e. Kesadaran Akan Peran Gender
Untuk mencapai kepuasan dalam perkawinan diperlukan kesadaran akan peran gender agar relasi antara suami istri dapat seimbang dan dapat
menjalin hubungan sebagai mitra sejajar. Masing-masing pihak akan memberikan kontribusi sesuai yang dibutuhkan sehingga permasalahan
dalam keluarga dapat diselesaikan dan hubungan suami istri terasa lebih menyenangkan dan memuaskan Stefani, 2000
f. Kesehatan
Walgito 1984 menjelaskan bahwa dengan kesehatan yang baik, maka individu juga akan dapat menjalankan perannya dengan baik, dan bila
individu dapat menjalankan perannya dengan baik maka penyesuaian dirinya akan semakin baik sehingga kepuasan dalam perkawinan dapat tercapai.
Dari faktor-faktor yang dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepuasan dalam perkawinan dapat dipengaruhi oleh komunikasi,
perilaku asertif, penyesuaian perkawinan, kecerdasan emosional, kesadaran akan peran gender dan kesehatan.
C. WANITA YANG BEKERJA
Tuntutan ekonomi yang semakin tinggi dan adanya kesempatan bagi wanita untuk mencapai jenjang pendidikan yang setara dengan pria telah membuat wanita
mampu merambah dunia kerja dan mengembangkan karir di berbagai bidang pekerjaan Stefani dkk, 2000 serta telah melahirkan bentuk rumah tangga pekerja
ganda dimana suami istri sama-sama memiliki pekerjaan diluar rumah dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga Lailatushifah, 2003.
Bagi wanita yang telah berkeluarga, keputusan untuk bekerja dan berkarir tidak hanya bergantung pada dirinya sendiri tetapi juga bagaimana tanggapan dari
pihak keluarga terutama suami karena bagi mereka, kehidupan rumah tangga merupakan hal yang diprioritaskan selain keinginannya untuk bekerja Stefani dkk,
2000. Meningkatnya status wanita dalam masyarakat, terutama bagi wanita yang
sudah menikah, dapat menimbulkan gangguan ketenangan rumah tangga Setyowati dkk, 2003 karena ia dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas selesainya
pekerjaan rumah tangga Mosse dalam Lailatushifah, 2003. Karir wanita akan menimbulkan masalah apabila tidak dipersiapkan dengan matang dan profesional
dan apabila ia tidak pandai membagi waktu antara rumah tangga dan karir maka ia akan kesulitan menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga Setyowati dkk,
2003. Dengan adanya permasalahan yang muncul akibat dari peran ganda wanita, maka dibutuhkan adanya penyesuaian tersendiri khususnya bagi wanita itu sendiri
dan penyesuaian keluarga pada umumnya Mappiare, 1983. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pada uraian diatas adalah untuk
dapat memenuhi fungsinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir, wanita memerlukan dukungan dan pengertian dari berbagai pihak terutama suami dan
keluarganya sehingga konflik dalam rumah tangganya akibat dari ia bekerja dapat diminimalisir sehingga dapat tercapai kesesuaian antara pekerjaan rumah tangga dan
karirnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DALAM PERKAWINAN
DAN KEPUASAN DALAM PERKAWINAN PADA WANITA YANG BEKERJA
Setelah memasuki jenjang perkawinan, bukan berarti suami istri dapat langsung mewujudkan kebahagiaan seperti yang diimpikan sewaktu mereka belum
menikah. Mereka harus menghadapi berbagai masalah yang muncul selama mereka menikah Dariyo, 2003. Berbagai masalah dalam kehidupan perkawinan dapat
mengakibatkan perselisihan antara suami istri, namun perselisihan merupakan hal yang wajar karena setiap perkawinan merupakan perpaduan individu yang
membawa pendapat, kepribadian unik dan nilai-nilainya sendiri Gottman dan Silver, 2001.
Permasalahan dalam kehidupan perkawinan dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam perkawinan. Kepuasan perkawinan dapat tercapai apabila
kedua belah pihak saling berbagi kebahagiaan yang setara karena perkawinan adalah penyatuan dua pribadi yang berbeda untuk mengarah ke suatu tujuan dan
keseimbangan Spanier dalam Pramesti, 2006. Tercapainya kepuasan perkawinan dapat dilihat dari terpenuhi atau tidaknya aspek-aspek dalam kepuasan perkawinan
yang meliputi kebersamaan, kedewasaan, kepercayaan, toleransi, kebebasan, serta harapan terhadap anak-anak.
