lembaga-lembaga strategis pembangunan. Kekuatan pokok yang dibangun oleh indonesia adalah keunggulan bersaing. Hanya bangsa yang memiliki
keunggulan bersaing yang pokok adalah keunggulan ekonomi. Dengan demikian, setiap bidang harus mendukung kearah terbentuknya daya saing ekonomi. Secara
khusus prioritas bagi sektor ekonomi adalah membangun daya saing pelaku ekonomi baik secara sektoral maupun secara regional. Daya dukung ideologi, politik dan
hukum adalah implementasi kebijakan otonomi daerah yang taat asas dan
penegakkan hukum yang konsisten. Daya dukung di bidang sosial budaya adalah membangun paradigma pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu
saja kesemuanya tidak akan terjadi jika tidak didukung keamanan dan ketertiban yang mantap. Dengan melihat kondisi tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi
usaha adalah mewajibkan implementasi good cooperate governance, dan untuk sektor bukan ekonomi bisnis dengan mewajibkan implementasi good governance.
Visi dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU 45. Visi ini mempunyai jangka
waktu tak terbatas, karena sifat dari ” kemajuan” bersifat tergantung dengan waktu. Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan disesuaikan dengan
tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun kedepan. Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari Negara Indonesia, seperti
yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi pembangunan disempurnakan lagi dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan
sebagai tantangan pembangunan. Oleh karenanya, secara lebih fokus, maka misi dari pembangunan adalah menanggulangi kesenjangan, mempersiapkan kompetisi global,
dan menjaga kesinambungan hidup bangsa dengan pola pembangunan untuk rakyat, dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.
Manajemen strategi pembangunan yang diturunkan dari misi diatas adalah ” Strategi Pembangunan Partisipatif”, atau dapat juga disebut sebagai ”Strategi
Pembangunan Pemberdayaan ”. Pembangunan yang partisipatif sendiri diterapkan dalam lima sektor:
1. Sektor Ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar 2. Sektor Politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi
3. Sektor Sosial fokusnya adalah partisipasi sosial 4. Sektor Hukum fokusnya adalah membangun tertib hukum
5. Sektor Administrasi fokusnya adalah membangun good govertnance Pembangunan nasional indonesia mengambil konsep dasar pembangunan
sesuai dengan kondisi terkini dari negara indonesia, yaitu adanya keragaman potensi, kecakapan, keinginan dari setiap daerah di indonesia, dan telah disepakatinya
desentralisasi sebagai pola penyelenggaraan pembangunan, dimana otonomi daerah diletakkan pada tingkat kabupaten dan kota. Dengan demikian konsep dasar
pembangunannya adalah bahwa tugas dari pemerintah nasional adalah menyusun visi, misi, dan strategi pembangunan nasional. Pemerintah Kabupaten dan kota
melaksanakan sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi. Pemerintah Provinsi bertugas untuk menjadi pendamping dan penyelaraskan pembangunan natar daerah
otonom tersebut. Mengingat konsep dasar pembangunan tersebut, maka startegi pembangunan
nasional yang disusun oleh Pemerintah Provinsi adalah menyusun secara rinci secara sektoral strategi-strategi pembangunan dimana setiap daerah dapat memilih sektor
dan strateginya sesuai dengan potensi, kecakapan, dan aspirasi lokal. Jadi, ibaratnya,
strategi pembangunan nasional adalah menu yang lengkap untuk diberikan kepada masyarakat membangun di daerahnya untuk dapat memilih sesuai dengan prioritas
pembangunan di daerahnya masing-masing. Konsep pembangunan desa menjelaskan : pembangunan masyarakat adalah
suatu gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa
inisiatif masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana menggugah dan menumbuhkembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses pembangunan
masyarakat itu sendiri DEPDAGRI. Menurut Islamy 2004 partisipasi masyarakat berarti : 1. memberilkan
kesempatan yang nyata kepada mereka untuk mempengaruhi pembuatan keputusan tentang masalah kehidupan ya ng mereka hadapi sehari-hari dan memperkecil jurang
pemisah antara pemerintah dan rakyat 2. Memperluas pendidikan politik sebagai landasan bagi demokrasi, dengan demikian mereka akan terlatih dalam menyusun
prioritas-prioritas kebutuhan melalui suatu pola kompromi yang sehat 3. Akan memperkuat solidaritas komunitas masyarakat lokal.
