Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN

MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan daya tarik wisata telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan 7 tujuh penelitian sebelumnya yang relevan sebagai referensi penelitian ini yaitu, Budiarta 2010, Antara 2011, Darsana 2011, Rero 2011, Annisa 2013, Tafaewasi 2013, dan Wija Antara 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Budiarta 2010 dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan meliputi: 1 strategi pengembangan produk wisata budaya, diimplementasikan melalui program- program seperti mengembangkan dan menciptakan berbagai macam atraksi wisata budaya dan melestarikan keaslian daya tarik wisata budaya yang ada; 2 strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan melalui program menjaga keamanan daya tarik wisata budaya yang ada oleh masyarakat dan petugas dari kepolisian; 3 strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata. Strategi ini diimplementasikan dengan program menyediakan dan memelihara fasilitas kamar manditoilet, fasilitas parkir, memperbaiki jalan alterrnatif dari Desa Sawan menuju Desa Pegayaman, menyediakan fasilitas akomodasi, menyediakan fasilitas rumah makan, dan membangun pasar seni; 4 strategi promosi dilakukan dengan memperluas pangsa pasar ke Asia, Australia, Amerika Serikat dan Afrika. Mendirikan tourist information services TIS di sekitar Pura Beji. Bekerja sama dan melakukan promosi ke BPW agar daya tarik wisata tersebut dimasukkan dalam program wisata tour itinerary. 5 Strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, dilakukan lewat program memberikan pelatihan dan penyuluhan pariwisata kepada masyarakat. Penelitian Budiarta adalah strategi pengembangan pariwisata budaya yang dimiliki Desa Sangsit. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian Putu Budiarta dilakukan pada objek wisata yang luas, dan berfokus pada keberagaman potensi yang dimiliki berupa pura. Sementara itu, penelitian ini berlokasi pada objek yang akan dikembangkan, membahas strategi ditinjau dari aspek 4A dari pariwisata, dan mengetahui upaya pemerintah dalam pengembangan Gamelan Jegog sebagai daya tarik wisata di Kelurahan Sangkaragung. Antara 2011 mengangkat permasalahan penelitian yaitu: potensi-potensi apakah yang mendukung Desa Pelaga untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata?; bagaimana dukungan masyarakat Desa Pelaga terhadap rencana pengembangan desa tersebut sebagai daya tarik wisata?; Bagaimanakah strategi pengembangan pariwisata alternatif di Desa Pelaga?; dan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif maupun kuantitatif yang sampelnya diambil secara purposive. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan, DTW Desa Pelaga memiliki berbagai potensi wisata yang layak untuk dikembangkan dan telah memenuhi empat 4 komponen penting dalam industri pariwisata yang dikenal dengan istilah empat 4A, yaitu Attraction atraksi wisata, Accessibility akses untuk mencapai daerah wisata, Amenity fasilitas dan jasa wisata, dan Ancillary kelembagaan dan sumber daya manusia pendukung kepariwisataan. Masyarakat lokal sudah terlibat langsung dalam penyediaan fasilitas penunjang kepariwisataan. Pengembangan daerah tujuan wisata Desa Pelaga ke depan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa strategi SWOT seperti strategi SO, ST, WO, dan strategi WT. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian pengembangan Gamelan Jegog adalah sama-sama meneliti strategi pengembangan wisata, dengan memfokuskan penelitian pada kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam komponen 4A serta peluang dan acamannya. Melalui penelitian ini dapat dirumuskan suatu strategi yang tepat dalam upaya pengembangan daya tarik wisata tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Desa Pelaga, juga diperhatikan dalam penelitian. Penelitian ini juga memperhatikan hal yang sama yaitu, bagaimana keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana. Penelitian Darsana 2011 tentang “Kepariwisataan Pulau Nusa Penida”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan internal dan eksternal, serta merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida. Metode analisis yang digunakan adalah analisis matriks IFAS Internal Factor Analysis Summary dan EFAS External Factor Analysis Summary serta analisis matriks SWOT Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida yang dapat dikembangkan adalah potensi keindahan alam seperti, pantai dengan