Tujuan Penelitian : Manfaat Penelitian Landasan Teoritis

11 kabupaten Konawe dalam kurun waktu lima tahun terakhir ? dan permasalahan yang ke 2. Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor roda dua di kabupaten Konawe ?. Dalam skripsi yang kedua ini menggunakan metode penelitian hukum empiris. Adapun tujuan mencantumkan penelitian tersebut agar bisa dijadikan perbandingan, sehingga orisinalitas tulisan yang penulis buat dapat dipertanggung jawabkan.

1.5 Tujuan Penelitian :

Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan, apa yang hendak dicapai oleh peneliti. Yang biasanya disusun secara hierarkhis menurut urutan prioritas. 10 Maka dari itu ada 2 dua tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. a. Tujuan Umum : Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor di Polsek Kuta yang terjadi di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yang selama ini kasus tersebut dalam putusannya belum dapat memenuhi rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. b. Tujuan Khusus : Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini sesuai permasalahan yang dibahas adalah : 10 Soerjono Soekanto, 2010, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, hal 18. selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I. 12 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor di Polsek Kuta. 2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor bagi pelaku di Polsek Kuta.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari suatu hasil penelitian, diharapkan ada dua manfaat, baik manfaat yang bersifat teoritis maupun manfaat praktis. a. Manfaat Teoritis dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana. b. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu memberikan kontribusi dan sumbangan pengetahuan bagi penegak hukum khususnya Polisi Sektor Kuta dalam menentukan sanksi pidana terhadap kasus pencurian kendaraan bermotor di Polsek Kuta.