Masalah-masalah pembangunan merupakan suatu akibat dari modernisasi politik, pembangunan politik sering dilihat sebagai kapasitas sistem politik untuk
menyelesaikan masalah ini. Pembangunan politik didefinisikan secara sempit sebagai meningkatnya diferensiasi dan spesialisasi struktur politik dan meningkatnya
sekularisasi budaya politik. Pembangunan politik terjadi jika sistem politik berhasil mengatasai tantangan masalah pembangunan negara dan bangsa, distribusi, dan lain-
lain. Makna pembangunan seperti ini secara umum adalah meningkatnya efektivitas dan efisiensi perilaku sistem politik, serta meningkatkan kapabilitasnya.
Bahwa ukuran pembangunan politik adalah rasionalisasi wewenang, diferensiasi struktur, dan perluasan partisipasi massa, keberhasilan pemilihan
pimpinan di berbagai tingkatan wilayah dapat dijadikan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan politik nasional. Sebabnya, unsur-unsur yang terlibat
dalam proses pemilihan pimpinan, baik masyarakat maupun pemerintah, mencerminkan tiga fungsi di atas. Pembangunan politik sebagai kemampuan
penyelesaian masalah yang timbul dari modernisasi, diperlihatkan secara lebih sederhana, meskipun berbeda. Pembangunan politik didefinisikan tidak sebagai suatu
proses dengan tujuan kondisi politik tertentu, tetapi proses yang menciptakan kerangka lembaga untuk menyelesaikan masalah sosial yang terus berkembang. Ini
menandai keinginan untuk menghindari perincian tujuan pembangunan politik seperti menciptakan negara demokrasi liberal atau sosialis.Tapi yang lebih penting
adalah masalah yang diselesaikan menjadi luas dan keluar dari batas-batas perangkat masalah pembangunan.
Menurut J.J. Rousseau Zakaria Bangun, 2008:1 bahwa demokrasi bersipat mutlak dalam penyelenggaraan pemerintah sebuah negara. demokrasi merupakan
sebuah cita-cita sekaligus cara pengelolaan pemerintah sebuah negara secara beradap. Dengan demokrasi segala tindakan penguasa dapat diawasi dan dikontrol
oleh rakyat secara langsung maupun melalui wakil-wakil rakyat parlemen. Dalam negara demokrasi penguasa tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan
tertinggi ada ditangan rakyat aux mains du people. Di negara demokrasi setiap
warga negara mempunyai kedudukkan yang dhadapan pemerintah. Setiap warga negara berhak ikut menentukan kebijakan pemerintah dan mengontrol jalannya
pemerintahan. Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya rakyat dan
cratein yang berarti kekuasaanatau pemerintahan. Demokrasi harus menjadi alat rakyat untuk mencapai tujuan rakyat. Bukan rakyat menjadi alat demokrasi, intansi
demokrasi yang hakiki adalah kekuasaan politik berada ditangan rakyat. Oleh karena itu, demokrasi yang kuat adalah demokrasi yang bersumber dari nurani rakyat untuk
mencapai keadilan dan kesejahteraan bersama. Dalam pandangan ”Cillffod Geertzter” Muhaimin, 1982:11 bahwa satu-
satunya bentuk pembangunan politik yang bermakna adalah pembinaan demokrasi. Bahkan ada berapa orang menekankan pentingnya hubungan ini dan berpendapat
bahwa pembangunan baru bermakna bila dikaitkan dengan suatu ideologi tertentu, apakah demokrasi, komunisme, ataupun totaliterisme. Menurut pandangan ini
