Pengembangan Gamelan Jegog Kelurahan Sangkaragung Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jembrana.

(1)

TESIS

PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG KELURAHAN

SANGKARAGUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN JEMBRANA

I KOMANG EDY WIRAWAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(2)

TESIS

PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG KELURAHAN

SANGKARAGUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN JEMBRANA

I KOMANG EDY WIRAWAN NIM 1391061014

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG KELURAHAN

SANGKARAGUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

DI KABUPATEN JEMBRANA

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Magister Kajian Pariwisata

Program Pascasarjana Universitas Udayana

I KOMANG EDY WIRAWAN NIM 1391061014

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 18 APRIL 2016

Pembimbing I,

Prof. Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A. NIP 195909171984032002

Pembimbing II,

Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. NIP 195302111982031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. NIP 1961112051986031004

Direktur

Program Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K). NIP 195902151985102001


(5)

v

PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

TESIS INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 13 APRIL 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, Nomor: 1457/UN14.4/HK/2016, Tanggal 5 April 2016

Ketua : Prof. Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A. Sekretaris : Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.

Anggota : 1. Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. 2. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. 3. Dr. Ir. I Made Adhika, MSP.


(6)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

1. Nama : I Komang Edy Wirawan

2. Nim : 1391061014

3. Program studi : Kajian Pariwisata Universitas Udayana

4. Judul tesis : Pengembangan Gamelan Jegog Kelurahan Sangkaragung Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jembrana

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis * bebas plagiat.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat palgiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 13 April 2016 Pembuat pernyataan,

(I Komang Edy Wirawan) NIM. 1391061014


(7)

vii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena berkat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengembangan Gamelan Jegog Kelurahan Sangkaragung Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jembrana”. Penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik langsung maupun tidak langsung, Moril maupun Materiil, dengan tidak mengurangi rasa simpati dan hormat kepada mereka yang tidak dapat disebutkan satu-persatu dalam kesempatan ini, dan perkenankan penulis menghatur penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

Prof. Dr. N.L. Sutjiati Beratha, M.A. selaku pembimbing I Tesis, yang telah dengan penuh kesabaran, ketulusan dan penuh dedikasi sebagai seorang akademisi, telah memberikan segala kemampuan dalam membimbing penulis selama dalam menyelesaikan studi dan penelitian Tesis ini. Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc. selaku pembimbing II yang telah dengan sabar dan tulus memberikan bimbingan dan dorongan serta senantiasa membuka wawasan berpikir kritis penulis selama dan dalam menyelesaikan penelitian tesis ini.

Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana. Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K) selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi karya siswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt. selaku Ketua Program Studi Magister Kajian Pariwisata atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi karya siswa pada Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.


(8)

Para dosen penguji, yaitu Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., Prof. Dr. I Nyoman Kuta Ratna,SU. dan Dr. Ir. I Made Adhika, MSP. yang telah memberikan banyak masukan, saran dan koreksi untuk menyempurnakan tesis ini. Seluruh dosen pengajar dan staf administrasi Bapak Nyoman Kariana, Ibu Made, Ibu Dayu, dan Ibu Putu pada Program Studi Magister Kajian Pariwisata yang telah banyak membantu dan memberikan inspirasi bagi penulis. Rekan-rekan mahasiswa kajian pariwisata angkatan 2013 Ibu Dewa, Ibu Menuh, Ibu Fatrisia, Anas, Ika, Thomas, Pak Philip, Elizabeth, Ibu Barbara, dan Utari. Terkhusus penerima Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri Pika, Agung, Gusde, Gian, Gatot, Titin, Dian, Altri, Akzar dan Fendi. Seluruh informan terkhusus kepada bapak I Ketut Suwentra “Pekak Jegog” dan masyarakat lokal, maupun Pemerintah Kabupaten Jembrana yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Kedua orang tua (ibu Ni Wayan Sasih dan bapak I Ketut Sugarba), kakak-kakak tercinta (I Putu Agus Budiarsana dan I Made Agus Sugiadnyana Putra, keluarga besar, kekasih Made Mika Mega Astuthi. Berbagai pihak yang telah membantu penelitian serta penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dipaparkan dalam tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi permasalahan, analisis, penyusunan maupun teknik penulisan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis memohon kritik dan saran dari para pembaca guna mewujudkan karya tulis yang lebih baik di kemudian hari. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua, dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan tesis ini.

Denpasar, 1 April 2016

Hormat Penulis I Komang Edy Wirawan


(9)

ix ABSTRAK

Gamelan jegog adalah gamelan khas Kabupaten Jembrana yang dibuat dari bambu dan menghasilkan nada-nada indah. gamelan jegog adalah salah satu jenis kesenian yang berpotensi menjadi daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana. Sampai saat ini pengembangan gamelan jegog belum maksimal, karenanya perlu kajian tentang strategi pengembangan, serta partisipasi masyarakat dan pemerintah daerah, dalam mengembangkan mengembangkan gamelan jegog.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui potensi dan kendala gamelan

jegog sebagai daya tarik wisata; mengetahui peran pemerintah dan partisipasi

masyarakat; dan merumuskan strategi pengembangan yang dapat diterapkan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.

Data yang digunakan berupa data kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara mendalam, dan juga dokumentasi. Analisis data menggunakan teori partisipasi dan teori manajemen serta melalui pendekatan SWOT.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi gamelan jegog dapat dianalisis melalui komponen 4A, dengan mengetahui atraksi, akses, fasilitas pendukung dan juga kelembagaan. Kendala pengembangan gamelan jegog yaitu, kendala fisik, kendala sumber daya manusia serta kendala-kendala lainnya yang dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan gamelan jegog. Partisipasi masyarakat Kelurahan Sangkaragung dan juga Pemerintah Kabupaten Jembrana dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan telah dilakukan dengan baik guna pengembangan gamelan jegog. strategi pengembangan gamelan jegog dapat dilakukan dengan cara: Strategi SO

(strength – opportunities) yaitu dengan pengembangan potensi wisata di

Kabupaten Jembrana dan meningkatkan kerjasama dan pemanfaatan teknologi; Strategi WO (weaknessesopportunities) dengan cara penggalian dana dalam pengembangan gamelan jegog dan memaksimalkan peran serta Pemerintah Provinsi Bali dalam promosi gamelan jegog;Strategi ST (strengththreats) dapat dilakukan dengan alternatif strategi yaitu penetapan gamelan jegog sebagai warisan budaya Indonesia dan penetapan standarisasi pementasan; dan Strategi

WT (weaknessesthreats) harus ada branding terhadap kesenian gamelan jegog

serta melakukan pembenahan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kata Kunci : Pengembangan, Daya Tarik Wisata, Gamelan jegog


(10)

ABSTRACT

Gamelan jegog is typical gamelan of Jembrana made of bamboo and it produces beautiful tones. Gamelan jegog is one form of art that has the potential to become a tourist attraction in Jembrana. Until today the development of Gamelan jegog is not maximum, hence it needs to study on the development strategy, as well as community participation and local governments in developing Gamelan jegog.

This study aimed to assess the potential and constraints gamelan jegog as a tourist attraction; know the government and public participation; and to formulate development strategies that can be applied gamelan jegog as a tourist attraction in Jembrana.

Data used in the form of qualitative data with data collection techniques are observation, interview, and documentation. Analysis of the data using the theory of participation and management theory as well as through a SWOT approach.

The results show that the potential of gamelan jegog can be analyzed through the component of 4A, by knowing the attractions, access, amenities, ancillary service. gamelan jegog development constraints, among others, physical constraints, constraints Human Resources as well as other constraints that may impact the development of gamelan jegog. The Sangkaragung Village community participation and also the Government of Jembrana, from planning, organizing, directing, coordinating, and monitoring have been carried out for the development of gamelan Jegog. The gamelan jegog development strategy can be done by: The SO strategy (strength - opportunities) namely the development of tourism potential in Jembrana and improving cooperation and the use of technology; The WO strategy (weaknesses - opportunities) by way of fundraising in the development of gamelan jegog and maximizing the participation of the Provincial Government of Bali in the promotion of gamelan jegog; The ST strategy (strength -threats) can be done with alternative strategies, namely the establishment of gamelan jegog as Indonesia's cultural heritage and the establishment of standardization of performances; and The WT strategy (weaknesses - threats) i.e. there should be branding on the arts of gamelan jegog and to make improvements of natural resources and human resources.

Keywords: Development, Tourist Attractions, Gamelan Jegog


(11)

xi RINGKASAN

Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah memiliki atraksi tersendiri guna mendatangkan wisatawan. Keunikan dan keindahan alam serta beragamnya budaya yang dimiliki merupakan potensi setiap daerah di Indonesia. Hal ini pula yang dimiliki oleh Pulau Bali. Namun, pariwisata belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat Bali dan dirasakan masih belum merata.

Salah satu kabupaten yang belum mendapatkan dampat pariwisata adalah Kabupaten Jembrana. Dengan potensi yang dimiliki baik berupa potensi alam maupun budayanya, Kabupaten Jembrana kurang menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dengan potensi utamanya berupa atraksi kesenian yaitu gamelan

jegog, Kabupaten Jembrana diharapkan mampu mendatangkan wisatawan dengan

melihat potensi gamelan jegog sehingga dapat untuk dikembangankan.

