1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa-masa sekarang ini era globalisasi telah mengubah wajah dunia, dengan tuntutan konsumen atas peningkatan kualitas produk dan jasa.
Perkembangan dunia usaha ini dapat memberikan peluang bisnis yang sangat besar tetapi juga memberikan tantangan dan ancaman yang patut
diperhitungkan atau diwaspadai, yaitu berupa persaingan. Salah satu usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan kualitas
hasil produksinya. Perusahaan yang bersaing di pasar global adalah perusahaan yang
mampu menghasilkan produk baik barang maupun jasa yang berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing serta pelayanan yang baik yang dapat
diberikan kepada konsumen. Dalam meningkatkan kualitas produk dan jasa yang akan dihasilkan membutuhkan kerja keras serta keseriusan dalam
menjalankannya. Jika perusahaan tidak melakukan perbaikan atas kualitas produk dan jasa yang dihasilkan maka perusahaan tersebut akan ketinggalan
sehingga perusahaan tersebut akan kalah saing dengan perusahaan- perusahaan yang telah melakukan perbaikan serta pembaharuan atas produk
dan jasa yang dihasilkan. Jika suatu produk dapat memenuhi dan memuaskan konsumen maka
produk tersebut dapat dikatakan sebagai produk yang berkualitas. Jika suatu produk mengalami kerusakan atau kecacatan maka perusahaan perlu
memperhatikan biaya untuk memperbaikinya, biaya yang dimaksud adalah biaya kualitas. Hansen dan Mowen 2009: 272 mendefinisikan biaya kualitas
sebagai aktivitas yang berkaitan dengan kualitas, yang dilakukan karena ada kemungkinan produk yang buruk atau terdapat produk yang buruk. Biaya
kualitas berkaitan erat dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Oleh karena itu, penerapan biaya kualitas harus
dilaksanakan sejak awal proses produksi sampai akhir proses produksi. Penerapan biaya kualitas khususnya dalam pemilihan standar kualitas
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode tradisional dan metode standar kerusakan nol zero defect. Pandangan yang lebih modern mengarah pada
penghilangan produk cacat yaitu dengan zero defect. Zero defect merupakan standar kinerja yang mengharuskan tidak ada produk yang rusak.
Pandangan tradisonal mengenai kesesuaian mengasumsikan bahwa terdapat rentang nilai yang bisa diterima setiap karakteristik spesifikasi atau
kualitas. Nilai target ditetapkan, serta batas atas dan batas bawah ditentukan agar diperoleh penyimpangan produk yang bisa diterima untuk suatu
karakteristik kualitas yang ditentukan. Setiap produk yang ada di dalam batas- batas yang telah ditentukan dianggap sebagai produk tanpa cacat
nondefective Hansen dan Mowen, 2009: 271. Menjaga dan meningkatkan kualitas tidak bisa dianggap mudah atau
enteng dalam sebuah perusahaan, karena hal tersebut mencakup produk maupun biaya-biaya yang dikeluarkan perusahan yang berhubungan dengan
kualitas produk yang dihasilkan. Dengan perusahan menghasilkan suatu
produk yang berkualitas tinggi maka kepuasan pelanggan akan meningkat. Kualitas produk yang baik secara tidak langsung dapat meningkatkan pangsa
pasar dan nilai jual, sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.
B. Rumusan Masalah