Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, merupakan sesuatu yang sangat sulit bagi Pemerintah dalam menjalankan programnya. Dewasa ini, demikian banyak gangguan yang melanda kehidupan masyarakat terutama dalam bidang-bidang perekonomian. Misalnya, dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari baik kebutuhan sandang, pangan dan papan. Setiap orang memiliki kebutuhan hidup yang berbeda-beda dan bagi sebagian orang wajib memberikan nafkah kepada keluarganya. Sehingga masyarakat akan merasa terdesak oleh kebutuhannya sendiri. Dengan demikian, setiap orang akan berpacu secara terus menerus dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Melihat fenomena ini, maka akan terjadi benturan kepentingan antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya tindak kejahatan dalam masyarakat Berbagai macam kejahatan yang dapat terjadi dan ditemui didalam masyarakat pada setiap saat maupun pada semua tempat. Pelaku kejahatan selalu berusaha memanfaatkan waktu yang luang dan tempat yang memungkinkan untuk menjalankan aksinya. Tujuan yang ingin mereka capai hanya satu yaitu memperoleh uang yang diinginkan dengan kejahatannya. Suatu kejahatan atau tindak pidana, umumnya dilakukan pelaku kejahatan karena didorong atau dimotivasi oleh dorongan pemenuhan kebutuhan 2 hidup yang relative sulit dipenuhi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tinggi memberi peluang tindak pidana makin tinggi dan meningkat kualitasnya termasuk pelanggaran pidana yang semakin bervariasi. Seperti halnya yang terjadi di Provinsi Bali yaitu pencurian kendaraan bermotor di Polsek Kuta. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung yakni dikarenakan daerah Kuta merupakan daerah pariwisata yang sangat diperhatikan oleh Pemerintah, baik Pemerintah Provinsi Bali maupun Pemerintah Pusat. Disamping itu pula, daerah Kuta juga menjadi perhatian masyarakat Bali, masyarakat di seluruh Indonesia dan mancanegara. Dengan demikian daerah Kuta menjadi pusat perhatian masyarakat Bali maupun wisatawan. Apabila terjadi tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kecamatan Kuta ini, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat Kuta maupun wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Sehingga dampak yang diterima oleh masyarakat Bali sangat terasa yaitu dampak berkurangnya wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung atau menikmati indahnya pantai Kuta serta wisatawan yang mencari hiburan malam dan lain-lain. Peristiwa pencurian kendaraan bermotor ini memberikan dampak yang dapat meresahkan wisatawan dan masyarakat lokal. Oleh karena itu, maka sangat penting untuk diadakan penelitian di Kecamatan Kuta. Sebagaimana dimuat dalam media elektronik bahwa Polsek Kuta akhir pekan lalu berhasil meringkus seorang begal motor berinisial GJP berasal dari Koja, Jakarta Utara yang merampas motor milik seorang tukang ojek, Khairudin berusia 33 tahun di Jalan Kunti, Desa Seminyak, Kecamatan Kuta Selatan. Dalam 3 kasus ini, pelaku memaksa korban untuk diantarkan ke suatu tempat dan melancarkan aksinya dengan memukul dan merampas motor korban di tempat sepi. Pada saat itu, korban ditampar tiga kali kemudian dipukul dan ditendang, kemudian pelaku lari. Pada akhirnya, pelaku ditangkap di sekitar Kuta saat membawa sepeda motor yang pelat nomornya telah dibongkar. Dalam peristiwa ini, pelaku melakukan begal karena faktor ekonomi dimana dirinya sudah lama menganggur. 1 Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor lainnya juga terjadi di Kecamatan Kuta Selatan yakni di Jalan Kunti Gang Kelapa Seminyak, Kuta. Dalam kasus ini, terjadi pada Minggu tanggal 15 Pebruari 2015 sekitar pukul 05.30 wita, awalnya Haerudin berada di Jalan Popies II Kecamatan Kuta tiba-tiba, dia didatangi tersangka dan menyuruh korban mengantarnya naik motor. Awalnya korban menolak, namun tersangka memaksa dan langsung mengambil kunci motor Yamaha Vega ZR DK 3751 IJ milik korban. Selanjutnya, korban disuruh naik dan tersangka langsung tancap gas meninggalkan tempat tersebut. Setibanya di Jalan Kunti Gang Kelapa, korban minta turun. Saat itulah, tersangka memukul korban hingga jatuh dari atas motor. Selanjutnya, motor tersebut langsung dibawa kabur dan meninggalkan korban di jalan. korban lalu melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Kuta. 2 . Dalam hal ini, berbeda dengan pelaku begal di Kuta, Bali ini, Dewi Puspita Sari namanya. Selain perempuan, dia juga memiliki cara lain merampas motor korbannya yakni dengan cara mengajak korban melakukan hubungan intim 1 Republika.co.id, Bali Antisipasi Begal Motor, tanggal 10 Maret 2015, Pk. 13.42 wita. 2 Kerta Negara, Pelaku Begal Motor Diamankan Polisi, Bali Post, Tanggal 5 Maret 2015, hal. 8. 