d. Jumlah Anak
Apabila suami istri setuju mengenai jumlah anak yang ideal dan mereka memiliki anak sebanyak yang mereka harapkan maka proses penyesuaian
perkawinan akan jauh lebih baik. e.
Posisi dalam Keluarga Faktor ini termasuk penting karena hal ini akan menjadikan individu
untuk belajar memainkan peran tertentu yang dapat dimanfaatkan dalam situasi perkawinan. Semakin mirip situasi baru dengan situasi lama, maka
akan semakin baik pula penyesuaian perkawinan mereka. f.
Hubungan dengan Keluarga Pasangan Hubungan yang baik dengan keluarga pasangan sangat penting dan besar
pengaruhnya pada proses penyesuaian perkawinan.
Dari faktor-faktor yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa harapan terhadap perkawinan, kondisi keuangan, jumlah anak dan masa
menjadi orang tua dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu dalam perkawinannya disamping faktor lainnya seperti posisi dalam keluarga dan
hubungan dengan keluarga pasangan.
B. KEPUASAN PERKAWINAN
1. Pengertian Perkawinan
Istiadi 1958 berpendapat bahwa perkawinan adalah suatu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan sebagian besar umat manusia karena dengan
perkawinan, seseorang telah menempuh hidup baru dan melepaskan diri dari asuhan orang tua untuk membentuk keluarga baru.
Pengertian perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dalam Walgito, 1988 adalah suatu ikatan lahir bathin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Lasswell Lasswell 1987 menjelaskan bahwa perkawinan merupakan
proses belajar yang terjadi pada dua individu untuk mencocokkan kebutuhan, keinginan dan harapan satu sama lain dengan tujuan untuk mencapai tingkat
yang menyenangkan melalui hubungan saling memberi dan menerima sehingga tercapai pengenalan dan pengertian yang lebih mendalam.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan lahir bathin antara pria dan wanita
untuk hidup bersama dan membentuk keluarga baru berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang keutuhannya harus dijaga hingga akhir hayat serta
bertujuan untuk saling menyesuaikan kebutuhan, keinginan dan harapan satu sama lain sehingga dapat mencapai suatu kebahagiaan.
2. Pengertian Kepuasan Dalam Perkawinan
Hurlock 1980 mengatakan bahwa kepuasan dalam perkawinan merupakan tingkat keberhasilan suami istri dalam menyesuaikan diri dan
menghadapi setiap permasalahan dalam rumah tangga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Roach, dkk dalam Sembiring, 2003 mengatakan bahwa kepuasan perkawinan merupakan persepsi terhadap kehidupan yang diukur dari besar
kecilnya kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Kepuasan perkawinan adalah evaluasi secara keseluruhan tentang segala
hal yang berhubungan dengan kondisi perkawinan Clayton dalam Lailatushifah, 2003 atau evaluasi suami istri terhadap seluruh kualitas kehidupan perkawinan
Snyder dalam Lailatushifah ,2003. Bahr, dkk dalam Nainggolan, 2003 mendefinisikan kepuasan
perkawinan sebagai evaluasi subjektif terhadap kualitas perkawinan secara keseluruhan yaitu taraf terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan suami
istri dalam perkawinan. Dari berbagai teori diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan
dalam perkawinan merupakan evaluasi subjektif terhadap taraf terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan suami istri dalam perkawinan tersebut.
3. Aspek-Aspek Kepuasan Dalam Perkawinan