pembangunan baru berarti bila dihubungkan dengan penguatan nilai-nilai tertentu, dan usaha untuk berdalih bahwa hal itu tidak relevan adalah sama dengan menipu
diri sendiri. Menggunakan pembinaan demokrasi sebagai kunci bagi pembangunan politik dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memaksakan nilai-nilai dengan
bangsa lain. Masalah hubungan birokrasi dengan pembangunan politik sangat rumit tetapi
karena hal ini merupakan issue penting. Untuk sementara hanya perlu diperhatikan bahwa banyak orang yang berpendapat bahwa pembangunan betul-betul ber beda
dengan demokrasi, dan justru usaha untuk memperkenalkan demokrasi bisa menjadi
hambatan bagi pelaksanaan pembangunan. Banyak mereka merasa bahwa demokrasi itu tidak sesuai dengan pembangunan yang cepat memandang pembangunan hampir
semata-mata dalam artian ekonomis dan tertib sosial. Muhaimin, 1982:11
Konsep pembangunan politik mengandung pengertian sebagai berikut: -
Perubahan politik perlu untuk mencapai tujuan khusus, yaitu demokrasi liberal, masyarakat komunis atau negara Islam.
- Suatu proses perubahan umum dalam kawasan politik berkaitan erat dengan
aspek masyarakat lainnya, yaitu, a perluasan dan sentralisasi kekuasaan pemerintah serta diferensiasi dan spesialisasi fungsi dan struktur politik, b
peningkatan partisipasi masyarakat dalam politik, c peningkatan identifikasi masyarakat dengan sistem politik.
- Kemampuan sistem politik dalam a menyelesaikan persoalan-persoalan
pembangunan, dan b mengawali kebijaksanaan baru bagi masyarakat, menyusun struktur baru dan memperbaiki yang lama.
- Kemampuan belajar lebih baik dan bagaimana melaksanakan fungsi politik
dan menyusun struktur politik. Dodd, C.H., 1986:6 Masih ada tafsiran-tafsiran lain mengenai dengan pembangunan politik,
misalnya pandangan yang umum dibanyak wilayah bekas jajahan bahwa pembangunan berarti membangkitkan rasa harga diri dan kebanggaan nasional dalam
hubungan internasional, atau padangan yang lebih umum di negara-negara maju bahwa pembangunan politik harus mengarah pada jaman purna-nasionalisme post-
nationalism dimana negara bukan lagi merupakan unit utama kehidupan politik.
Pembahasan itu sudah cukup banyak untuk menunjukkan kepada kita : pertama, tingkat kekacauan yang ada dalam hal istilah pembangunan politik, dan kedua,
dibalik kekacauan itu masih ada kemungkinan membentuk dasar persetujuan tertentu yang lebih kokoh. Tanpa mencoba untuk mempertahankan salah satu orientasi
filosofis atau kerangka teori tertentu, sangat bermanfaat untuk meneliti berbagai definisi atau pandangan yang dibahas untuk mencari ciri-ciri pembangunan politik
yang paling dapat diterima umum dan paling fundamentil dalam pemikiran umum mengenai masalah-masalah pembangunan politik.
Ciri pokok pertama yang ditunjukan oleh kebanyakan konsep-konsep adalah semangat dan sikap umum terhadap persamaan equality. Dalam kebanyakan
pandangan mengenai hal ini, pembangunan politik betul-betul berkenaan dengan masalah partisipasi massa dan terlibatan rakyat dalam kegiatan-kegiatan politik.
Partisipasi mungkin terwujud mobilisasi demogratis atau totaliter, tetapi yang penting adalah bahwa seorang harus menjadi warga negara yang aktif.