Gamelan jegog merupakan suatu kesenian yang menjadi ciri khas dari Kabupaten Jembrana. dengan icon yang digunakan Kabupaten yaitu “Jembrana Gumi Mekepung Tanah Jegog”. Gamelan jegog yang telah ada sejak tahun 1912 ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk memanggil masyarakat untuk dapat berkumpul untuk bergotong-royong. Seiring perubahan zaman, fungsi gamelan jegog berubah menjadi suatu atraksi kesanian berupa, seni musik yang dapat menjadi daya tarik tersediri bagi masyarakat.

Perkembangan gamelan jegog di Kabupaten Jembrana yaitu di Kelurahan Sangkaragung. Di Kelurahan Sangkaragung gamelan jegog menjadi suatu atraksi


(12)

musik hiburan dimulai sejak tahun 1971. Digagas oleh seniman Jegog yang bernama I Ketut Suwentra bersama kakaknya Nyoman Gayus yang memiliki gagasan untuk membentuk suatu yayasan yang berbadan hukum dengan bidang kebudayaan dan pariwisata. Yayasan ini bertujuan untuk mempromosikan Gamelan Bali sehingga dapat dinikmati oleh wisatawan.

Pada tahun 1975 gamelan jegog Kelurahan Sangkaragung melakukan tour luar negeri pertamanya, dengan Jepang sebagai negara tujuan. Selanjutnya pada tahun 1985 gamelan jegog melakukan suatu kolaborasi dengan musik internasional sehingga dapat menjadi media promosi bagi gamelan jegog. Namun, pada perkembanganya gamelan jegog yang telah lama berkembang di luar negeri tidak mampu mendatangkan jumlah wisatawan ke Kabupaten Jembrana. Untuk mengatasi permasalahan ini, maka perlu di rumuskan suatu strategi pengembangan, dengan terlebih dahulu mengetahui potensi dan kendala gamelan

jegog dilihat dari komponen 4A, partisipasi pemerintah dan juga masyarakat

terhadap pengembangannya dengan demikian akan dapat dirumuskan suatu strategi pengembangan gamelan jegog.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian kualitatif. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Sangkaragung, Kabupaten Jembrana. Daerah ini dijadikan sebagai lokasi penelitian karena Kelurahan sangkaragung merupakan kelurahan yang paling berpotensi untuk mengembangkan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata dengan didukung oleh lokasi pementasannya. Metode pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling, dengan menentukan informan yang


(13)

xiii

mengetahui secara detail tentang gamelan jegog, selain itu juga menggunakan metode observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi gamelan jegog dilihat dari komponen 4A, gamelan jegog memiliki atraksi yang berupa, Jegog Mebarung (pertarungan 2-3 perangkat gamelan jegog), dapat dilakukan suatu kolaborasi dengan musik modern, dan gamelan jegog dapat menjadi suatu media pengobatan. Akseibilitas sendiri, dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat yang berjarak kurang lebih 100 km dari Bandara Ngurah Rai. Selain langsung menuju tempat pementasan, Gamelan jegog Sangkaragung juga telah mengadakan kerjasama dengan sebuah restoran sehingga wisatawan dapat mengakses pertunjukan di lokasi yang lebih dekat. Terdapat fasilitas penunjang pariwisata di Kelurahan Sangkaragung berupa tempat pementasan yang dapat menampung hingga 50 wisatawan dan untuk mengakomodir wisatawan yang hendak menginap, Kelurahan Sangkaragung telah menyediakan homestay yang berjumlah 10 buah. Kelembagaan yang terdapat di Kelurahan Sangkaragung merupakan suatu lembaga yang berbentuk yayasan yang bernama Yayasan Suar Agung yang bergerak dibidang kepariwisataan dan kebudayaan dengan I Ketut Suwentra sebagai ketua yayasan. Kendala pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik antara lain; kendala fisik, kendala sumber daya manusia dan kendala lainnya.

Partisipasi pemerintah dan juga masyarakat dalam pengembangan gamelan

jegog sebagai daya tarik wisata dimulai dari tahap perencanaan, tahap

pengorganisasian, tahap pengarahan, tahap pengkoordinasian, dan juga tahap pengevaluasian. Strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam


(14)

pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana adalah Strategi SO (strength – opportunities) yaitu dengan pengembangan potensi wisata di Kabupaten Jembrana dan meningkatkan kerjasama dan pemanfaatan teknologi; Strategi WO (weaknessesopportunities) dengan cara penggalian dana dalam pengembangan gamelan jegog dan memaksimalkan peran serta Pemerintah Provinsi Bali dalam promosi gamelan jegog;Strategi ST (strengththreats) dapat dilakukan dengan alternatif strategi yaitu penetapan gamelan jegog sebagai warisan budaya Indonesia dan penetapan standarisasi pementasan; dan Strategi

WT (weaknessesthreats) harus ada branding terhadap kesenian gamelan jegog

serta melakukan pembenahan SDA dan SDM.


(15)

xv DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ii

PRASYARAT GELAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

SURAT BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

RINGKASAN ... xi

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Konsep ... 19

2.2.1 Daya Tarik Wisata... 19

2.2.2 Destinasi Pariwisata ... 22


(16)

2.2.4 Konsep Strategi ... 26

2.3 Landasan Teori ... 27

2.3.1 Teori Partisipasi ... 27

2.3.2 Teori Perencanaan ... 30

2.3.3 Teori Manajemen ... 33

2.4 Model Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Pendekatan Peneliitian ... 38

3.2 Lokasi Penelitian ... 38

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 40

3.4 Instrumen Penelitian... 41

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM GAMELAN JEGOG KELURAHAN SANGKARAGUNG ... 48

4.1 Sejarah Kelurahan Sangkaragung ... 48

4.2 Asal-usul Gamelan Jegog ... 49

4.3 Perkembangan Gamelan Jegog ... 53

4.4 Instrumen dan Teknik Instrumentasi ... 55

BAB V POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ... 58

5.1 Potensi Gamelan Jegog sebagai Daya Tarik Wisata ... 58

5.1.1 Atraksi ... 59

5.1.2 Aksesibilitas ... 65

5.1.3 Fasilitas penunjang pariwisata ... 67

5.1.4 Kelembagaan ... 69

5.2 Kendala Pengembangan Gamelan Jegog ... 72


(17)

xvii

5.2.2 Kendala Sumber Daya Manusia ... 74

5.2.3 Kendala-kendala lainnya ... 75

BAB VI PERAN PEMERINTAH DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ... 78

6.1 Peran Pemerintah Kabupaten Jembrana ... 78

6.2 Partisipasi Masyarakat Kelurahan Sangkaragung ... 83

BAB VII PENGEMBANGAN GAMELAN JEGOG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ... 89

7.1 Lingkungan Internal Gamelan Jegog ... 89

7.2 Lingkungan Eksternal Gamelan Jegog ... 92

7.3 Strategi Pengembangan Gamelan Jegog Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jembrana ... 97

7.4 Strategi Alternatif Pengembangan Gamelan Jegog Sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Jembrana ... 99

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ... 104

8.1 Simpulan ... 104

8.2 Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Matrik Analisis SWOT ... 46 Bagan 5.1 : Struktur Organisasi Yayasan Suar Agung ... 70 Tabel 7.1 : Matrik Analisis SWOT Pengembangan Gamelan Jegog


(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Model Penelitian ... 37

Gambar 3.1 : Lokasi Penelitian ... 39

Gambar 5.1 : Poster Pertunjukan Kolaborasi ... 63

Gambar 5.2 : Tempat Pementasan Gamelan Jegog di Sanur ... 67

Gambar 5.3 :Tempat Pementasan Gamelan Jegog di Kelurahan Sangkaragung ... 71

Gambar 5.4 :Yayasan Suar Agung ... 70


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman wawancara dengan tokoh masyarakat ... 109 Lampiran 2 : Pedoman wawancara dengan pemerintah

(Dinas Kebudayaan, Pariwisata Pendidikan dan Pemuda

Olahraga Kabupaten Jembrana) ... 111 Lampiran 3 : Daftar Informan ... 113


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah memiliki atraksi tersendiri guna mendatangkan wisatawan. Keunikan dan keindahan alam serta beragamnya budaya yang dimiliki merupakan potensi setiap daerah di Indonesia. Hal ini pula yang dimiliki oleh Pulau Bali. Keindahan alam dan keunikan budayanya memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Bali.

Pulau Bali dalam perkembangannya telah menjadi Pulau Tujuan Wisata Terbaik di Asia Pacific (Best Island Destination Asia-Pacific in Asia Pacific) pada

The Fifth Annual Destin Asian Readers’ Choice Awards, 8 Februari 2010.

Penghargaan yang didasarkan pada pilihan pembaca majalah Destin Asian ini, merupakan penghargaan yang ke-3 untuk kategori yang sama, yaitu pada tahun 2007, 2009 dan 2010. Pada tahun 2006 dan 2008 Bali terpilih sebagai Best

LeisureDestin Asian dalam Disparda Bali (2012).

Terpilihnya Bali sebagai tujuan wisata terbaik berdampak pada kunjungan wisatawan yang meningkat setiap tahun. Kecenderungan wisatawan yang berkunjung hanya ke Bali bagian tengah dan selatan berdampak pada pengembangan pariwisata yang tidak merata. Pengembangan pariwisata belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat Bali. Pembangunan pariwisata Bali bagian utara, barat, dan timur kondisinya relatif tertinggal dibandingkan dengan Bali


(22)

2

bagian tengah dan selatan. Padahal, keindahan alam maupun budaya yang dimiliki oleh Bali bagian timur, utara dan barat juga menarik untuk dikunjungi.

