a. Kebersamaan : dapat meluangkan waktu untuk bekumpul bersama yang
dapat digunakan untuk berbincang-bincang membicarakan masalah penting dalam kehidupan keluarga.
b. Kedewasaan : memiliki kedewasaan dalam berperilaku, tidak tergantung
pada orang lain, dapat mengendalikan emosi dalam menyelesaikan konflik dan memiliki pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan.
c. Kepercayaan : memiliki rasa percaya akan kesetiaan masing-masing, tidak
ada rasa saling curiga dan kecemburuan yang dapat menimbulkan konflik. d.
Toleransi : saling memahami dan menerima sifat baik dan buruk masing- masing serta memahami kesulitan yang sedang dialami pasangan.
e. Kebebasan : memperoleh kebebasan untuk mengembangkan minat dan
prestasinya, memberi dukungan terhadap minat dan pekerjaan pasangannya serta memberi kebebasan untuk menentukan sikap dan perilaku yang tepat
untuk dirinya. f.
Harapan terhadap anak-anak : anak-anak bertingkah laku baik, menyenangkan dan taat pada orangtua, keberadaan anak-anak diterima
dengan baik dan memiliki perhatian yang cukup untuk mendidik anak-anak.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Dalam Perkawinan
Kepuasan perkawinan dapat tercapai apabila hasrat atau keinginan yang sesuai dengan yang diharapkan dapat tercapai. Berikut adalah faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan dalam perkawinan : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Komunikasi
Untuk mencapai kepuasan dalam perkawinan, kemampuan dalam berkomunikasi yang bersifat dua arah dan seimbang sangat diperlukan dalam
perkawinan, oleh karena itu komunikasi tersebut harus selalu dibina sehingga apapun yang dialami oleh suami atau istri dapat diketahui
pasangannya Stimet Defrain dalam Lailatushifah, 2003. b.
Perilaku Asertif Perilaku asertif mencakup kemampuan individu untuk mengungkapkan
pendapat, pikiran dan keinginan serta aspirasi. Individu yang mampu berperilaku secara asertif dalam perkawinannya dapat lebih mudah mencapai
kepuasan dalam perkawinan dibandingkan dengan individu yang kurang mampu berperilaku asertif Leibo, 2004.
c. Penyesuaian Perkawinan
Penyesuaian perkawinan banyak dikaitkan dengan kepuasan dalam perkawinan. Individu yang merasa puas dengan perkawinannya dikatakan
memiliki penyesuaian perkawinan yang baik, sedangkan individu yang merasa tidak puas dengan perkawinannya dikatakan memiliki penyesuaian
perkawinan yang buruk Dyer dalam Wahyuningsih, 2005. d.
Kecerdasan Emosional Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
berkaitan dengan kepuasan dalam perkawinan. Individu dengan kecerdasan emosional yang baik akan lebih mampu mencapai kepuasan dalam
perkawinan Wahyuningsih, 2005. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Kesadaran Akan Peran Gender
Untuk mencapai kepuasan dalam perkawinan diperlukan kesadaran akan peran gender agar relasi antara suami istri dapat seimbang dan dapat
menjalin hubungan sebagai mitra sejajar. Masing-masing pihak akan memberikan kontribusi sesuai yang dibutuhkan sehingga permasalahan
dalam keluarga dapat diselesaikan dan hubungan suami istri terasa lebih menyenangkan dan memuaskan Stefani, 2000
f. Kesehatan
Walgito 1984 menjelaskan bahwa dengan kesehatan yang baik, maka individu juga akan dapat menjalankan perannya dengan baik, dan bila
individu dapat menjalankan perannya dengan baik maka penyesuaian dirinya akan semakin baik sehingga kepuasan dalam perkawinan dapat tercapai.
Dari faktor-faktor yang dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan dalam perkawinan dapat dipengaruhi oleh komunikasi,
perilaku asertif, penyesuaian perkawinan, kecerdasan emosional, kesadaran akan peran gender dan kesehatan.
C. WANITA YANG BEKERJA