19
bekerja sesuatu diluar kehedaknya. Perlindungan ini disebut jaminan sosial.
b. Perlindungan sosial, yaitu suatu perlindungan yang berkaitan dengan
usaha kemasyarakatan, yang tujuannnya memungkinkan pekerja itu mengenyam dan memperkembangkan prikehidupannya sebagai
manusia pada umumnya, dan sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga; atau yang biasa disebut dengan kesehatan kerja.
c. Perlindungan Teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk menjaga pekerja dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh pesawat-pesawat atau alat kerja lainnya
atau oleh bahan yang diolah atau dikerjakan perusahaan; atau yang biasa disebut dengan keselamatan kerja.
21
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan
perlindungan kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.
Selanjutnya hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam masyarakat.
1.7.2 Konsep Tenaga Kerja Kontrak
Tenaga kerja kontrak adalah konsep perjanjian kerja antara pekerjaburuh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam jangka waktu
21
Zainal Asikin, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta. h. 76. Dikutip dari Imam Soepomo, 1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Cet. VI,
Djambatan.
20
berlakunya ditentukan. Bila jangka waktu telah berakhir maka dengan sendirinya terjadi pemutusan hubungan kerja dan para pekerja tidak berhak atas konpensasi.
Selanjutnya konsep perjanjian kerja menurut Wiwiho Soedjono adalah hubungan hukum antar seseorang yang bertindak sebagai pekerjaburuh dengan
seorang yang bertindak sebagai majikan, atau perjanjian perorangan pada suatu pihak dengan lain pihak sebagai majikan, untuk melaksanakan suatu pekerjaan
dengan mendapat upah
22
. Adapun syarat-syarat untuk melakukan kerja kontrak adalah sebagai
berikut: 1.
Perjanjian Kerja Kontrak harus ditulis dan harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dalam Pasal 57 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai berikut: ”perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan
Bahasa Indonesia dan huruf latin.” 2.
Perjanjian Kerja Kontrak yang tidak dibuat tertulis dianggap sebagai Perjanjian Kerja untuk Waktu Tidak Tertentu PKWTT dengan
demikian pekerja menjadi pekerja tetap di perusahaan tersebut sesuai dalam Pasal 57 ayat 2 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan sebagai berikut: perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
22
Wiwiho Soedjono, 1983, Hukum Perjanjian Kerja, Cet. I, Bima Aksara. h. 5.
21
3. Perjanjian Kerja Kontrak tidak mempersyaratkan adanya masa
percobaan sesuai dalam Pasal 58 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai berikut: ”perjanjian kerja
untuk waktu tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.”
4. Apabila dalam Perjanjian Kerja Kontrak ditetapkan masa percobaan
maka akan batal demi hukum sesuai dalam Pasal 58 ayat 2 Undang- undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai
berikut: ”dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, masa percobaan kerja
yang disyaratkan batal demi hukum.” 5.
Perjanjian Kerja Kontrak tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat terus-menerus atau tidak terputus-putus, sesuai dalam Pasal 56
ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai berikut: ”perjanjian kerja dibuat untuk waktu
tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 didasarkan atas: jangka
waktu; atau selesainya suatu pekerjaan tertentu.” Adapun ciri-ciri pekerjaan yang dapat dibuat Perjanjian Kerja untuk
Kontrak adalah sebagai berikut: 1.
Jangka waktu pekerjaan tersebut tertentu atau terbatas 2.
Jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerjaburuh adalah tertentu bersifat, jenisnya dan kegiatanya selesai dalam jangka waktu tertentu
22
3. Pekerjaan yang bukan merupakan kegiatan pokok dari suatu
perusahaan atau hanya merupakan pekerjaan penunjang atau tambahan 4.
Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru atau kegiatan baru atau tambahan yang dalam percobaan atau penjajakan.