Pemerataan pengembangan daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana yang kurang mendapat porsi kunjungan wisatawan perlu dilakukan. Selain daya tarik alam perlu juga dikembangkan daya tarik budaya. Masih banyak potensi wisata yang perlu dikembangkan, seperti atraksi-atraksi seni yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Jembrana.

Kebudayaan mengandung beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Terdapat tujuh unsur kebudayaan yaitu: sistem religi, organisasi sosial, sistem pengetahuan, bahasa, sistem mata pencaharian hidup, kesenian, sistem peralatan hidup dan teknologi (Koentjaraningrat, 1969) dalam situs ww.repository.usu.ac.id.

Kebudayaan Kabupaten Jembrana yang layak dikembangkan adalah unsur yang ke enam yaitu kesenian. Kabupaten Jembrana memiliki kesenian gamelan yang merupakan ciri khas dari Kabupaten Jembrana, dan lebih dikenal dengan nama gamelan jegog. Dalam perkembangannya, gamelan jegog mengalami berbagai perubahan bentuk, fungsi maupun perubahan makna. Seni gamelan jegog pada awalnya digunakan untuk memanggil anggota masyarakat dalam melakukan gotong-royong seperti: membuat atap rumah dari ijuk yang oleh masyarakat setempat disebut nyucuk, membersihkan lingkungan desa, mempersiapkan suatu acara peringatan, dan beberapa kegiatan lainnya. Gamelan jegog selanjutnya berkembang menjadi pengiring tari pencak silat kemudian berkembang lagi menjadi pengiring tari-tarian.


(23)

3

Kesenian gamelan jegog berkembang di Kabupaten Jembrana. Setiap desa/kelurahan terdapat satu sekeha Jegog. Keberadaan gamelan jegog ini didukung oleh lembaga-lembaga tradisional seperti desa adat, banjar, dan sekeha (organisasi profesi).

Salah satu desa/kelurahan yang berkembang kesenian gamelan jegognya adalah Kelurahan Sangkaragung dengan sekeha jegog bernama Suar Agung. Suar Agung adalah salah satu dari 3 (tiga) sekeha jegog yang ada di Kelurahan Sangkaragung. Sekeha jegog yang ada di Kelurahan Sangkaragung adalah jegog Banjar Sangkaragung, jegog Banjar Samblong, dan jegog Suar Agung. Kesenian

jegog di Kelurahan Sangkaragung berkembang secara terus-menerus dari generasi

ke generasi, dan memiliki kekhasan terutama di bidang penyajiannya, yaitu memasukkan unsur-unsur sendratari dan tari-tari lepas seperti pendet, makepung dan tarian lainnya.

Suar Agung adalah yayasan yang bergerak dibidang pelayanan pariwisata. Yayasan Suar Agung telah memperoleh ijin dari Pemerintah Daerah Tingkat I Bali dan Pemerintah Daerah Tingkat II Jembrana dengan Akta Notaris No. 10 tanggal 4 September 1989. Meskipun yayasan yang berada di Kelurahan Sangkaragung ini secara administrasi berdiri sejak tahun 1989, namun cikal bakal

sekeha jegog Suar Agung ini telah terbentuk sejak tanggal 24 April 1979.

Berdirinya sekeha ini dimulai dari keinginan masyarakat untuk meneruskan dan menyalurkan kesenian. Kelompok ini terdiri dari para remaja yang mempercayakan kepengurusan kepada I Ketut Suwentra yang menjadi ketua hingga saat ini.


(24)

4

Untuk mendukung kelompok ini, I Ketut Suwentra memasukkan juga beberapa seniman handal, baik dari dalam maupun luar Kelurahan Sangkaragung. I Ketut Suwentra juga mengambil pemain, penari, maupun penabuh dari berbagai desa di Kabupaten Jembrana. Pemberian nama Suar Agung diyakini memiliki prospek yang bagus di masa depan. Suar berarti sinar dan agung yang berarti besar. Suar Agung diartikan sebagai sinar atau cahaya yang besar, sehingga diharapkan dapat terus bersinar guna menampung segala bentuk kepentingan yang bersifat sosial dan juga seni di Kabupaten Jembrana.

Sejak berdirinya, sekeha ini berkiprah dalam mengadakan pembinaan maupun pertunjukan serta mengadakan festival-festival gamelan jegog antar kecamatan. Dalam acara resmi yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Jembrana, gamelan jegog Suar Agung selalu ikut ambil bagian. Usaha yang telah dilakukkan tidak sia-sia karena hasilnya cukup membanggakan. Bagi sekeha

Jegog Suar Agung keberhasilan itu dipandang belum cukup dan tidak berhenti

hanya sampai disana. Tekad yang kuat untuk mempertahankan keberadaan jegog sebagai seni kebanggaan masyarakat Kabupaten Jembrana mendorong para anggotanya untuk meningkatkan kreatifitasnya. Suar Agung selalu berusaha untuk bisa menambah materi pertunjukan dengan menciptakan kreasi-kreasi tabuh maupun tari untuk dapat ditampilkan pada acara-acara pementasannya.

Banyaknya karya yang diciptakan, memperlihatkan betapa kreatifnya para anggota jegog Suar Agung. Di samping memikirkan kreativitas, faktor kualitas juga tidak pernah diabaikan. Untuk meningkatkan kualitas sajian pertunjukan, diadakan latihan rutin minimal satu minggu sekali. Apabila ada pergelaran


(25)

5

biasanya latihan dilakukan dengan lebih intensif. Sekehajegog Suar Agung selalu berusaha menampilkan garapan baru hasil ciptaannya sendiri. Selain mementaskan tabuh jegog, Jegog Suar Agung juga telah melakukan kolaborasi dengan musik dalam maupun luar negeri pada tahun 1995. Hasil kolaborasinya melahirkan karya yang telah tertuang dalam disc digital audio berjudul “Bali

Meets Africa and Java (Bamboo gamelan and Drums)”. Didalamnya terdapat

kurang lebih sepuluh garapan musik antara lain: Bamboo Trance, Bali Meets

Africa, Sunda Bali, Akuna Matata (No Problem), Sexy Durian, Song To The

Himbas Of Namibia, Kuta Cowboy-Jakarta Play Boy, Sweet Pain Of Sadness

(Indian Rhythm 7 Beats), Boring No Thanks dan Playing Music With The Birds

(koleksi pribadi I Ketut Suwentra).

Keterlibatan gamelan jegog dalam industri pariwisata juga tidak terlepas dari usaha yang telah dirintis oleh Suar Agung, yang dengan semangat tinggi ikut berjuang dalam mengangkat citra potensi kesenian Kabupaten Jembrana. Suar Agung didirikan pada tahun 1971 oleh dua bersaudara yaitu I Ketut Suwentra, dan Nyoman Jayus di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana dari barat Bali. Yayasan Suar Agung, atau Suar Agung Foundation, bertujuan untuk mempromosikan musik Bali dan pertunjukan tari. Sekeha Suar Agung adalah

sekeha jegog yang paling terkenal untuk musik jegog di Kabupaten Jembrana,

gamelan jegog merupakan sebuah gaya yang unik dari musik gamelan yang dimainkan pada instrumen bambu yang berukuran besar. Musik jegog pertama kali dibuat pada awal abad ke-20 oleh masyarakat petani akan tetapi dilarang pada


(26)

6

tahun 40-an oleh penguasa Belanda yang takut tabung bambu dapat digunakan sebagai senjata pemberontakan.

Pasca kemerdekaan kebangkitan jegog memikat penonton di seluruh dunia dengan musikalitas mempesona dan teknik gamelan sangat unik ini. Suar Agung pertama kali mengunjungi Jepang pada tahun 1975 dan telah melakukan tour di Jepang setiap tahun sejak tahun 1984. Pada tahun 1995 diadakan konser kolaborasi antara Suar Agung dan Senegal Doudou Ndiaye Rose yang mengambil lokasi di Tokyo-Jepang. Selain itu juga gamelan jegog telah mengadakan pentas di berbagai Negara di Eropa seperti Perancis, Swiss, Jerman, termasuk juga ikut dalam pembukaan piala dunia antara Brazil dan Prancis pada tahun 2008 (hasil wawancara dengan I Ketut Suwentra).

Pada tahun 2006 I Ketut Suwentra selaku ketua dari sekeha gamelan jegog Suar Agung diakui oleh Pemerintah Indonesia dengan penghargaan Kontribusi Budaya. Pengembangan dan perencanaan gamelan jegog perlu dilakukan untuk dapat dikelola dengan lebih baik, dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhinya. Pengembangan gamelan jegog bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya yang berkelanjutan, meminimalkan dampak negatif pariwisata, serta manfaat dari pengembangan gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung.


(27)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut.

1. Apa potensi dan kendala gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana?

2. Bagaimanakah peran pemerintah dan masyarakat dalam pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana?

3. Bagaimanakah strategi pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan pengembangan gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana. Mengidentifikasi peran serta pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan gamelan jegog, sehingga dapat dijadikan model pengembangan di daerah lain dengan tetap memperhatikan potensi wilayah yang dimiliki.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menjelaskan potensi gamelan jegog sebagai daya tarik wisata dan mengidentifikasi kendala pengembangannya di Kabupaten Jembrana. 2. Mengungkapkan bentuk peran pemerintah dan partisipasi masyarakat

dalam pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.


(28)

8

3. Menjelaskan strategi pengembangan gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan karyasiswa dan dapat dijadikan model dalam mengkaji pengembangan potensi kesenian di daerah lainnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan dari akademisi untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan gamelan jegog di Desa Sangkaragung di Kabupaten Jembrana.

1.4.2 Manfaat praktis 1) Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam menunjang pengembangan gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung. Melalui penelitian ini pula hubungan yang baik antarpemangku kepentingan dan pengembangan dapat berkelanjutan.

2) Bagi Industri Pariwisata

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu industri pariwisata dalam memberikan informasi dan gambaran tentang


(29)

9

keberadaan kesenian gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung. Adanya promosi yang dilakukan pelaku industri pariwisata untuk memperkenalkan gamelan jegog sehingga mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Jembrana.

3) Bagi masyarakat khususnya seniman jegog

Hasil peneltian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran dan mendorong masyarakat tentang arti pentingnya pelestarian berbagai potensi pariwisata yang dimiliki. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah pengembangan potensi pariwisata desa yang dimiliki khususnya gamelan jegog. pementasan gamelan jegog dapat meningkatkan taraf hidup melalui pendapatan yang diperoleh akibat dari perkembangan gamelan


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan salah satu rangkaian penelitian yang berguna untuk mengetahui sejauh mana penelitian mengenai strategi pengembangan daya tarik wisata telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan 7 (tujuh) penelitian sebelumnya yang relevan sebagai referensi penelitian ini yaitu, Budiarta (2010), Antara (2011), Darsana (2011), Rero (2011), Annisa (2013), Tafaewasi (2013), dan Wija Antara (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Budiarta (2010) dengan judul “Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Sangsit, Jagaraga dan Sawan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng - Bali” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan yang perlu dilakukan meliputi: 1) strategi pengembangan produk wisata budaya, diimplementasikan melalui program-program seperti mengembangkan dan menciptakan berbagai macam atraksi wisata budaya dan melestarikan keaslian daya tarik wisata budaya yang ada; 2) strategi peningkatan keamanan dan kenyamanan melalui program menjaga keamanan daya tarik wisata budaya yang ada oleh masyarakat dan petugas dari kepolisian; 3) strategi pengembangan prasarana dan sarana pokok maupun penunjang pariwisata. Strategi ini diimplementasikan dengan program menyediakan dan memelihara fasilitas kamar mandi/toilet, fasilitas parkir, memperbaiki jalan alterrnatif dari


(31)

11

Desa Sawan menuju Desa Pegayaman, menyediakan fasilitas akomodasi, menyediakan fasilitas rumah makan, dan membangun pasar seni; 4) strategi promosi dilakukan dengan memperluas pangsa pasar ke Asia, Australia, Amerika Serikat dan Afrika. Mendirikan tourist information services (TIS) di sekitar Pura Beji. Bekerja sama dan melakukan promosi ke BPW agar daya tarik wisata tersebut dimasukkan dalam program wisata (tour itinerary). 5) Strategi pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia, dilakukan lewat program memberikan pelatihan dan penyuluhan pariwisata kepada masyarakat.

Penelitian Budiarta adalah strategi pengembangan pariwisata budaya yang dimiliki Desa Sangsit. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah penelitian Putu Budiarta dilakukan pada objek wisata yang luas, dan berfokus pada keberagaman potensi yang dimiliki berupa pura. Sementara itu, penelitian ini berlokasi pada objek yang akan dikembangkan, membahas strategi ditinjau dari aspek 4A dari pariwisata, dan mengetahui upaya pemerintah dalam pengembangan Gamelan

Jegog sebagai daya tarik wisata di Kelurahan Sangkaragung.

Antara (2011) mengangkat permasalahan penelitian yaitu: potensi-potensi apakah yang mendukung Desa Pelaga untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata?; bagaimana dukungan masyarakat Desa Pelaga terhadap rencana pengembangan desa tersebut sebagai daya tarik wisata?; Bagaimanakah strategi pengembangan pariwisata alternatif di Desa Pelaga?; dan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif maupun kuantitatif yang sampelnya diambil


(32)

12

secara purposive. Data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif dan analisis SWOT.

Hasil penelitian ini menunjukkan, DTW Desa Pelaga memiliki berbagai potensi wisata yang layak untuk dikembangkan dan telah memenuhi empat (4) komponen penting dalam industri pariwisata yang dikenal dengan istilah empat 4A, yaitu Attraction (atraksi wisata), Accessibility (akses untuk mencapai daerah wisata), Amenity (fasilitas dan jasa wisata), dan Ancillary (kelembagaan dan sumber daya manusia pendukung kepariwisataan). Masyarakat lokal sudah terlibat langsung dalam penyediaan fasilitas penunjang kepariwisataan. Pengembangan daerah tujuan wisata Desa Pelaga ke depan dapat dilakukan dengan mengimplementasikan beberapa strategi SWOT seperti strategi SO, ST, WO, dan strategi WT.

Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian pengembangan Gamelan

Jegog adalah sama-sama meneliti strategi pengembangan wisata, dengan

memfokuskan penelitian pada kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam komponen 4A serta peluang dan acamannya. Melalui penelitian ini dapat dirumuskan suatu strategi yang tepat dalam upaya pengembangan daya tarik wisata tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Desa Pelaga, juga diperhatikan dalam penelitian. Penelitian ini juga memperhatikan hal yang sama yaitu, bagaimana keterlibatan masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan


(33)

13

Penelitian Darsana (2011) tentang “Kepariwisataan Pulau Nusa Penida”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi daya tarik wisata, kondisi lingkungan internal dan eksternal, serta merumuskan strategi dan program pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida. Metode analisis yang digunakan adalah analisis matriks IFAS (Internal Factor Analysis

Summary) dan EFAS (External Factor Analysis Summary) serta analisis matriks

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida yang dapat dikembangkan adalah potensi keindahan alam seperti, pantai dengan hamparan pasir putih dan pemandangan bawah laut, wisata religi dan spritual, serta pembudidayaan rumput laut. Pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau Nusa Penida berada pada posisi pertumbuhan.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal pariwisata kawasan barat Pulau Nusa Penida menggunakan Strategi SO (Strength

Opportunity) adalah strategi pengembangan daya tarik wisata (melalui program

penataan kawasan pariwisata, inventarisasi daya tarik wisata, serta kenyamanan dan keamanan berwisata), Strategi ST (Strength Threat) adalah strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan (melalui program peningkatan kualitas lingkungan, kualitas kehidupan sosial budaya, peningkatan perekonomian masyarakat). Strategi WO (Weakness Opportunity) adalah strategi pengembangan promosi (melalui program promosi dan pengadaan tourist information center) dan strategi WT (Weakness Weakness Threat) dengan strategi pengembangan sumber daya manusia dan pembentukan lembaga pengelola pariwisata.


(34)

14

Pengembangan sarana dan prasarana, penataan pariwisata, promosi di kawasan barat Pulau Nusa Penida sangat diperlukan. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama menjaga keamanan, kebersihan, kelestarian alam, dan budaya. Penelitian Darsana memiliki kesamaan dengan penelitian ini, yaitu menggunakan metode SWOT dalam mengenalisis data. Menggali potensi daya tarik wisata dengan metode SWOT akan didapatkan strategi yang tepat dalam pengembangan daya tarik di Kabupaten Jembrana.

Penelitian Rero (2011) tentang pengembangan daya tarik wisata spiritual di Kota Larantuka. Pengembangan wisata spiritual merupakan suatu peluang untuk menambah khasanah daya tarik wisata di Kota Larantuka, demi pengembangan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi Kota Larantuka, menganalisis lingkungan internal dan eksternal, dan menentukan strategi pengembangan Kota Larantuka sebagai daya tarik wisata spiritual.

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode observasi partisipatif, penyebaran kuesioner, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi alternative. Penelitian ini bersifat eksploratif, merumuskan program-program berdasarkan kondisi internal dan kondisi eksternal dikombinasikan dengan teori perencanaan, perubahan budaya, teori adaptasi, teori SWOT dan teori motivasi.

Hasil penelitian Rero (2011) menunjukan bahwa kekuatan Kota Larantuka meliputi keindahan alam, keanekaragaman flora dan fauna, terletak di ibu kota


(35)

15

Kabupaten, kedekatan dengan pelabuhan, kualitas jalan yang baik, posisi objek wisata yang sangat strategis, kualitas pelayanan dan aturan (Code of Conduct). Kelemahan kota Larantuka meliputi kurangnya kebersihan dan kelestarian lingkungan, kurang ketersediaan angkutan wisata, kurangnya sarana pariwisata, kurang tersedianya lahan parkir, masih minimnya fasilitas toilet untuk umum, kurang tertatanya keberadaan warung dan pedagang kaki lima, belum adanya pengelola daya tarik, belum maksimalnya upaya promosi, belum tersedianya

Tourist Information Center (TIC). Berdasarkan matrik Internal Eksternal (IE)

diketahui bahwa posisi lingkungan internal dan eksternal kota Larantuka adalah pada sel V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan adalah pertahankan dan pelihara (strategi tidak berubah). Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa empat strategi alternative yang relevan diterapkan adalah strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata berkelanjutan dan strategi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Kesamaan penelitian Rero dengan penelitian ini adalah teknik yang digunakan adalah analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui startegi yang cocok untuk dapat diterapkan di suatu destinasi yang dikembangkan. Kekurangan penelitian Rero adalah komponen ekternal hal yang diteliti terlalu jauh dari kegiatan yang terdapat di Flores, jadi kurang dirasakan secara langsung dari kota Larantuka. Pembahasan yang jelas dengan penentuan sel dalam startegi SWOT dapat menjadi pertimbangan strategi yang tepat, merupakan kekuatan penelitian Rero.


(36)

16

Annisa (2013) dalam tesis “Pelestarian Angklung Sebagai Warisan Budaya Tak benda Dalam Pariwisata Berkelanjutan Di Saung Angklung Udjo,

Bandung”. Secara umum penelitian bertujuan untuk memahami upaya pelestarian

angklung yang dilakukan oleh objek wisata Saung Angklung Udjo. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui implementasi pariwisata berkelanjutan terhadap Saung Angklung Udjo; (2) untuk mengetahui implementasi perhitungan daya dukung fisik di Saung Angklung Udjo; (3) untuk mengetahui upaya pelestarian angklung sebagai warisan budaya tak benda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Saung Angklung Udjo menerapkan langkah-langkah konstruktif untuk instalasi baru dan sarana fasilitas pemantauan dalam pelayanan untuk melestarikan dan mempromosikan tempat wisata. Dengan menghubungkan pelestarian warisan budaya, peningkatan dan optimalisasi infrastruktur yang ada dilakukan oleh aktor profesional lokal; (2) untuk memajukan ekonomi dalam jangka panjang dan meningkatkan kesejahteraan generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan alam, masyarakat dan ekonomi, untuk menaikan kesejahteraan generasi masa depan; (3) identitas budaya sebagai pusaka budaya yang dapat dikembangkan menjadi modal ekonomi dan sebagai aset agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan untuk mensejahterakan masyarakat dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal sebagai ciri khasnya.

Keterkaitan penelitian Annisa dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang benda budaya sebagai objek penelitian, dengan lebih menekankan aspek daya dukung di Saung Angklung Ujo. Pembahasan yang


(37)

17

mendalam tentang daya dukung di Saung Angklung Ujo memberikan hasil rencana ke depan yang tepat untuk diterapkan di Saung Angklung Ujo sehingga menjadi pariwisata yang berkelanjutan. Penelitian ini belum menjelaskan apa yang menjadi kendala dalam pelestarian angklung sebagai warisan budaya, dan cara untuk mengantisipasi hal tersebut. Sementara itu, dalam penelitian tentang gamelan jegog ini lebih menekankan bagaimana potensi yang dimiliki jegog untuk dikembangkan, strategi yang tepat yang dapat digunakan untuk mengembangkan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata, upaya pemerintah Kabupaten Jembrana dalam pengembangan gamelan jegog.

Penelitian Tafaewasi (2013) mengenai “Pertunjukan Hombo Batu Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Bawömataluo, Kecamatan Fanayama.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran bentuk, fungsi, dan makna hombo batu serta proses terjadinya komodifikasi terhadap hombo batu. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kondisi komponen-komponen pariwisata yang terkait dengan komodifikasi hombo batu di Desa Bawömataluo dan dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya pada masyarakat setempat.

Hasil penelitian ini adalah pergeseran bentuk hombo batu dari bambu runcing, beralih ke tanah liat, dan disempurnakan menjadi batu bersusun yang berbentuk piramid dengan ketinggian sekitar 2,5 meter. Fungsi hombo batu juga mengalami pergeseran. Awalnya sebagai sarana uji ketangkasan atau kemampuan dalam mempersiapkan diri menjadi prajurit di medan perang, bergeser menjadi ajang perlombaan antardesa di daerah Teluk Dalam, Nias Selatan. Dewasa ini


(38)

18

atraksi hombo batu lebih banyak ditampilkan ketika ada permintaan dari wisatawan yang berkunjung ke Desa Bawömataluo.

Daya tarik wisata di Desa Bawömataluo belum disertai oleh komponen-komponen pendukung pariwisata lainnya. Selain atraksi hombo batu yang menjadi ikon pariwisata di Nias Selatan, omo sebua yang menjadi salah satu daya tarik di Desa Bawömataluo ini, keadaan fisik bangunan justru semakin menuju ke ambang musnah. Apabila tidak dilakukan perawatan dan perbaikan segera, sangat terbuka kemungkinan bahwa omo ni folasara ini akan menjadi tinggal kenangan saja. Aksesibilitas juga kurang diperhatikan. Beberapa ruas jalan menuju Desa Bawömataluo rusak dan terdapat beberapa lubang yang sangat membahayakan pengguna jalan. Fasilitas lain seperti ammenities masih sangat minim bahkan belum terdapat akomodasi, rumah makan atau restoran maupun fasilitas penunjang lainnya di desa wisata ini.

Keterkaitan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti suatu pertunjukan kesenian daerah yang dapat dijual kepada wisatawan. Tafaewasi menekankan adanya pergeseran budaya dari pertunjukan Hombo Batu, dari uji ketangkasan menjadi suatu pertunjukan yang menarik kunjungan wisatawan. Penelitian ini membahas tentang komponen-komponen yang harus diperbaiki dalam pengembangan daya tarik Hombo Batu.

Penelitian Wija Antara, dkk (2014) mengenai Pengembangan Gamelan

Jegog Berbasis Android. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan Gamelan

Jegog ke khalayak ramai sehingga informasi tentang keberadaan serta penggunaan


(39)

19

pada umumnya. Aplikasi gamelan jegog berbasis android membantu masyarakat yang merasa sulit untuk belajar jegog untuk lebih mudah mempelajarainya dalam suatu aplikasi di telepon genggam. Dengan demikian maka promosi gamelan

jegog dapat dilakukan jauh lebih baik dibandingkan membeli satu set jegog untuk

dipelajari.

Keterkaitan dengan penelitian ini adalah pengembangan yang dilakukan. Perbedaannya adalah media yang digunakan. Penelitian ini dilakukan melalui media dan teknologi sedangkan penulis melakukan penelitian mendalam dengan melibatkan informan-informan yang mampu memberikan keterangan tentang gamelan jegog.

2.2 Konsep

Agar tidak terjadi kesalahan tafsir dalam penelitian ini, akan dijelaskan pengertian judul dan beberapa istilah yang bersifat operasional. Konsep digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Sumber bacaan yang relevan diperlukan, agar nilai keilmuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan

(credible) serta dapat diterima dan pantas (acceptable) sebagai karya ilmiah.

Beberapa sumber kepustakaan yang relevan adalah daya tarik wisata, destinasi pariwisata, komponen destinasi pariwisata, dan strategi.

2.2.1 Daya Tarik Wisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 menjelaskan bahwa daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa


(40)

20

keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata merupakan suatu tempat yang menarik yang menjadi tempat kunjungan wisatawan. Tempat tersebut mempunyai sumber daya, baik alamiah maupun buatan manusia, seperti keindahan alam, pegunungan, pantai flora dan fauna, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi-candi, tarian, atraksi, dan kebudayaan khas lainnya. Menurut Yoeti (2006:55-56) daya tarik wisata dapat dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut.

1. Daya tarik wisata alam, yang meliputi pemandangan alam, laut, pantai, dan pemantangan alam lainnya.

2. Daya tarik wisata dalam bentuk bangunan, yang meliputi arsitektur bersejarah dan modern, peninggalan arkeologi, lapangan golf, toko dan tempat-tempat perbelanjaan lainnya.

3. Daya tarik wisata budaya, yang meliputi sejarah, foklor, agama, seni, teater, hiburan, dan museum.

4. Daya tarik wisata sosial, yang meliputi cara hidup masyarakat setempat, bahasa, kegiatan sosial masyarakat, fasilitas, dan pelayanan masyarakat. Daya tarik wisata alam yaitu daya tarik wisata berupa keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam yang meliputi: 1) lingkungan perairan laut berupa bentang darat pantai, bentang laut, kolam air, dan dasar laut, 2) lingkungan perairan darat; dan 3) lingkungan hutan pegunungan dengan flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Daya tarik wisata alam yaitu, gua, pantai, danau, gunung, taman laut, taman nasional, taman wisata alam, hutan raya, air terjun, dan lain


(41)

21

sebagainya. Daya tarik wisata budaya adalah hasil olah cipta, rasa, dan karsa manusia sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya meliputi peninggalan sejarah berupa bangunan atau artefak yang memiliki nilai sejarah dan keunikan tertentu, maupun daya tarik wisata budaya etnik dan tradisi masyarakat, yang merupakan aktivitas, adat dan tradisi khas yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu entitas masyarakat. Daya tarik wisata budaya antara lain, situs purbakala, candi, perkampungan tradisional yang memiliki adat dan tradisi budaya masyarakat yang khas. Daya tarik wisata buatan manusia adalah daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artificial dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata alam dan budaya. Daya tarik wisata buatan antara lain taman hiburan dan rekreasi, kawasan pariwisata/resort terpadu, spa dan wellness centre, dan pemandian air panas.

Daya tarik wisata juga memiliki beberapa komponen. Menurut Damanik dan Weber (2006:13), daya tarik wisata yang baik sangat terkait dengan empat hal yakni, memiliki keunikan, orisinalitas, otentisitas, dan keragaman. Keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan kekhasan yang melekat pada suatu daya tarik wisata. Orisinalitas mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi atau tidak mengadopsi nilai yang berbeda dengan nilai aslinya. Otentisitas mengacu pada keaslian. Bedanya dengan orisinalitas adalah otentisitas lebih sering dikaitkan dengan tingkat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik wisata. Otentisitas merupakan kategori nilai yang memadukan sifat alamiah, eksotis, dan bersahaja.


(42)

22

2.2.2 Destinasi Pariwisata

Undang-Undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan menyatakan bahwa destinasi pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata kawasan geografis berada dalam satu atau lebih wilayah administrative. Di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Suwena dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Dasar Pariwisata mendefinisikan destinasi pariwisata merupakan tempat dimana segala kegiatan pariwisata bisa dilakukan, dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata, perlu ada unsur pokok yang harus mendapat perhatian, agar wisatawan bisa tenang, aman, dan nyaman pada saat berkunjung. Unsur pokok penting dalam meningkatkan pelayanan bagi wisatawan sehingga wisatawan bisa lebih lama tinggal di daerah yang dikunjungi. Adapaun unsur pokok tersebut antara lain daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata, tata laksana/infrastruktur, dan masyarakat/ lingkungan.

Suatu destinasi pariwisata hendaknya memenuhi beberapa syarat, yaitu (a) ketersediaan sesuatu yang dapat dilihat (something to see); (b) sesuatu yang dapat dilakukan (something to do); dan (c) sesuatu yang dapat dibeli (something to buy) (Suwena, 2010:85). Perkembangan spektrum pariwisata yang makin luas, menyebabkan syarat tersebut perlu ditambah, yaitu: (d) sesuatu yang dinikmati, yakni hal-hal yang memenuhi selera dan cita rasa wisatawan; dan (e) sesuatu yang


(43)

23

berkesan, sehingga mampu menahan wisatawan dalam waktu yang lebih lama atau merangsang kunjungan ulang.

2.2.3 Komponen Destinasi Pariwisata

Wisatawan yang melakukan perjalanan ke destinasi pariwisata memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke tempat tinggalnya. Aktivitas pariwisata sangat terkait dengan kehidupan kita sehari-hari. Wisatawan membutuhkan makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan pelayanan tersebut, daerah tujuan wisata harus didukung oleh empat komponen utama atau yang dikenal dengan istilah “4A” sebagai berikut.

1. Atraksi (attraction)

Ada banyak alasan mengapa orang berwisata ke suatu daerah. Beberapa yang paling umum adalah untuk melihat keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan budaya yang unik, atau mempelajari sejarah daerah tersebut.

Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (tourism

resources). Ada tiga modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan

itu ada tiga, yaitu: 1) Natural Resources (alami) seperti: iklim, gunung, danau, pantai, hutan, dan bukit; 2) atraksi wisata budaya seperti: arsitektur rumah tradisional di desa, situs arkeologi, benda-benda seni dan kerajinan,


(44)

24

ritual atau upacara budaya, festival budaya, kegiatan dan kehidupan masyarakat sehari-hari, keramahtamahan, makanan; dan 3) atraksi wisata buatan seperti: acara olahraga, berbelanja, pameran, konferensi, dan festival musik.

2. Fasilitas (amenities)

Secara umum pengertian fasilitas adalah segala macam prasarana dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah:

a) usaha penginapan (accommodation) seperti: hotel, losmen, guest

house, homestay, dan vila;

b) usaha makanan dan minuman seperti: restoran, warung, bar dan café; c) transportasi dan infrastruktur.

3. Aksesibilitas (access)

Aksesibilitas berhubungan dengan mudah atau sulitnya wisatawan menjangkau daerah tujuan wisata yang diinginkannya. Akses berkaitan dengan infrastruktur transportasi seperti lapangan udara, terminal bus, kereta api, jalan tol, rel kereta api, termasuk di dalamnya teknologi transportasi yang mampu menghemat waktu dan biaya untuk menjangkau daerah tujuan wisata. Di sisi lain akses, diidentikkan dengan

transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke

daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan transferabilitas tidak akan ada pariwisata.


(45)

25

4. Pelayanan tambahan (ancillaryservice)

Pelayanan tambahan (ancillary service) disebut juga pelengkap yang harus disediakan oleh pemerintah di daerah tujuan wisata, baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan tambahan yang disediakan adalah pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, dan telepon), serta mengkoordinir segala macam aktivitas dengan peraturan perundang-undangan, baik di daerah tujuan wisata maupun di jalan raya.

Keempat komponen tersebut, merupakan daya tawar untuk menarik minat wisatawan melakukan suatu kunjungan ke suatu daerah tujuan wisata (Suwena, 2010:85)

Selain ke empat komponen dari destinasi pariwisata terdapat juga satu prinsip dari komponen pariwisata yaitu CBT (Comunitty Based Tourism). Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan prinsip-prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung dikaitkan dengan sistem perencanaan formal, sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata. Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara pembangunanan dan perencanaan terkendali. Pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dan dampak pembangunan ekowisata.

Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah penerapan Community Based Tourism (CBT) sebagai


(46)

26

pendekatan pembangunan. Definisi CBT yaitu: 1) bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, 2) masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, 3) menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Suansri (2003:14) dalam jurnal Nurhidayati (2007) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan, Atau alat untuk mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Berdasarkan konsep tersebut, dapat ditemukan benang merah konsep suatu daya tarik wisata yang memiliki potensi. Potensi tersebut dapat di lihat dari komponen destinasi pariwisata.

2.2.4 Konsep Strategi

Rangkuti (2001:3-4) telah menghimpun beberapa pengertian strategi, di antaranya sebagai berikut.

1. Chandler (1962) menyatakan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

2. Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) mengatakan bahwa strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada


(47)

27

3. Hamel dan Prahalad (1995) menyatakan strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (bersifat meningkat), terus-menerus, dan dilakukan berdasarkan sudat pandang, tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ‘apa yang dapat terjadi’, bukan dimulai dari ‘apa yang terjadi’.

2.3 Landasan Teori

Dalam menganalisis pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penentuan strategi pengembangan yang sesuai. Berikut ini akan dikemukakan teori-teori yang memiliki relevansi dalam penelitian ini.

2.3.1 Teori Partisipasi

Keberhasilan pengembangan sebuah daya tarik wisata sangat tergantung dari berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya dukungan atau partisipasi masyarakat lokal dimana daya tarik wisata tersebut dikembangkan. Keterlibatan masyarakat lokal dalam konteks ini mengandung pengertian bahwa pengembangan sebuah daya tarik wisata dari, oleh, dan untuk masyarakat.

Partisipasi sebagai proses aktif mengandung arti orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif, dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan suatu hal. Mardikanto (2003:237) menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan. tanggung jawab, dan manfaat.


(48)

28

Pitana (2002:56) mendefinisikan partisipasi tidak hanya kontribusi tenaga, waktu, dan materi Lokal secara cuma-cuma, untuk mendukung berbagai program dan proyek pembangunan, melainkan keterlibatan secara aktif dalam setiap proses. Peran aktif yang dimaksudkan mulai dari perencanaan, penentuan rancangan, pelaksanaan sampai dengan pengawasan, dan penikmatan hasil bagi masyarakat lokal sebagai pelaku pariwisata. Partisipasi dari masyarakat lokal digambarkan sebagai peluang masyarakat untuk berpartisipasi secara efektif dalam kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang pada masyarakat untuk memobilisasi kemampuan, mengelola sumber daya, membuat keputusan, dan melakukan kontrol terhadap kegiatan yang mempengaruhi hidupnya.

Pendekatan partisipatif adalah semua metode yang dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk aktif dan berkontribusi dengan adil terhadap kemampuan dalam pengembangan masyarakat. Pendekatan ini melibatkan masyarakat dalam proses pengembangan dirinya, agar masyarakat lebih memahami apa yang harus dilakukan dan kemampuan apa yang dimiliki.

Partisipasi masyarakat lokal mutlak diperlukan dalam rangka menentukan arah pengembangan sebuah daerah tujuan wisata, membantu memberdayakan sumber daya masyarakat, dengan memberikan pekerjaan atau lapangan kerja, dan sebagai lembaga kontrol terhadap eksploitasi sumber daya alam dan budaya masyarakat lokal secara berlebihan.

Menurut Apsari (2005), konsep partisipasi dalam pengelolaan berkelanjutan, masyarakat dilibatkan dalam pemenuhan kebutuhannya.


(49)

29

Pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan untuk pariwisata harus dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat dalam bentuk: 1). peningkatan kesempatan kerja; 2). diversifikasi kegiatan ekonomi masyarakat setempat; 3). meningkatkan pasar untuk produk-produk mereka; dan 4). memperbaiki infrastruktur.

Pretty’s Typology of Participation Scheyvens (dalam Kusuma Dewi

2012:25) secara umum mengemukakan tentang dua jenis partisipasi antara lain sebagai berikut.

1). Partisipasi Pasif (passive participation). Masayarakat dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan, dirancang, dan dikontrol oleh orang lain atau pihak lain. Apabila dikaitkan dengan masyarakat dalam aspek pariwisata, partisipasi ini ditandai dengan minimnya keterlibatan masyarakat dalam proses kegiatan pariwisata di daerah pembangunan pariwisata, serta kurangnya kontrol masyarakat atas perkembangan pariwiwisata di daerah tersebut. Keterlibatan masyarakat terbatas hanya sebagai pelaku kegiatan pariwisata, bukan sebagai perancang dan pengawas atau pengontrol.

2). Partisipasi aktif (active participation) yaitu proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari pemasalahan yang dihadapi dengan melakukan suatu perencanaan, pengelolaan, sampai pada tahap pengawasan. Dalam aspek pariwisata, ditunjukkan dengan mudahnya masyarakat lokal mendapat informasi tentang pembangunan pariwisata di daerahnya, dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan pariwisata, dengan memperhatikan sumber daya yang mereka miliki.


(50)

30

Teori partisipasi digunakan untuk membedah rumusan masalah nomor dua, mengenai partisipasi stakeholders dalam pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana.

Melalui teori partisipasi, penelitian ini dapat menjelaskan peran Pemerintah Kabupaten Jembrana dan partisipasi masyarakat Kelurahan Sangkaragung. Fungsi manajemen yang telah dilakukan, mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pengevaluasian. Oleh karena itu penelitian ini dapat menemukan jenis peran pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata.

2.3.2 Teori Perencanaan

Perencanaan merupakan pengorganisasian masa depan untuk mencapai tujuan tertentu (Inskeep, 1991). Menurut Sujarto (1986) dalam Paturusi, definisi perencanaan adalah suatu usaha untuk memikirkan masa depan (cita-cita) secara rasional dan sistematik dengan cara memanfaatkan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien.

Menurut Paturusi (2008), suatu perencanaan memiliki syarat-syarat sebagai berikut. Logis yaitu bisa dimengerti dan sesuai dengan kenyataan yang berlaku, Luwes yaitu dapat mengikuti perkembangan. Obyektif yaitu didasarkan pada tujuan dan sasaran yang dilandasi pertimbangan yang sistematis dan ilmiah.

Perencanaan pariwisata merupakan suatu proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masa depan suatu daerah tujuan wisata atau atraksi wisata. Suatu proses yang dinamis dalam penentuan tujuan, yang secara sistematis mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan,


(51)

31

implementasi terhadap alternatif terpilih, dan evaluasi. Proses perencanaan pariwisata dengan melihat lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, politik) sebagai suatu komponen yang saling terkait dan saling tergantung satu dengan lainnya (Paturusi, 2008).

Orientasi perencanaan ada dua bentuk yaitu trend dan target. Perencanaan berdasarkan pada kecenderungan yang ada (trend oriented planning) yaitu suatu perencanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran pada masa yang akan datang, dilandasi oleh pertimbangan dan tata laku yang ada dan berkembang saat ini. dan Perencanaan berdasarkan pertimbangan target (target oriented planning) yaitu suatu perencanaan yang mana tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada masa yang akan datang merupakan faktor penentu.

Menurut Yoeti (2007) dalam Rero (2011) ada beberapa alasan mengapa perencanaan diperlukan. a) Memberi Pengarahan, dengan adanya perencanaan para pelaksana dalam suatu organisasi atau tim mengetahui apa yang hendak dilakukannya dan ke arah mana tujuannya, dan apa yang akan dicapai. b) Membimbing Kerjasama, perencanaan dapat membimbing para petugas untuk tidak bekerja menurut kemauannya sendiri. Dengan adanya perencanaan, akan timbul rasa sebagai bagian dari suatu tim, di tempat tugas seorang banyak tergantung dari tugas lainnya. c) Menciptakan Koordinasi, bila dalam suatu proyek masing-masing keahlian berjalan terpisah, kemungkinan besar tidak akan tercapai suatu inkrenisasi dalam pelaksanaan. Karena itu sangat diperlukan adanya koordinasi antara beberapa aktifitas yang dilakukan. d) Menjamin Tercapainya Kemajuan, suatu perencanaan pada umumnya telah menggariskan program yang


(52)

32

hendak dilakukan. Program itu meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggung jawab tiap individu atau tim dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan, akan segera dilakukan koreksi, sehingga sistem ini akan mempercepat penyelesaian suatu proyek. e) Untuk Memperkecil Resiko, perencanaan mencakup mengumpulkan data yang relevan (baik yang tersedia, maupun yang tidak tersedia) dan secara hati -hati menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Keputusan yang diambil atas dasar intuisi, tanpa melakukan suatu penelitian pasar atau tanpa melakukan perhitungan rates of return on investment, sangat dikhawatirkan akan

menghadapi resiko besar. Karena itu perencanaan lebih memperkecil resiko. f) Mendorong dalam Pelaksanaan, perencanaan terjadi agar suatu organisasi dapat

memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melaui inisiatif sendiri. Untuk mencapai hasil diperlukan tindakan. Untuk melakukan tindakan dibutuhkan suatu perencanaan dan program. Untuk membuat suatu perencanaan diperlukan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Untuk mengetahui data yang perlu dikumpulkan, diperlukan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives) diperlukan suatu pemikiran

(thought) yang khusus. Jadi perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai

yang esensial antara pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action), atau “thought

without action is merely philosophy, action without thought is merely stupidity”.

Pengembangan Gamelan Jegog sebagai daya tarik wista di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik sesuai dengan teori perencanaan. Perencanaan yang baik tentu akan


(53)

33

memberikan pengarahan ketujuan yang akan dicapai. Menjalin kerjasama, menciptakan koordinasi, dan memperkecil dampak-dampak yang tidak menguntungkan. Dengan demikian untuk melakukan pengembangan gamelan

jegog di Kelurahan Sangkaragung diperlukan perencanaan pengembangan agar

tercapai sasaran maupun tujuan yang telah direncanakan. 2.2.3 Teori Manajemen

Sukanto (1992:13) dijelaskan manajemen bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Manajemen sebagai fungsi meliputi usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordisasian, dan pengawasan. Manajemen sebagai peranan adalah antarpribadi pemberi informasi dan pengambil keputusan. Manajemen dapat pula berarti pengembangan keterampilan yaitu teknis, manusiawi, dan konseptual.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai alternatif tujuan, strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan. Usaha tersebut merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya perusahaan pada waktu yang akan datang.

Proses pengambilan keputusan sifatnya ilmiah, yaitu menuruti persyaratan tertentu. Rencana yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat serta tujuan tertentu. Orang yang membuat rencana perlu menghayati pentingnya rencana serta sampai seberapa jauh orang membuat rencana itu. Selanjutnya orang hendaknya mengetahui kaidah perencanaan. Setelah


(54)

34

rencana tercipta, strategi, kebijaksanaan, dan taktik perlu digariskan, sedangkan pelaksanaan rencana itu haruslah konsekuen.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.

Proses pengorganisasian menghasilkan organisasi formal, yaitu lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi. Di lain pihak, mungkin timbul organisasi tidak formal

(informal) yaitu yang menjadi wadah hubungan antara anggota tertentu

organisasi formal. Semuanya perlu diperhatikan oleh manajer organisasi apabila berminat untuk memanfaatkannya bagi tercapainya tujuan-tujuan.

Organisasi mempunyai tiga komponen yaitu fungsi; personalia, dan sarana prasarana fisik. Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian rupa hingga tercapai tujuan organisasi. Untuk maksud ini biasanya diciptakan struktur organisasi tertentu.

3. Pengarahan

Pengarahan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu agar semuanya itu dapat dilakukan. Apa yang direncanakan dan diorganisasikan mungkin tidak berjalan, kecuali jika bawahan diberitahu tentang apa yang harus dilakukan. Orang yang mengarahkan harus menghayati perasaan, sikap, perilaku, dan tindakan yang diarahkan. Pengarahan harus berdasarkan motivasi, harapan akan hasil usaha serta


(55)

35

harapan kepuasan tertentu baik yang mengarahkan maupun yang diarahkan.

Berbagai pendekatan pengarahan disarankan orang, tetapi yang penting bagaimana caranya agar pengarahan yang digariskan itu secara konsekuen dan sukarela diikuti oleh orang yang diarahkan sehingga tercipta kepeminpinan yang dinamis dan kreatif di dalam organisasi. Situasi dimana atasan membimbing serta mengamati bawahannya secara baik perlu diciptakan, sehingga diperoleh kerja sama yang harmonis antara atasan dan bawahan.

4. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan usaha mensinkronkan dan menyatukan kegiatan dalam organisasi agar tercapai tujuan organisasi. Pengkoordinasian merupakan tugas yang sulit dilakukan karena berbagai perbedaan tujuan, waktu, hubungan perseorangan, formalita struktur, dan lain-lain. Tujuan perorangan mungkin berbeda dengan tujuan organisasi. Perlu adanya harmonisasi program-program dan kebijaksanaan dengan mensinkronkan waktu untuk mencapai tujuan utama dari organisasi tersebut.

5. Pengawasan

Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk kepada para pelaksana agar selalu bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya untuk mencapai tujuan sedemikian rupa, sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan menjadikan siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke perencanaan yang


(56)

36

makin jelas, lengkap dan terkoordinir, makin lengkap pula pengawasannya. Pengawasan itu terdiri dari penentuan standar-standar, pengawasan/supervise kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar, serta kegiatan mengoreksi kegiatan atau standar.