1.7. Landasan Teoritis

Teori diperlukan untuk menerangkan dan menjelaskan secara spesifik suatu proses tertentu yang terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak 13 benarannya. 11 Teori juga merupakan alur penalaran atau logika flow of reasoniclogic, yang terdiri dari seperangkat konsep atau variabel, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. 12 Landasan teoritis merupakan dukungan teori, konsep, asas, dan pendapat- pendapat hukum dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. 13 Oleh sebab itu sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan, maka terlebih dahulu dikemukakan beberapa pasal dalam Peraturan perundang-undangan dan beberapa teori berupa pendapat para ahli yang relevan dengan permasalahan yang diteliti yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk menentukan asumsi. Dalam kaitannya dengan penulisan skripsi ini, adapun teori-teori yang dipergunakan sebagai pisau analisis yaitu: 1. Teori Kriminologi Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata Crime artinya kejahatan dan Logos artinya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu kriminologi dapat diartikan secara luas dan lengkap sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. 14 Menurut Moelijatno menyatakan bahwa kriminologi merupakan ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan kelakuan-kelakuan jelek serta tentang orang- 11 J.J.JM. Wuisaman, 1996, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, h.203 12 J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, h. 194 13 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju Bandung, h. 141 14 Abdul Syani, 1987, Kejahatan dan Penyimpangan Suatu Perspektif Kriminilogi, Bina Aksara, Jakarta, h. 18. 14 orang yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan-kelakuan jelek itu. 15 Dengan kejahatan yang dimaksud pada pelanggaran, artinya perbuatan menurut undang- undang diancam dengan pidana dan kriminalitas merupakan bagian masalah manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Rusli Effendy menyatakan bahwa disamping ilmu hukum pidana yang juga dinamakan ilmu tentang hukumnya kejahatan, ada juga ilmu tentang kejahatan itu sendiri yang dinamakan kriminologi, kecuali obyeknya berlainan dan tujuannya pun berbeda. 16 Hukum pidana adalah peraturan hukum yang mengenai kejahatan atau yang berkaitan dengan pidana dengan tujuan ialah agar dapat dimengerti dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya sedangkan obyek kriminologi adalah kejahatan itu sendiri, tujuannya mempelajari apa sebabnya sehingga orang yang melakukan dan upaya penanggulangan kejahatan itu. Sehubungan. dengan pengertian tersebut maka tepatlah apa yang kemukakan oleh Rusli Effendi bahwa kriminologi itu meliputi : a. Etiologi Kriminal adalah cabang ilmu kriminologi yang secara. khusus mempelajari sebab ‑ sebab atau latar belakang, penjelasan dan korelasi kejahatan, cabang ilmu ini lazimnya mencakup : biologi kriminal, psikologi kriminal, psikiatri kriminal, maupun sosiologi hukum pidana. b. Fenomenologi kriminal adalah merupakan cabang ilmu kriminologi dari mempelajari tentang bagaimana perkembangan kejahatan dan gejalanya. c. Victimologi kriminal adalah cabang kriminologi yang secara khusus mempelajari tentang akibat yang timbul dari suatu kejahatan korban kejahatan d. Penologi adalah ilmu tentang penghukuman dalam arti yang sempit, namun ilmu ini adalah merupakan salah satu cabang kriminologi yang membahas konstruksi undang ‑ undang hukum pidana, penghukuman dan administrasi sanksi pidana. 17 15 Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, h. 36. 16 Rusli Effendy, 1983, Ruang Lingkup Kriminologi, Alumni, Bandung, h. 10. 17 Ibid, h. 11. 15 Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial, sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang masih muda, oleh karena kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan hukum khusunya dalam hukum pidana. Meskipun tergolong ilmu yang masih baru, namun perkembangan kriminologi tampak begitu pesat, hal ini tidak lain karena konsekuensi logis dari berkembangnya pula berbagai bentuk kejahatan dalam masyarakat. Perkembangan kejahatan bukanlah suatu hal yang asing, oleh karena sejarah kehidupan manusia sejak awal diciptakan telah terbukti mengenal kejahatan. Apalagi pada saat seperti sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi justru memberi peluang yang lebih besar bagi berkembangnya berbagai bentuk kejahatan. Atas dasar itulah maka kriminologi dalam pengaktualisasian dirinya berupaya mencari jalan untuk mengantisipasi segala bentuk kejahatan serta gejala ‑ gejalanya. Selanjutnya Soerjono Soekanto menyatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan mengenai sikap tindak kriminal. Sehubungan itu beliau menjelaskan pula bahwa Kriminologi modern berakar dari sosiologi, psikologi, psikiatri dan ilmu hukum yang ruang lingkupnya meliputi : a. Hakekat, bentuk-bentuk dan frekuensi-frekuensi perbuatan kriminal sesuai dengan distribusi sosial, temporal dan geografis. b. Karakteristik fisik, psikologis, sejarah serta. sosial penjahat dan hubungan antara. kriminalitas dengan tingka laku abnormal lainnya. c. Karakteristik korban kejahatan. d. Tingkah laku non kriminal anti sosial, yang tidak semua masyarakat dianggap, sebagai kriminalitas. e. Prosedur sistem peradilan pidana f. Metode hukuman, latihan dan penanganan narapidana g. Struktur sosial dan organisasi lembaga-lembaga penal 16 h. Metode-metode pengendalian dan penanggulangan kejahatan i. Metode-metode identifikasi kejahatan dan penjahat j. Studi mengenai asas dan perkembangan hukum pidana serta. sikap umum terhadap kejahatan dan penjahat. 18 2. Teori kepastian Hukum Teori Kepastian Hukum diungkapkan oleh Gustav Radbruch dalam Theo Huijbers yang menyatakan bahwa : Hubungan antara keadilan dan kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi keamanan dalam negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi begitu besar, sehingga tata hukum itu nampak tidak adil pada saat itu tata hukum itu boleh dilepaskan. 19 Dengan adanya suatu kepastian hukum, maka tujuan dari hukum yaitu keadilan akan dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan skripsi ini, maka peraturan perundang-undangan yakni Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk selanjutnya disingkat KUHP harus diterapkan dengan tujuan untuk mewujudkan kepastian hukum demi keamanan masyarakat pada umumnya dan khususnya masyarakat di Kecamatan Kuta Selatan. Sedangkan unsur keadilanpun harus diterapkan dengan memperhatikan faktor-faktor penyebab terjadinya kasus pencurian kendaraan bermotor tersebut. Dengan demikian keadilan akan dapat tercermin dalam penerapan sanksi pidana terhadap kasus tersebut. 18 Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, h. 27. selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II. 19 Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta, h. 163 17 3. Teori Efektivitas Diperlukannya teori efektivitas hukum ini didalam masyarakat, karena efektivitas hukum adalah daya kerja hukum dalam mengatur dan memaksa masyarakat law as social control. Dalam bukunya Soerjono Soekanto dikemukakan bahwa untuk berlakunya suatu aturan hukum harus memenuhi 3 tiga syarat yaitu : 1. Kaedah hukum berlaku secara filosofis 2. Kaedah hukum berlaku secara yuridis 3. Kaedah hukum berlaku secara sosiologis 20 Berlakunya kaedah hukum secara yuridis, mengandung pengertian bahwa aturan hukum yang ada harus didasarkan pada kaedah hukum yang lebih tinggi 21 . Berlakunya kaedah hukum secara sosiologis artinya kaedah hukum tersebut berlaku dalam masyarakat sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana kaedah hukum tersebut dapat dipaksakan berlakunya oleh penguasa teori kekuasaan, ataupun karena adanya pengakuan dan penerimaan oleh masyarakat kepada siapa kaidah hukum tersebut diberlakukan teori pengakuan. Pada dasarnya adanya suatu kaedah hukum tersebut diakui dan diterima oleh masyarakat dengan tanpa perlu dipaksakan oleh penguasa apabila memang sudah dirasakan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma hidup dan kehidupan dari 20 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawali Press, Jakarta, h. 72. selanjutnya disebut Soerjono Soekanto III. 21 Ibid, h. 78 18 masyarakat yang bersangkutan 22 . Sedangkan berlakunya kaedah hukum secara filosofis artinya suatu kaedah hukum harus berdasarkan pada cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi 23 . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam masyarakat yaiu : 1. Kaidah hukum atau peraturan hukum itu sendiri 2. Petugas atau penegak hukumnya 3. Sarana dan fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum 4. Kesadaran masyarakat 24 . Maka sangat penting Menurut Ravianto bahwa pengertian efektivitas itu adalah “ Seberapa baik orang melakukan pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif” 25 . 1.8. Metode Penelitian 1.8.1. Jenis Penelitian