Pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten atau pihak ketiga mengikutsertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa.
Pelaksanaan pembangunan kawasan pedesaan diatur dengan perda, dengan memperhatikan:
a. Kepentingan masyarakat desa;
b. Kewenangan desa;
c. Kelancaran pelaksanaan investasi;
d. Kelestarian lingkungan hidup;
e. Keserasian kepentingan antar kawasan dan kepentingan umum.
Pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan pemerintah. Perda sebagaimana dimaksud wajib
mengakui dan menghormati hak, asal usul, dan adat istiadat desa.
5.3. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta
dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum
partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama.
Secara umum ada 2 dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, menurut Soetrisno 1995:221, yaitu:
1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat
terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam
defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan
pembangunan. 2.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan
dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya
diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah
dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara
mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka pengertian partisipasi
setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran,yaitu: 1.
Titik berat partisipasi adalah keterlibatan dari mental dan emosional, kehadiran secara fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tampa
keterlibatan tersebut bukanlah merupakan partisipasi. 2.
Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud kontribusi dalam pembangunan dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan, sebuah
pikiran, ketrampilan dan sebagainya.
3. Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.
Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi seperti itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Perkerjaan
partisipasi lebih baik situasinya dari pada lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu: 1.
Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak akan terjadi dalam keadaan mendadak.
2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya.
3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi, partisipasi sesuatu yang
akan menarik perhatian partisipasi atau akan dianggapnya sebagai perkerjaan yang sibuk.
4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk
berpartisipasi secara efektif. 5.
Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan. 6.
Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi; partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada seluruh
organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok. Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki
perspektif yang sangat luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara pisik
maupun mental. Keterlibatan individu dapat dimanifiestasikan dalam berbagai bentuk kontribusi.
Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, yang secara betahap akan
menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal. Partisipasi sendiri diterapkan dalam tiga sektor:
1. Sektor ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar
2. Sektor politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi
3. Sektor sosial dan budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.
Menurut Arnstein dalam Yusran, 2006:11, ada delapan tangga partisipasi masyarakat yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Delapan Tangga Partisipasi Masyarakat
Penjelasan tingkat di atas adalah sebagai berikut: Manipulation bisa diartikan tidak ada komunikasi apalagi dialog, Therapy berarti telah ada komunikasi namun
masih bersifat terbatas inisiatif datang dari atas dan bersifat searah, Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi namun masih bersifat
dua arah, placation berarti komunikasi sudah berjalan dengan baik dan sudah ada negoisasi antara masyarakat dengan pemerintah. Partnership adalah kondisi di mana
pemerintah dan masyarakat adalah mitra sejajar, delegated power berarti bahwa
1 Citizen Control
2 Delegated Power
3 Partnership
4 Placation
5 Consultation
6 Information
7 Teraphy
8 Manifulation
Degree Of Citizen
Power Degree of Tokenism
Non Participation
pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus diri sendiri untuk beberapa keperluannya dan citizen kontrol bermakna bahwa masyarakat
menguasai kebijakan publik, mulai dari perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol.
5.4. Pembangunan Politik Desa