hamparan pasir putih dan pemandangan bawah laut, wisata religi dan spritual, serta pembudidayaan rumput laut. Pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida berada pada posisi pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal pariwisata kawasan barat Pulau Nusa Penida menggunakan Strategi SO Strength Opportunity adalah strategi pengembangan daya tarik wisata melalui program penataan kawasan pariwisata, inventarisasi daya tarik wisata, serta kenyamanan dan keamanan berwisata, Strategi ST Strength Threat adalah strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui program peningkatan kualitas lingkungan, kualitas kehidupan sosial budaya, peningkatan perekonomian masyarakat. Strategi WO Weakness Opportunity adalah strategi pengembangan promosi melalui program promosi dan pengadaan tourist information center dan strategi WT Weakness Weakness Threat dengan strategi pengembangan sumber daya manusia dan pembentukan lembaga pengelola pariwisata. Pengembangan sarana dan prasarana, penataan pariwisata, promosi di kawasan barat Pulau Nusa Penida sangat diperlukan. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama menjaga keamanan, kebersihan, kelestarian alam, dan budaya. Penelitian Darsana memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu menggunakan metode SWOT dalam mengenalisis data. Menggali potensi daya tarik wisata dengan metode SWOT akan didapatkan strategi yang tepat dalam pengembangan daya tarik di Kabupaten Jembrana. Penelitian Rero 2011 tentang pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Pengembangan wisata spiritual merupakan suatu peluang untuk menambah khasanah daya tarik wisata di Kota Larantuka, demi pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi Kota Larantuka, menganalisis lingkungan internal dan eksternal, dan menentukan strategi pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode observasi partisipatif, penyebaran kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi alternative. Penelitian ini bersifat eksploratif, merumuskan program-program berdasarkan kondisi internal dan kondisi eksternal dikombinasikan dengan teori perencanaan, perubahan budaya, teori adaptasi, teori SWOT dan teori motivasi. Hasil penelitian Rero 2011 menunjukan bahwa kekuatan Kota Larantuka meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di ibu kota Kabupaten, kedekatan dengan pelabuhan, kualitas jalan yang baik, posisi objek wisata yang sangat strategis, kualitas pelayanan dan aturan Code of Conduct. Kelemahan kota Larantuka meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata, kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum tersedianya Tourist Information Center TIC. Berdasarkan matrik Internal Eksternal IE diketahui bahwa posisi lingkungan internal dan eksternal kota Larantuka adalah pada sel V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan adalah pertahankan dan pelihara strategi tidak berubah. Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa empat strategi alternative yang relevan diterapkan adalah strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia SDM Kesamaan penelitian Rero dengan penelitian ini adalah teknik yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui startegi yang cocok untuk dapat diterapkan di suatu destinasi yang dikembangkan. Kekurangan penelitian Rero adalah komponen ekternal hal yang diteliti terlalu jauh dari kegiatan yang terdapat di Flores, jadi kurang dirasakan secara langsung dari kota Larantuka. Pembahasan yang jelas dengan penentuan sel dalam startegi SWOT dapat menjadi pertimbangan strategi yang tepat, merupakan kekuatan penelitian Rero. Annisa 2013 dalam tesis “Pelestarian Angklung Sebagai Warisan Budaya Tak benda Dalam Pariwisata Berkelanjutan Di Saung Angklung Udjo, Bandung”. Secara umum penelitian bertujuan untuk memahami upaya pelestarian angklung yang dilakukan oleh objek wisata Saung Angklung Udjo. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui implementasi pariwisata berkelanjutan terhadap Saung Angklung Udjo; 2 untuk mengetahui implementasi perhitungan daya dukung fisik di Saung Angklung Udjo; 3 untuk mengetahui upaya pelestarian angklung sebagai warisan budaya tak benda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1 Saung Angklung Udjo menerapkan langkah-langkah konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas pemantauan dalam pelayanan untuk melestarikan dan mempromosikan tempat wisata. Dengan menghubungkan pelestarian warisan budaya, peningkatan dan optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan oleh aktor profesional lokal; 2 untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam, masyarakat dan ekonomi, untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan; 3 identitas budaya sebagai pusaka budaya yang dapat dikembangkan menjadi modal ekonomi dan sebagai aset agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai ciri khasnya. Keterkaitan penelitian Annisa dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang benda budaya sebagai objek penelitian, dengan lebih menekankan aspek daya dukung di Saung Angklung Ujo. Pembahasan yang mendalam tentang daya dukung di Saung Angklung Ujo memberikan hasil rencana ke depan yang tepat untuk diterapkan di Saung Angklung Ujo sehingga menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Penelitian ini belum menjelaskan apa yang menjadi kendala dalam pelestarian angklung sebagai warisan budaya, dan cara untuk mengantisipasi hal tersebut. Sementara itu, dalam penelitian tentang gamelan jegog ini lebih menekankan bagaimana potensi yang dimiliki jegog untuk dikembangkan, strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk mengembangkan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata, upaya pemerintah Kabupaten Jembrana dalam pengembangan gamelan jegog. Penelitian Tafaewasi 2013 mengenai “Pertunjukan Hombo Batu Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Bawömataluo, Kecamatan Fanayama .” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bentuk, fungsi, dan makna hombo batu serta proses terjadinya komodifikasi terhadap hombo batu. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi komponen-komponen pariwisata yang terkait dengan komodifikasi hombo batu di Desa Bawömataluo dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya pada masyarakat setempat. Hasil penelitian ini adalah pergeseran bentuk hombo batu dari bambu runcing, beralih ke tanah liat, dan disempurnakan menjadi batu bersusun yang berbentuk piramid dengan ketinggian sekitar 2,5 meter. Fungsi hombo batu juga mengalami pergeseran. Awalnya sebagai sarana uji ketangkasan atau kemampuan dalam mempersiapkan diri menjadi prajurit di medan perang, bergeser menjadi ajang perlombaan antardesa di daerah Teluk Dalam, Nias Selatan. Dewasa ini atraksi hombo batu lebih banyak ditampilkan ketika ada permintaan dari wisatawan yang berkunjung ke Desa Bawömataluo. Daya tarik wisata di Desa Bawömataluo belum disertai oleh komponen- komponen pendukung pariwisata lainnya. Selain atraksi hombo batu yang menjadi ikon pariwisata di Nias Selatan, omo sebua yang menjadi salah satu daya tarik di Desa Bawömataluo ini, keadaan fisik bangunan justru semakin menuju ke ambang musnah. Apabila tidak dilakukan perawatan dan perbaikan segera, sangat terbuka kemungkinan bahwa omo ni folasara ini akan menjadi tinggal kenangan saja. Aksesibilitas juga kurang diperhatikan. Beberapa ruas jalan menuju Desa Bawömataluo rusak dan terdapat beberapa lubang yang sangat membahayakan pengguna jalan. Fasilitas lain seperti ammenities masih sangat minim bahkan belum terdapat akomodasi, rumah makan atau restoran maupun fasilitas penunjang lainnya di desa wisata ini. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti suatu pertunjukan kesenian daerah yang dapat dijual kepada wisatawan. Tafaewasi menekankan adanya pergeseran budaya dari pertunjukan Hombo Batu, dari uji ketangkasan menjadi suatu pertunjukan yang menarik kunjungan wisatawan. Penelitian ini membahas tentang komponen-komponen yang harus diperbaiki dalam pengembangan daya tarik Hombo Batu. Penelitian Wija Antara, dkk 2014 mengenai Pengembangan Gamelan Jegog Berbasis Android. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan Gamelan Jegog ke khalayak ramai sehingga informasi tentang keberadaan serta penggunaan Gamelan Jegog dapat diketahui oleh masyarakat pada khususnya dan wisatawan pada umumnya. Aplikasi gamelan jegog berbasis android membantu masyarakat yang merasa sulit untuk belajar jegog untuk lebih mudah mempelajarainya dalam suatu aplikasi di telepon genggam. Dengan demikian maka promosi gamelan jegog dapat dilakukan jauh lebih baik dibandingkan membeli satu set jegog untuk dipelajari. Keterkaitan dengan penelitian ini adalah pengembangan yang dilakukan. Perbedaannya adalah media yang digunakan. Penelitian ini dilakukan melalui media dan teknologi sedangkan penulis melakukan penelitian mendalam dengan melibatkan informan-informan yang mampu memberikan keterangan tentang gamelan jegog.

2.2 Konsep