31
perjanjian dimana pihak kesatu buruh, mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak lain simajikan untuk suatu waktu tertentu
melakukan pekerjaan dengan menerima upah”. Selanjutnya, Pasal 1601 KUH Perdata huruf b, menentukan tentang
Persetujuan pemborongan kerja adalah “suatu persetujuan bahwa pihak kesatu, yaitu pemborong, mengikatkan diri untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan bagi pihak lain, yaitu pemberi tugas, dengan harga yang telah ditentukan”.
Selain pengertian normatif seperti di atas Imam Soepomo berpendapat, bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana
pihak kesatu pekerjaburuh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah dan pihak kedua yakni majikanpengusaha mengikatkan
diri untuk memperkerjakan pekerja dengan membayar upah
32
.
2.1.2 Syarat Sahnya Perjanjian Kerja
Sebagai bagian dari perjanjian pada umumnya, maka perjanjian kerja harus memenuhi syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Pasal 52 ayat 1 menyatakan: Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
a. Kesepakatan kedua belah pihak; b. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;
c. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan
32
Zainal Asikin. op.cit. h. 51.
32
d. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan.
Selanjutnya KUH Perdata juga mengatur syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu 4. Kausa yang halal.
Pasal 1338 KUH perdata juga berkaitan dengan suatu perjanjian yaitu berbunyi: “Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik.
2.1.3 Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja
Berdasarkan Pasal 52 ayat c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, Suatu Perjanjian harus mempunyai pekerjaan yang diperjanjikan.
Hal tersebut mengandung makna bahwa yang diperjanjiakan dalam suatu perjanjian kerja harus mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah
33
.
33
Hidayat Muharam, 2006, Panduan Memahami Hukum Ketenagakerjaan Serta Pelaksanaan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 4.
33
1. Adanya unsur work atau pekerjaan Suatu perjanjian kerja tersebut haruslah ada suatu pekerjaan yang
diperjanjikan dan dikerjakan sendiri oleh pekerja yang membuat perjanjian kerja tersebut, pekerjaan mana yaitu yang dikerjakan oleh
pekerja itu sendiri, haruslah berdasarkan dan berpedoman pada perjanjian kerja. Pasal 1603 a KUHPer menyatakan “Buruh Wajib
melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya”.
2. Adanya Service atau pelayanan Pasal 1603 b KUHPer, Pekerja wajib melakukan pekerjaan yang
dilakukan sebagai manifestasi adanya perjanjian kerja tersebut, pekerja haruslah tunduk pada perintah orang lain, yaitu pihak pemberi
kerja dan harus tunduk dan di bawah perintah orang lain, si majikan. Dengan adanya ketentuan tersebut, menunjukkan bahwa si pekerja
dalam melaksanakan pekerjaanya berada di bawah wibawa orang lain yaitu si majikan.
3. Adanya unsur upah Dilihat dalam Pasal 1 angka 30 Undang-Undang 13 Tahun 2003
menyatakan definisi dari Upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemeberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarakan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan
34
bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
2.1.4 Pembagian Perjanjian Kerja