33 -
Delik Communia, yaitu tindak pidana yang dapat dilakukan oleh semua orang delicta communia.
- Delik propria, yaitu tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh
orang yang berkualitas tertentu delicta propria. Misalnya, pegawai negeri pada kejahatan jabatan, atau nakhoda pada kejahatan
pelayaran dan sebagainya.
2.3. Pengertian Pencurian
Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang marak sekali terjadi. Kejahatan terhadap harta benda ini adalah berupa perkosaan atau
penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain bukan milik petindak. Jenis-jenis kejahatan terhadap harta benda orang dimuat
dalam buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, yaitu: 1.
Pencurian diefstal, diatur dalam Bab XXII. 2.
Pemerasan dan pengancaman afpersing dan afdreiging, diatur dalam Bab XXIII.
3. Penggelapan versduistering, diatur dalam Bab XXIV.
4. Penipuan bedrog, diatur dalam Bab XXV.
5. Penghancuran dan perusakan benda vemieling of beschadiging van
goederen, diatur dalam Bab XXVII. 6.
Penadahan heling, diatur dalam Bab XXX.
45
Menurut sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jenis-jenis kejahatan yang termasuk dalam golongan ’’kejahatan yang ditujukan terhadap hak
milik dan lain- lain hak yang timbul dari hak milik”, adalah kejahatan-kejahatan:
1. Pencurian.
2. Pemerasan.
3. Penggelapan.
45
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Harta Benda. Bayumedia, Malang, 2006, selanjutnya disingkat Adami Chazawi II, h. 1.
34 4.
Penipuan. 5.
Pengerusakan.
46
Pada umumnya kejahatan tersebut merupakan tindak pidana formil yang berarti perbuatannya yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang.
Diantara kejahatan-kejahatan terhadap milik orang, yang paling marak terjadi di Indonesia adalah pencurian.
Tindak pidana pencurian pertama yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP ialah tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok, yang memuat semua
unsur dari tindak pidana pencurian. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok itu diatur dalam Pasal 365 KUHP yang rumusan aslinya berbahasa Belanda.
Kemudian beberapa sarjana meterjemahkan rumusan tersebut dengan versinya masing-masing.
R. Sugandhi menterjemahkan Pasal 365 KUHP yaitu “Barang siapa
mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena
melawan hukum dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-
banyaknya sembilan ribu rupiah”.
47
Menurut R. Soesilo, pasal 362 KUHP diterjemahkan sebagai berikut: “Barang siapa mengambil suatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk
kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 9000,- ”.
48
46
P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan Yang Ditujukan Terhadap Hak Milik Dan Lain-Lain Hak Yang Timbul Dari Hak Milik. Tarsito,
Bandung, 1979, h. 7.
47
R. Sugandhi, op.cit., h. 376.
48
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP Serta Komentar-Komentamva
35 Pasal 365 KUHP diterjemahkan menurut Moch. Anwar adalah:
’’Barang siapa mengambil barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
dengan maksud untuk memiliki barang itu secara melawan hukum, dihukum karena melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan tahun atau denda sebanyak-banyaknya 15 kali enam puluh rupiah”.
49
Terjemahan pasal 365 KUHP menurut R. Sugandhi, R. Soesilo dan Moch. Anwar memiliki kesamaan versi, namun ada beberapa sarjana memiliki
pandangan tersendiri walaupun pada prinsipnya menjelaskan tentang pencurian dalam bentuk pokok. Menurut P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir pasal 362
KUHP diterjemahkan sebagai berikut: Barang siapa mengambil suatu benda, yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia dihukum karena salahnya melakukan
pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah.
50
Dilihat dari rumusan tersebut, segera dapat kita ketahui bahwa pencurian itu merupakan delik yang dirumuskan secara formil atau yang disebut juga delict
met formele omschrijving, dimana yang dilarang dan diancam dengan hukuman itu adalah suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah perbuatan mengambil atau
wegnemen. Berbeda dengan terjemahan pasal 362 KUHP menurut P. A. F. Lamintang
dan Djisman Samosir, dimana didalam terjemahannya diatas, P. A. F. Lamintang
Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor. 1990. h. 249.
49
Moch. Anwar. Hukum Pidana Bagian Khusus KUHP Buku II. Alumni, Bandung, 1980, h. 17.
50
P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir, op.cit., h. 49.
36 dan Djisman Samosir dengan sengaja menterjemahkan ”zich toeeigenen” itu
dengan menguasai” yang mana mempunyai pengertian berbeda dengan ’’memiliki” yang ternyata sampai saat sekarang banyak dipakai dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, walaupun benar bahwa perbuatan ’’memiliki” itu sendiri termasuk
didalam pengertian ”zich toeeigenen” seperti yang dimaksudkan didalam pasal 362 KUHP.
51
Mengenai hal ini lebih lanjut akan dibicarakan pada pembahasan berikutnya.
2.4. Unsur-unsur pencurian.