PENELITIAN TERDAHULU Kajian Kosakata Bandingan Idiom Bagian Tubuh Bahasa Indonesia Dan Bahasa Jepang.

4 kayu maupun besi berbentuk persegi empat atau bulat, memiliki kaki yang selanjutnya disebut dengan kaki meja, fungsinya bisa dipakai untuk menaruh sesuatu, tempat makan, tempat belajar dlsb. Mengapa barang tersebut dinamakan meja, mengapa tidak dinamakan kursi atau yang lainnya. Karakteristik bahasa seperti ini, disebut dengan ciri bahasa yang bersifat arbitrer manasuka. Artinya tidak ada hubungan yang mengikat dan wajib antara lambang dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Namun, sebuah konsep yang dilukiskan oleh suatu lambang tertentu telah disepakati oleh penutur bahasa tersebut sehingga bersifat tetap dan konstan. Artinya, sesuatu benda yang memiliki ciri-ciri tertentu dinamakan meja, dan jika ada benda yang sama atau hampir sama bentuk maupun fungsinya akan tetap disebut dengan meja. Terkait dengan fungsi bahasa seperti ini, Chaer.A 1994:47 menyebutnya dengan istilah bahasa itu konvensional. Maksudnya bahwa masyarakat bahasa mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya keajegan makna. Pemikiran ini peneliti pergunakan dalam menjelaskan makna idiom jenis metafora dalam hubungannya dengan konsep dari unsur kata pembentuk idiom tersebut. Penelitian ini berusaha menguak keterkaitan hubungan antara makna idiom jenis metafora melalui penjelasan dari makna gabungan unsur pembentuk idiom tersebut yang menghasilkan makna kiasan atau makna tambahan.

5. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang penulis lakukan semasa menyelesaikan tesis master. Sehingga ditemukan beberapa karakter dan cara pemakaiannya dalam wacana. Makna idiom sudah diakui dan digunakan masyarakat penutur bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan lawan bicara untuk menyampaikan suatu pendapat atau gagasan-gagasan tertentu. Karena makna idiom ini merupakan makna yang sudah di tetapkan, maka tidak ada cara lain selain menghafal semua makna-makna idiom tersebut tanpa kecuali. Sehingga bagi pembelajar bahasa merasa kesulitan dalam menghafal beribu-ribu idiom yang ada, apalagi jika sebagai pembelajar bahasa asing, Hal ini merupakan suatu kendala yang sangat penting. Faktor ini mendorong peneliti untuk meneliti idiom dalam bahasa Jepang. Fenomena ini sesuai dengan hasil kajian Suryadimulya,A 1998 melakukan penelitian tentang kemampuan pemahaman idiom bahasa Jepang terhadap dua sampel penelitian yang berbeda, yakni penutur asli bahasa Jepang, dan pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia. Simpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut secara pokok ada dua hal, yakni: 1. Derajat pemahaman makna idiom pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia terutama yang tidakbelum pernah belajar di Jepang, masih rendah. 2. Diperlukannya penjelasan tentang latar belakang keberadaan idiom tersebut 5 diciptakan guna pemahaman makna idiom. Penelitian-penelitian yang membahas mengenai idiom dan majas perbandingan dalam bahasa Jepang tidaklah sedikit jumlahnya. Namun, peneliti merasakan adanya sesuatu yang kurang jelas dari hasil penelitian yang ada. Penelitian Momiyama 1997 membuat deskripsi tentang klasifikasi idiom yang menghasilkan makna kiasan Miyaji menyebut idiom jenis ini sebagai Hiyutekikanyouku dengan cara mendeteksi ada tidaknya hubungan antara makna leksikal gabungan kata pembentuk idiom dengan makna idiomatiknya. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti memperoleh pemikiran bahwa idiom jenis majas metafora antara makna leksikal gabungan kata pembentuknya dengan makna idiomatik yang dihasilkan memiliki hubungan dalam hal persamaan ‘ruijisei’. Persamaan yang dimaksud Momiyama dalam penelitiannya tidak disertai dengan penjelasan yang memadai sehingga mendorong peneliti untuk menyambung konsep yang dikemukakan beliau. Dalam ungkapan lain, persamaan yang dihasilkan dari hubungan kedua makna tersebut menunjukkan kesamaan dalam hal apa, atau dengan apa hal tersebut dipersamakan, masih belum dibahas. Penelitian yang berusaha menjelaskan permasalahan tersebut terkait dengan idiom jenis majas metafora belum banyak jumlahnya. Hal ini menjadi faktor pendorong peneliti untuk meneliti permasalahan tersebut. Pemahaman mendalam terhadap bagaimana orang Jepang mengungkapkan sesuatu maksud dengan ungkapan-ungkapan taklangsung dan bersifat simbolik, tidaklah sedikit yang berkaitan dengan perilaku, pemikiran, kondisi sosial dan budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, melalui pemahaman idiom akan sedikit banyak berkontribusi dalam pemahaman budaya bangsa Jepang.

6. METODE PENELITIAN