Persamaan berarti juga bahwa pemasukan ke dalam jabatan politik harus mencerminkan ukuran pecakapan berdasar prestasi dan bukan pertimbangan-
pertimbangan status berdasarkan sistem sosial tradisionil. Asumsi dalam sistem politik yang sudah maju adalah bahwa orang harus menunjukan jasa yang cukup
untuk menduduki jabatan pemerintahan dan para pejabat pemerintah harus lulus ujian kecakapan yang kompetitif.
Ciri pokok kedua ditemui dalam kebanyakan konsep pembangunan politik itu berkaitan dengan kapasitas atau kesanggupan dari suatu sistem politik. Dalam arti
tertentu, kapasitas berkaitan dengan output sistem politik, dan seberapa jauh sistem politik dapat mempengaruhi sistem sosial dan sistem ekonomi. Kapasitas juga
berhubungan erat dengan prestasi pemerintah dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi prestasi itu.
Lebih khususnya kapasitas pertama-tama melibat masalah besarnya, ruang lingkup dan skala prestasi politik dan pemerintah. Sistem yang telah maju dianggap
bisa berbuat lebih banyak dan dapat menjangkau berbagai kehidupan sosial yang lebih luas dari pada sistem yang belum maju.
Kapasitas berarti efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan kebijaksanaan umum. Sistem yang sudah maju dianggap tidak hanya dapat berbuat lebih banyak
dari sistem yang belum maju, tetapi juga dapat bekerja lebi cepat dan teliti. Di sini terdapat kecenderungan kearah profesionalisasi pemerintah. Diperhatikan efisiensi
dan efektivitas mengakibatkan timbulnya ukuran-ukuran prestasi yang diakui secara universal.
Ciri ketiga yang sering muncul dalam diskusi masalah pembangunan politik adalah diferensiasi dan spesialisasi. Jadi segi pembangunan politik ini pertama-tama
menyangkut diferensiasi dan spesialisasi struktur. Jabatan-jabatan dan badan-badan pemerintah masing-masing cenderung memiliki fungsi yang tersendiri dan terbatas,
dan ada persamaan pembagian kerja didalam pemerintahan. Dengan differensiasi timbul peningkatan spesialisasi fungsional dari berbagai
peranan politik dalam sistem tersebut. Diferensiasi juga menyangkut integrasi dari struktur-struktur dan proses-proses yang rumit. Artinya, diferensiasi bukanlah
fragmentasi dan isolasi bagian-bagian yang berbeda dari sistem politik, tetapi spesialisasi yang didasarkan atas suatu pemahaman mengenai integrasi.
Dengan menerima tiga dimensi ini, yaitu persamaan, kapasitas dan diferensiasi, sebagai inti proses pembangunan tidaklah berarti kita menyatakan
bahwa ketiganya mudah ditemukan satu sama lain. Bahkan sebaliknya menurut sejarah, biasanya terjadi ketegangan yang takut antara tuntutan akan persamaan,
kebutuhan akan kapasitas dan proses differensiasi yang lebih besar. Jadi sebetulnya kita dapat membedakan pola-pola pembangunan menurut
sistem yang ditempuh oleh masyarakat dalam usaha menangani segi-segi yang berlainandari gejala pembangunan development syndrome. Dalam pengertian ini
pembangunan bukan proses yang unilinier searah dan menaik, bukan pula proses yang dapat diatur berdasar tahap-tahap yang berbeda tegas, tetapi lebih ditentukan
oleh luasnya cakupan masalah yang timbul, baik secara terpisah-pisah maupun bersama-sama.
Dalam usaha untuk mencari pola dari proses-proses pembangunan yang berbeda ini dapat untuk menganalisa berbagai tipe dari masalah ini, perlu
diperhatikan bahwa masalah-masalah persamaan biasanya berkaitan erat dengan budaya politik dan perasaan-perasaan mengenai keabsahan dan keterikatan pada
sistem; masalah-masalah kapasitas umumnya berkaitan erat dengan prestasi dan struktur-struktur pemerintahan yang memiliki wewenang resmi authoritative; dan
masalah-masalah diferensiasi terutama sekali berkaitan dengan prestasi struktur- struktur yang tidak memiliki wewenang resmi non-authoritative dan dengan proses
politik dalam masyarakat umumnya. Ini berarti pada akhir masalah pembangunan
politik berkisar pada masalah hubungan antara budaya politik, struktur-struktur yang berwenang, dan proses politik umumnya. Muhaimin 1982:16.