Hurlock 1980 mengatakan bahwa kepuasan dalam perkawinan bersifat relatif, artinya kriteria perkawinan yang dapat memuaskan bagi satu pasangan belum
tentu memuaskan bagi pasangan lain. Puas atau tidaknya pasangan suami istri terhadap kehidupan perkawinan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan motif masing-
masing yang ada pada setiap individu. Kepuasan dalam perkawinan dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh beberapa tokoh yaitu komunikasi, perilaku asertif, penyesuaian dalam perkawinan, kecerdasan
emosional, kesadaran akan peran gender, dan kesehatan. Dalam perkawinan, wanita pada era ini tidak lagi hanya berfungsi sebagai
ibu rumah tangga biasa, akan tetapi para wanita tersebut kini telah mampu menunjukkan eksistensinya dalam bidang pekerjaan yang digeluti oleh para pria.
Pekerjaan dijadikan sebagai jalan untuk mengaktualisasikan diri dan membentuk identitas bagi wanita, namun terkadang diikuti dengan tidak terpenuhinya fungsi
wanita sebagai ibu rumah tangga, sehingga walaupun wanita juga bekerja mencari nafkah, ia juga dituntut untuk dapat menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan
keluarganya Suprapto, 2007. Wanita yang menikah dan bekerja menghadapi konflik antara keinginan
untuk terlibat dalam aktivitas keluarga dan keinginan untuk melakukan pekerjaan atau karirnya dengan baik Senecal, dkk dalam Baron Byrne, 2003. Keinginan-
keinginan tersebut dapat dengan mudah mengarah pada konflik, keterasingan dan kelelahan emosional. Konflik ini dapat mempengaruhi wanita dan dapat mengarah
pada ketidakpuasan terhadap perkawinan dan juga pekerjaannya Perrewe, dkk dalam Baron Byrne, 2003, sehingga wanita harus menemukan cara yang paling
baik untuk menyesuaikan diri dalam rangka mencapai kepuasan dalam perkawinan Baron Byrne, 2003
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kepuasan dalam perkawinan adalah penyesuaian diri dalam perkawinan yang akan menentukan
apakah seseorang merasa puas atau tidak dengan kehidupan perkawinannya Alston Dudley dalam Hurlock, 1980.
Penyesuaian diri dalam perkawinan merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus sepanjang usia perkawinan karena setiap individu dapat
berubah sehingga setiap waktu masing-masing pasangan harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian diri dalam perkawinan sangat diperlukan pada awal-awal
masa perkawinan. Penyesuaian yang baik pada awal masa perkawinan akan membantu pasangan suami istri untuk melakukan penyesuaian di masa yang akan
datang yang lebih sulit karena adanya pertumbuhan keluarga Landis Landis dalam Wahyuningsih, 2005.
Kegagalan dalam menyesuaikan diri dapat berdampak pada individu secara psikologis seperti stres dan depresi karena menghadapi situasi yang penuh tekanan
Handayani, 2004, tidak dapat berinteraksi dengan baik serta mengalami gejolak rumah tangga yang bisa saja tidak terselesaikan dan berujung pada perceraian Rose,
1987. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dalam
perkawinan. Faktor-faktor yang dikemukakan oleh Hurlock 1980 yaitu masa orang tua, kondisi keuangan, harapan perkawinan, jumlah anak, posisi dalam keluarga, dan
hubungan dengan keluarga pasangan. Keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri dalam perkawinannya
ditentukan melalui 4 aspek yang dikemukakan oleh Hurlock 1980 yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan dan
penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Penyesuaian diri wanita yang menikah dan bekerja dapat memicu kelelahan
baik secara fisik maupun emosional. Apabila kelelahan tersebut tidak teratasi dengan baik maka komunikasi dengan pasangan juga menjadi tidan baik. Akan
tetapi apabila dalam kehidupan perkawinan wanita mendapatkan dukungan dan perhatian dari pasangannya, maka hubungan komunikasi di antara mereka akan
menjadi lebih baik. Komunikasi yang baik dan dua arah dengan pasangannya dapat membantu wanita mengurangi beban fisik dan emosional dalam dirinya sehingga
kepuasan dalam perkawinan dapat tercapai. Untuk dapat berhasil mencapai kepuasan dalam perkawinan, seorang wanita
yang berperan sebagai ibu rumah tangga dan pekerja harus menyesuaikan diri agar dapat memperoleh variasi hidup yang lebih menyenangkan. Dengan penyesuaian
diri yang baik maka akan tercapai kepuasan dalam perkawinannya, sehingga dapat menambah rasa percaya diri pada wanita serta merasa berguna karena telah dapat
berbuat sesuatu bagi dirinya sendiri maupun keluarganya Hurlock, 1980. Pada akhirnya, semakin baik penyesuaian diri seorang wanita pada
kehidupan perkawinannya maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan perkawinan yang dapat dicapai, namun semakin buruk penyesuaian dirinya maka akan semakin
rendah pula tingkat kepuasan perkawinan yang didapatkan.
E. HIPOTESIS