4 disebuah penginapan, dipuaskanlah kebutuhan birahi korban sampai lelah dan tertidur. Setelah itu, janda beranak satu ini langsung membawa kabur motor korban. Jika korban terbangun, dia berdalih hanya meminjam motor untuk pergi ke warung membeli rokok atau minuman. Walaupun caranya ini terbilang ekstrem dengan mengajak korban berhubungan intim. Namun, kepada polisi dia mengaku selalu membawa kondom disetiap ingin melancarkan aksinya. Alasannya, ia tak mau tertular jika sang korban memiliki penyakit kelamin. Selain itu, perempuan berusia 26 tahun ini mengaku selektif dalam memilih korbannya, selain melihat merk motor apa yang dipakai korban, dia juga melihat fisik sang korban, apakah memenuhi seleranya atau tidak. 3 Selain kasus tersebut diatas, tindak pidana pencurian kendaraan bermotor juga terjadi di daerah Kuta tetapi pelakunya adalah seorang perempuan. Pelaku begal yang tertangkap polisi umumnya berjenis kelamin pria ditambah dengan memiliki fisik yang menyeramkan layaknya potongan penjahat pada umumnya. Fisik yang menyeramkan tersebut sesuai dengan cara sadis mereka saat bekerja, mengancam dengan senjata tajam seperti pisau, samurai bahkan senjata api. Jika pengendara motor melawan, tak segan para begal akan melukai korban bahkan banyak yang terluka sampai tewas. Sebagaimana kasus-kasus yang dijelaskan diatas bahwa tindak pidana pencurian kendaraan bermotor lebih banyak terjadi di Kepolisian Sektor Kuta. Untuk menanggulangi kejahatan dan tindak pidana demikian itu dibutuhkan kebijakan penindakan dan antisipasi yang menyeluruh. Tindak pidana yang semakin pelik dan rumit dengan dampak yang luas, dewasa ini menuntut penegak 3 Rizky Adwika, Rampas Motor Begal Pakai Samurai, Janda Ini Pakai Tubuh, Merdeka.com, Kamis, Tanggal 26 Pebruari 2015, Pk. 07.43 wita. 5 hukum oleh aparat yang berwenang menerapkan sanksi hukum dan kebijakan penegakan yang tepat guna, sesuai hukum yang berlaku yang dampaknya diharapkan dapat mengurangi sampai batas minimum tindak pidana begal tersebut. Penegakan hukum terhadap ketentuan undang-undang hukum pidana tujuannya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dengan menekan semaksimal mungkin adanya pelanggaran hukum dan tindak pidana yang merugikan masyarakat, baik moril maupun materiil bahkan jiwa seseorang. Para pelaku tindak pidana begal dapat melakukan aksinya dengan berbagai upaya dan dengan berbagai cara. Keadaan seperti itu menyebabkan kita sering mendengar “modus operandi” model pelaksanaan kejahatan yang berbeda-beda antara kejahatan satu dengan lainnya. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, modus operandi para penjahat juga mengarah kepada kemajuan ilmu dan teknologi. Faktor-faktor yang melatarbelakangi kejahatan, menurut Mulyana W. Kusumah pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam 4 empat golongan faktor, yaitu: 1. Faktor dasar atau faktor sosio-struktural, yang secara umum mencakup aspek budaya serta aspek pola hubungan penting didalam masyarakat. 2. Faktor interaksi sosial, yang meliputi segenap aspek dinamik dan prosesual didalam masyarakat, yang mempunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak individu dalam hubungan dengan kejahatan. 3. Faktor pencetus precipitating factors, yang menyangkut aspek individu serta situasional yang berkaitan langsung dengan dilakukannya kejahatan. 4. Faktor reaksi sosial yang dalam ruang lingkupnya mencakup keseluruhan respons dalam bentuk sikap, tindakan dan kebijaksanaan. yang dilakukan secara melembaga oleh unsur-unsur sistem peradilan pidana khususnya dan variasi respons, yang secara “informal” diperlihatkan oleh warga masyarakat. 