5.5. Hubungan antara Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Politik Desa
Tentang tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 telah menjelaskan salah satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah: ” Otonomi Desa dapat menjadi wahana
yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari
pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga masyarakat desa akan memiliki Sense of Belonging dari setiap derap dan hasil
pembangunan di desanya” Partisipasi Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting dalam
pemerintahan demokratis, terutama dalam praktek pemerintahan daerah. Yusran 2006:10 mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan terus menerus dan
aktif dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi kepentingan umum. Partisipasi Masyarakat memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap pembangunan
kehidupan bersama-sama warga desa. Partisipasi pada intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan,
memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai ”pengikutsertaan” atau pengambilan
bagian dalam kegiatan bersama. Pembangunan menyangkut pengertian bahwa manusia adalah objek dan
subjek pembangunan. Karena manusia sebagai subjek pembangunan, maka dia harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu mengajak subjek tadi berpartisipasi aktif
dalam pembangunan. Sering kita mendengar bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak dapat sambutan rakyat, hal ini meminta pemimpin memiliki persepsi yang
tajam dalam mendeteksi keinginan masyarakat untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. Mengapa perlu partisipasi masyarakat dalam mengakses pembangunan?
Karena pembangunan adalah usaha masyarakat sebanyak mungkin ikut serta dengan pemerintah, memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan
menjamin keberhasilan pembangunan. Mengapa pemerintah perlu menghimbau masyarakat? Karena keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi
unsur masyarakat dapat bercorak pasif memang tidak menolak program tapi tidak ada prakarsa atau bercorak aktif menerima malahan aktif mengajak orang lain
memperluas jangkauan pemerataan dan meningkatkan hasil pembangunan. Pembangunan yang meliputi segala aspek segi kehidupan politik, ekonomi,
sosial dan budaya itu baru berhasil apabila kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat di dalam usaha negara. Tidak saja dalam pengambilan kebijakan
tertinggi, perencanaan, pimpinan pelaksanaan operasional, tapi juga petani yang masih tradisional, buruh, nelayan dan lainnya. Telihat tiga aspek dalam rangka
partisipasi pembangunan.
1. Terlibat dan ikut serta rakyat sesuai dengan mekanisme proses politik dalam sebuah negara turut menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah. 2. Meningkatkan artikulasi kemampuan untuk merumuskan tujuan dan arah
serta strategi rencana yang telah ditentukan dalam proses politik 3. Adanya perumusan dan pelaksanaan program-program partisipasi dalam
pembangunan berencana. Menurut pandangan umum, pembangunan politik memang meliputi kegiatan
perluasan partisipasi massa, akan tetapi sangat perlu membedakan kondisi-kondisi yang memungkinkan adanya perluasan tersebut. Dari sudut sejarah, di negara-negara
Barat dimensi pembangunan politik erat bertalian dengan perluasan hak pilih dan pengikutsertaan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat di dalam proses politik.
Proses partisipasi massa ini berarti penyebarluasan pengambilan keputusan, di mana partisipasi tersebut berpengaruh pula terhadap masalah pilihan dan
keputusan.Gaffar, 1989:42
6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis
akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni “Ada Hubungan yang Positif dan Singnifikan antara Partisipasi politik Masyarakat terhadap Pembangunan Desa
di Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau.”
7. Defenisi Konsep
Menurut Singarimbun 1995;33 konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dan sejumlah karakteristik,
kejadian keadaan, kelompok atau individu tertentu
Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep
yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah dikemukakan di atas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam