Metode Meja I ANALISIS YURIDIS PENETAPAN HAKIM DALAM PERKARA PERMOHONAN DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA (Studi Kasus Penetapan Nomor. 166 dan 167/Pdt.P/2010/PA. Sby).

a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama 2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, misalnya Putusan Hakim, rancangan peraturan perundang-undangan, hasil-hasil penelitian dan sebagainya 15 Dalam hal ini penulis akan menganalisa rumusan masalah yang diperoleh dari Penetapan Hakim, literatu-literatur hukum, internet, serta semua bahan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas dan pada akhirnya dikaitkan berdasarkan UU Perkawinan dan UU Peradilan Agama. 3. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus, indeks, ensiklopedia dan sebagainya. 16

3. Metode

Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan wawancara. 15 M. Syamsuddin , Loc.. cit, h. 96 16 Indrati Rini, Loc. cit, h. 17. Adapun maksudnya adalah sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan Penelitian Kepustakaan adalah bentuk penelitian dengan cara mengumpulkan dan memeriksa atau menulusuri dokumen-dokumen atau kepustakaan yang dapat memberikan informasi atau keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. 17 Dalam hal ini penulis akan menganalisa Penetapan Hakim yang diperoleh dari Pengadilan Agama Surabaya, dan mengumupulkan literatu-literatur buku yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. b. Wawancara Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh pewawancara dan terwawancara untuk memperoleh informasi yang lengkap. 18 Adapun dalam prakteknya penulis melakukan wawancara langsung dengan Hakim dan Panitera muda hukum Pengadilan Agama Surabaya untuk memperoleh keterangan tentang perkara yang berhubungan dengan permohonan dispensasi kawin.

4. Metode Analisis Data

Data yang digunakan adalah “metode analisis kualitatif, yaitu menafsirkan data secara deskriptif dengan menguraikan masalah yang timbul, kemudian mengemukakan pandangan peneliti mengenai 17 M. Syamsuddin , Op. cit, h. 101 18 M. Syamsuddin , Op. cit, h. 108 pemecahan masalah tersebut dari data-data yuridis yang telah didapat sebelumnya”. 19 Adapun dalam prakteknya nanti penulis akan mengidentifikasi masalah yang terdapat di masyarakat, untuk selanjutnya akan dijadikan topik penulisan, kemudian diklarifikasi sesuai dengan norma yang mengaturnya. Setelah itu dilakukan sistematisasi masalah agar dapat mudah untuk dicari jalan keluarnya.

G. Sistematika Penulisan

Pemaparan dari sistematika penulisan ini bertujuan supaya di dalam proses penyampaian materi dari skripsi nanti dapat mudah dipahami. Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab, pada tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu : Bab I merupakan Pendahuluan, yang berisi uraian dari isi tulisan ini yang bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai topik yang akan dibahas dalam skripsi nanti. Bab I terdiri dari beberapa sub bab, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penelitian. Bab II akan membahas mengenai Faktor-Faktor Penyebab Pengajuan Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya. Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab pertama membahas mengenai Prosedur Pengajuan Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama 19 Indrati Rini, Op. cit, h. 41 Surabaya. Pada sub bab kedua mengangkat tentang Proses Penyelesaian Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya. Sedangkan, sub bab ketiga mengangkat tentang Faktor-Faktor Penyebab Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya Bab III lebih jauh akan membahas mengenai Analisis Pertimbangan dan Penetapan Hakim dalam Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya. Pada bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab pertama membahas tentang Penetapan dan Pertimbangan Hakim dalam Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya. Pada sub bab kedua mengangkat tentang Analisis Pertimbangan Hakim dalam Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya. Sedangkan, sub bab ketiga mengangkat tentang Analisis Penetapan Hakim dalam Perkara Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya BAB IV merupakan bab penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran terhadap pokok permasalahan. Pada bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya, dan kemudian dikemukakan beberapa saran yang relevan dengan permasalahan yang ada, yang sekiranya dapat memberikan manfaat terhadap pemasalahan tersebut.

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGAJUAN

DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

A. Prosedur Pengajuan Permohonan Dispensasi Kawin di Pengadilan Agama Surabaya.

Seseorang yang hendak menikah namun usianya belum mencukupi menurut UU Perkawinan harus mendapatkan izin dari Pengadilan. Khusus yang beragama Islam, pengajuan permohonan dispensasi kawin di Pengadilan Agama oleh orang tua sebagai pemohon. Adapun prosedur pengajuan perkara permohonan dispensasi kawin tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: PROSES PERSIDANGAN MEJA I Penaksiran Panjar Perkara KASIR Pembayaran Uang Perkara MEJA II Pemberian No. Register Gambar 1 Sumber: Ilustrasi dari Prosedur Pengajuan Perkara Permohonan di Pengadilan Agama Surabaya 20 Penjelasan Tahapan: Sebelum pemohon mengajukan permohonannya, pemohon ke prameja terlebih dahulu untuk memperoleh penjelasan tentang bagaimana cara berperkara, cara membuat surat permohonan, dan di prameja pemohon dapat minta tolong untuk dibuatkan surat permohonan.

1. Meja I

Surat permohonan yang telah dibuat dan ditandatangani diajukan pada sub Kepaniteraan Permohonan, pemohon menghadap pada meja pertama yang akan menaksir besarnya panjar biaya perkara dan menuliskanya pada Surat Kuasa Untuk Membayar SKUM. Besarnya panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut, yang berdasarkan pasal 193 R.Bg pasal 182 ayat 1 HIR, meliputi: a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai. b. Biaya pemeriksaan, saksi ahli, juru bahasa dan biaya sumpah. c. Biaya pemeriksaan setempat dan perbuatan Hakim yang lain. d. Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah Pengadilan yang berkenaan dengan perkara itu. Bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo cuma- cuma. Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari LurahKepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,00 dan ditulis dalam SKUM.

2. Kasir