4 4 Mulyana W. Kusumah, Clipping Service Bidang Hukum, Majalah Gema, 1991. hal. 14 6 Dalam Hukum Pidana dikenal asas legalitas, asas ini dapat disebut sebagai dasar dalam hukum pidana di Indonesia. Asas ini berarti bahwa tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya, atau dalam bahasa latinnya ”Nullum Delictum nulla poena sine legipoenali”. 5 Dalam hal ini, terdapat dua hal yaitu : a. Jika sesuatu perbuatan yang dilarang diperbuat orang, maka perbuatan itu harus termasuk dalam ketentuan-ketentuan undang-undang pidana. b. Ketentuan tersebut tidak boleh berlaku surut, dengan satu kekecualian demi keuntungan si tersangka. 6 Berbagai kejahatan begal yang ada di Polsek Kuta memang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana umum. Walaupun dalam prakteknya, tidak jarang pula terjadi tumpang tindih pada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Seperti dapat kita lihat pada kejahatan korupsi, kejahatan ekonomi, dan kejahatan subversi. Dimana ketiganya sebenarnya juga mengacaukan perekonomian Negara. Dalam kejahatan korupsi memang ditegaskan unsur “mengacaukan perekonomian dan keuangan Negara”, demikian pula pada tindak pidana ekonomi. Sementara itu, pada tindak pidana subversi terdapat unsur perbuatan yan g “menghambat industri dan distribusi” yang dilakukan oleh Negara. Selanjutnya pada tindak pidana umum, juga kita dapatkan beraneka ragam atau macamnya, di mana salah satunya adalah tindak pidana pencurian. Menurut Poerwadarminta, dalam kamus umum bahasa Indonesia, mengatakan sebagai berikut: “ Pencuri berasal dari kata dasar curi; yang berarti berbagai-bagai perkara pencurian, sedang arti dari pada 5 R. Achmad Soemadi Pradja, 1982, Asas-asas Hukum Pidana, Alumni, Bandung, h. 57. 6 Ibid. h. 58. 7 pencurian adalah perkara perbuatan dan sebagainya mencuri mengambil milik orang tidak dengan jalan yang sah ”. 7 tindak pidana pencurian yang ada dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Selanjutnya disingkat dengan KUHP juga dibagi menjadi beberapa macam antara lain tindak pidana pencurian sesuai dengan ketentuan Pasal 362 KUHP atau pencurian biasa, tindak pidana pencurian dengan pemberatan sesuai yang diatur dengan Pasal 363 KUHP, tindak pidana pencurian ringan seperti yang ditentukan dalam Pasal 364 KUHP, tindak pidana pencurian dalam keluarga serta tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan sesuai dengan ketentuan Pasal 365 KUHP ditambah dengan tindak pidana pencurian dengan pemberatan sesuai ketentuan Pasal 363 KUHP, dimasukkan kedalam pencurian yang dikualifikasikan oleh akibatnya. Didalam penelitian ini, fokus masalah akan diarahkan kepada pencurian khusus yang diatur dalam Pasal 365 KUHP, yang pada intinya memiliki maksud untuk melakukan pencurian, yaitu kasus begal wanita. Dalam hal ini, perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang mendahului pengambilan barang. Misalnya : mengikat penjaga rumah, memukul dan lain-lain. 8 Maksud untuk “mempermudah pencurian”, yaitu pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Misalnya: menodong agar diam, tidak bergerak, sedangkan si pencuri lain mengambil barang-barang dalam rumah Pasal 365 ayat 1 KUHP. Sementara itu, menurut M Sudradjat Bassar hal-hal yang dapat memperberat ancaman hukuman pelakunya adalah apabila dalam 7 W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, 1976, hal. 3 8 M. Sudradjat Bassar, 1996, Tindak -tindak Pidana tertentu Di Dalam KUHP, Remaja Karva, Bandung, hal. 71. 8 perbuatannya terkandung pula hal-hal yaitu melakukan pencurian di jalan umum atau dalam kereta api yang sedang berjalan, mobil atau bus umum Pasal 365 ayat 2 KUHP. 9 Alasan yang memberatkan hukuman ini, adalah bahwa ditempat- tempat tersebut si korban tidak mudah mendapatkan pertolongan orang lain dan apabila perbuatan menyebabkan orang luka berat atau berakibat matinya orang. Dapat diancam dengan pidana mati, penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara. Dengan demikian, fokus penelitian ini hanya ditujukan pada pencurian kendaraan bermotor yang dibarengi dengan kekerasan terhadap pemilik motor atau orang lain yang diserahi pemilik sebelum dan sesudah perbuatan pencurian dengan kekerasan tersebut dilakukan. Oleh karena itu penulis menyusun skripsi ini yang berjudul “PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR Studi Kasus di Kepolisian Sektor Kuta Kabupaten Badung ”.

1.2. Rumusan Masalah