2.4 Model Penelitian

Pengembangan suatu potensi untuk dijadikan daya tarik wisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menggali lagi potensi lain yang dimiliki daerah tersebut. Penelitian pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana ditulis agar memberikan solusi bagi pemecahan permasalahan terjadinya ketimpangan pengembangan daya tarik wisata.

Untuk melakukan kajian terhadap masalah ini, aspek-aspek yang menjadi kendala perlu dikaji yaitu aspek lingkungan eksternal dan internal terhadap pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata. Sebuah kawasan, memiliki lingkungan yang dapat dipisahkan menjadi lingkungan bagian dalam yang disebut lingkungan internal dan lingkungan bagian luar kawasan yang disebut lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), dan lingkungan eksternal merupakan peluang

(opportunity) dan ancaman (treath). Berikut bagan model penelitian yang dapat


(57)

37

Kepariwisataan Kabupaten Jembrana

Seni Budaya

Jegog KONSEP

1. Daya Tarik Wisata 2. Destinasi Pariwisata 3. Komponen Destinasi 4. Konsep Strategi

TEORI 1. Teori Partisipasi 2. Teori Perencanaan 3. Teori Manajemen

Apa Potensi Gamelan

Jegog?

Bagaimana Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jembrana?

Bagaimana Strategi Pengembangan Gamelan

Jegog?

Simpulan dan Saran Analisis SWOT

Gambar 2.1. Model Penelitian


(1)

hendak dilakukan. Program itu meliputi tugas yang dikerjakan dan tanggung jawab tiap individu atau tim dalam proyek. Bila ada penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan, akan segera dilakukan koreksi, sehingga sistem ini akan mempercepat penyelesaian suatu proyek. e) Untuk Memperkecil Resiko, perencanaan mencakup mengumpulkan data yang relevan (baik yang tersedia, maupun yang tidak tersedia) dan secara hati -hati menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambil suatu keputusan. Keputusan yang diambil atas dasar intuisi, tanpa melakukan suatu penelitian pasar atau tanpa melakukan perhitungan rates of return on investment, sangat dikhawatirkan akan

menghadapi resiko besar. Karena itu perencanaan lebih memperkecil resiko. f) Mendorong dalam Pelaksanaan, perencanaan terjadi agar suatu organisasi dapat

memperoleh kemajuan secara sistematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melaui inisiatif sendiri. Untuk mencapai hasil diperlukan tindakan. Untuk melakukan tindakan dibutuhkan suatu perencanaan dan program. Untuk membuat suatu perencanaan diperlukan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan. Untuk mengetahui data yang perlu dikumpulkan, diperlukan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan untuk mencapai suatu tujuan (objectives) diperlukan suatu pemikiran (thought) yang khusus. Jadi perencanaan (planning) merupakan suatu mata rantai yang esensial antara pemikiran (thought) dan pelaksanaan (action), atau “thought without action is merely philosophy, action without thought is merely stupidity”.

Pengembangan Gamelan Jegog sebagai daya tarik wista di Kelurahan Sangkaragung Kabupaten Jembrana perlu dilakukan dengan perencanaan yang baik sesuai dengan teori perencanaan. Perencanaan yang baik tentu akan


(2)

memberikan pengarahan ketujuan yang akan dicapai. Menjalin kerjasama, menciptakan koordinasi, dan memperkecil dampak-dampak yang tidak menguntungkan. Dengan demikian untuk melakukan pengembangan gamelan jegog di Kelurahan Sangkaragung diperlukan perencanaan pengembangan agar tercapai sasaran maupun tujuan yang telah direncanakan.

2.2.3 Teori Manajemen

Sukanto (1992:13) dijelaskan manajemen bisa berarti fungsi, peranan maupun keterampilan. Manajemen sebagai fungsi meliputi usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordisasian, dan pengawasan. Manajemen sebagai peranan adalah antarpribadi pemberi informasi dan pengambil keputusan. Manajemen dapat pula berarti pengembangan keterampilan yaitu teknis, manusiawi, dan konseptual.

1. Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan. Fungsi perencanaan meliputi usaha pemilihan berbagai alternatif tujuan, strategi, kebijaksanaan, serta taktik yang akan dijalankan. Usaha tersebut merupakan pengambilan keputusan yang mempengaruhi jalannya perusahaan pada waktu yang akan datang.

Proses pengambilan keputusan sifatnya ilmiah, yaitu menuruti persyaratan tertentu. Rencana yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat serta tujuan tertentu. Orang yang membuat rencana perlu menghayati pentingnya rencana serta sampai seberapa jauh orang membuat rencana itu. Selanjutnya orang hendaknya mengetahui kaidah perencanaan. Setelah


(3)

rencana tercipta, strategi, kebijaksanaan, dan taktik perlu digariskan, sedangkan pelaksanaan rencana itu haruslah konsekuen.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan proses menciptakan hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik, agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.

Proses pengorganisasian menghasilkan organisasi formal, yaitu lembaga atau kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi. Di lain pihak, mungkin timbul organisasi tidak formal (informal) yaitu yang menjadi wadah hubungan antara anggota tertentu organisasi formal. Semuanya perlu diperhatikan oleh manajer organisasi apabila berminat untuk memanfaatkannya bagi tercapainya tujuan-tujuan.

Organisasi mempunyai tiga komponen yaitu fungsi; personalia, dan sarana prasarana fisik. Ketiga komponen tersebut harus dijalin sedemikian rupa hingga tercapai tujuan organisasi. Untuk maksud ini biasanya diciptakan struktur organisasi tertentu.

3. Pengarahan

Pengarahan merupakan usaha yang berhubungan dengan segala sesuatu agar semuanya itu dapat dilakukan. Apa yang direncanakan dan diorganisasikan mungkin tidak berjalan, kecuali jika bawahan diberitahu tentang apa yang harus dilakukan. Orang yang mengarahkan harus menghayati perasaan, sikap, perilaku, dan tindakan yang diarahkan. Pengarahan harus berdasarkan motivasi, harapan akan hasil usaha serta


(4)

harapan kepuasan tertentu baik yang mengarahkan maupun yang diarahkan.

Berbagai pendekatan pengarahan disarankan orang, tetapi yang penting bagaimana caranya agar pengarahan yang digariskan itu secara konsekuen dan sukarela diikuti oleh orang yang diarahkan sehingga tercipta kepeminpinan yang dinamis dan kreatif di dalam organisasi. Situasi dimana atasan membimbing serta mengamati bawahannya secara baik perlu diciptakan, sehingga diperoleh kerja sama yang harmonis antara atasan dan bawahan.

4. Pengkoordinasian

Pengkoordinasian merupakan usaha mensinkronkan dan menyatukan kegiatan dalam organisasi agar tercapai tujuan organisasi. Pengkoordinasian merupakan tugas yang sulit dilakukan karena berbagai perbedaan tujuan, waktu, hubungan perseorangan, formalita struktur, dan lain-lain. Tujuan perorangan mungkin berbeda dengan tujuan organisasi. Perlu adanya harmonisasi program-program dan kebijaksanaan dengan mensinkronkan waktu untuk mencapai tujuan utama dari organisasi tersebut.

5. Pengawasan

Pengawasan pada hakikatnya merupakan usaha memberikan petunjuk kepada para pelaksana agar selalu bertindak sesuai dengan rencana. Diharapkan agar para pelaksana membatasi tindakan-tindakannya untuk mencapai tujuan sedemikian rupa, sehingga tidak begitu menyimpang dari yang diperbolehkan. Pengawasan menjadikan siklus fungsi manajemen lengkap dan membawa organisasi ke perencanaan yang


(5)

makin jelas, lengkap dan terkoordinir, makin lengkap pula pengawasannya. Pengawasan itu terdiri dari penentuan standar-standar, pengawasan/supervise kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar, serta kegiatan mengoreksi kegiatan atau standar.

2.4 Model Penelitian

Pengembangan suatu potensi untuk dijadikan daya tarik wisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk menggali lagi potensi lain yang dimiliki daerah tersebut. Penelitian pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Jembrana ditulis agar memberikan solusi bagi pemecahan permasalahan terjadinya ketimpangan pengembangan daya tarik wisata.

Untuk melakukan kajian terhadap masalah ini, aspek-aspek yang menjadi kendala perlu dikaji yaitu aspek lingkungan eksternal dan internal terhadap pengembangan gamelan jegog sebagai daya tarik wisata. Sebuah kawasan, memiliki lingkungan yang dapat dipisahkan menjadi lingkungan bagian dalam yang disebut lingkungan internal dan lingkungan bagian luar kawasan yang disebut lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), dan lingkungan eksternal merupakan peluang (opportunity) dan ancaman (treath). Berikut bagan model penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 2.1


(6)

Kepariwisataan Kabupaten Jembrana

Seni Budaya

Jegog KONSEP

1. Daya Tarik Wisata 2. Destinasi Pariwisata 3. Komponen Destinasi 4. Konsep Strategi

TEORI 1. Teori Partisipasi 2. Teori Perencanaan 3. Teori Manajemen

Apa Potensi Gamelan Jegog?

Bagaimana Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Jembrana?

Bagaimana Strategi Pengembangan Gamelan Jegog?

Simpulan dan Saran Analisis SWOT

Gambar 2.1. Model Penelitian