Adapun masa berakhirnya Perjanjian Kerja untuk Kontrak adalah sebagai berikut:
1. Untuk Perjanjian Kerja untuk Kontrak adalah yang sekali selesai dan
predictable maka perjanjian kerja untuk waktu tertentu diadakan untuk paling lama dua tahun dan hanya boleh diperpanjang satu kali untuk
jangka waktu paling lama satu tahun. Pembaruan perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat diadakan satu kali dan paling lama
dua tahun. 2.
Apabila perjanjian kerja untuk kontrak diakhiri oleh salah satu pihak sebelum berakhirnya perjanjian kerja untuk kontrak, maka pihak yang
mengakhiri harus mengganti rugi sebesar upah pekerja sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja dan sebaliknya jika
kewajiban ganti rugi itu tidak terjadi apabila pekerjaan yang diprediksikan untuk jangka waktu tertentu lebih cepat diselesaikan.
Bila demikian maka perjanjian kerja untuk kontrak dibuat akan berakhir dengan sendirinya sesuai dalam Pasal 62 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai berikut: ”apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja
23
waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat 1, pihak yang
mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerjaburuh sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.” Jika sampai perjanjian kerja untuk kontrak itu pekerjaan belum selesai juga
selesai maka dapat dilakukan pembaharuan perjanjian kerja untuk kontrak¸ pembaharuan perjanjian kerja untuk kontrak tersebut dapat dilakukan setelah
melebihi masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Konsekuensinya selama 30 hari masa tenggang waktu tidak ada hubungan kerja
antara pekerja dengan pengusaha. Keberadaan pegawai non pegawai negeri sipil yang bekerja di instansi
pemerintah telah berlangsung sejak awal kemerdekaan. Walaupun mereka bekerja pada tempat dan pekerjaan yang sama dengan pegawai negeri sipil, namun yang
membedakan mereka terletak pada status hukumnya. Jadi seorang dikatakan sebagai pegawai negeri atau bukan pegawai negeri tidak terletak pada jenis
pekerjaannya namun pada status hukum yang melekat pada masing-masing pegawai.
Pengertian pegawai non Pegawai Negeri Sipil tidak ditemukan dalam literatur hukum kepegawaian. Namun dapat ditarik suatu pengertian mengenai hal
tersebut dengan menafsirkan secara terbalik dari pengertian pegawai negeri. Bila Logemann mengatakan bahwa pegawai negeri adalah seseorang yang
mengikatkan dirinya kepada perintah negara atau pemerintah dalam suatu hubungan dinas publik, maka dengan demikian pegawai non pegawai negeri sipil
24
adalah seseorang yang bekerja kepada negara bukan berdasarkan hubungan dinas publik.
Sedangkan bila kita merujuk kepada pengertian pegawai negeri yang dibuat oleh undang-undang, maka kita juga dapat memberikan pengertian kepada
pegawai non pegawai negeri sipil sebagai seseorang yang bekerja kepada negara atau pemerintah dalam hubungan hukum atau pengertian yang berbeda dengan
pegawai negeri sipil. Dengan kata lain, mereka yang bekerja di pemerintah dengan dasar yang berbeda dengan pegawai negeri sipil adalah pegawai non pegawai
negeri sipil. Dengan pengertian tersebut di atas maka pegawai non pegawai negeri sipil
bentuknya bisa bermacam-macam, tergantung dengan kebutuhan instansi tersebut. Sastra Djatmika dan Marsono menyebutkan golongan-golongan pekerja yang
tidak termasuk pegawai negeri tersebut, yakni a pejabat negara, b pekerja, c pegawai dengan ikatan dinas lebih tepat perjanjian kerja berdasar ketentuan-
ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Sipil, d pegawai dengan ikatan dinas untuk waktu terbatas, e pegawai bulanan menurut Pasal 20 ayat 2 PGPS
1968, f pegawai desa, dan g pegawai perusahaan umum
23
. Pegawai-pegawai non PNS sebagaimana diatas diperkerjakan tidak secara tetap atau dalam jangka
waktu tertentu baik secara harian, bulanan atau beberapa tahun.
23
Sastra Djatmika, 1990, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Penerbit Djambatan, Cetakan Kedelapan, Jakarta, h. 15
25
1.8 Metode Penelitian