Kajian Kosakata Bandingan Idiom Bagian Tubuh Bahasa Indonesia Dan Bahasa Jepang.

(1)

MAKALAH

KAJIAN KOSAKATA BANDINGAN

IDIOM BAGIAN TUBUH

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG

Kontribusinya terhadap Pendidikan Bahasa Jepang

”Comparison between the Japanese and Indonesian languages regarding the

Use of Idioms concerning Parts of the Body”

-

A Contribution towards the Teaching of Japanese

DISAMPAIKAN PADA

SIMPOSIUM KEBUDAYAAN INDONESIA - MALAYSIA X (SKIM X) BANGI, SELANGOR, MALAYSIA, 29 - 31 MEI 2007

✂✁✄✆☎ ✂✁✄✆☎ ✂✁✄✆☎ ✂✁✄✆☎


(2)

✠✑✖✮✜✳✗✏✓✒✪☛✑✜✧✴✝✪☛✵✦✴✝✗✛✓✱✶✝✑✛✚✱✶✝✗✒✚✝✗✖ ✠✑✖✮✜✳✗✏✓✒✪☛✑✜✧✴✝✪☛✵✦✴✝✗✛✓✱✶✝✑✛✚✱✶✝✗✒✚✝✗✖ ✠✑✖✮✜✳✗✏✓✒✪☛✑✜✧✴✝✪☛✵✦✴✝✗✛✓✱✶✝✑✛✚✱✶✝✗✒✚✝✗✖ ✠✑✖✮✜✳✗✏✓✒✪☛✑✜✧✴✝✪☛✵✦✴✝✗✛✓✱✶✝✑✛✚✱✶✝✗✒✚✝✗✖

✷✰✸ ✷✰✸ ✷✰✸

✷✰✸✆✹✹✹✹✻✺✽✼✾✔✣✏✪✜ ✺✽✼✾✔✣✏✪✜✺✽✼✾✔✣✏✪✜ ✺✽✼✾✔✣✏✪✜✿✷✆❀✲❀

✷✆❀✲❀ ✷✆❀✲❀ ✷✆❀✲❀✆❁❁❁❁


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan karunia-Nyalah laporan hasil penelitian ini dapat diselesaikan. Laporan hasil penelitian ini dapat terwujud berkat sumbangan pikiran dan materi dari berbagai pihak.Oleh karena itu,dengan segala kerendahan hati,penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Ramdan Panigoro,MD,M.Sc.,Ph.D, yang telah mendorong penulis untuk mengikuti simposium bertaraf internasional ini.

2. Prof.Dr.Tajima Ikudo (Aichi Gakuin University) dan Dr.Hirose Eishi,M.Litt (Shizuoka University of Art and Culture)yang telah yang bersedia menjadi nara sumber dalam melakukan kaji silang terhadap data penelitian ini.

Laporan penelitian ini selanjutnya penulis sampaikan dalam Simposium Kebudayaan Indonesia – Malaysia X (SKIM X) di Universitas Kebangsaan Malaysia Kuala Lumpur pada tanggal 29 – 31 Mei 2007.

Penulis menyadari,bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna dan perlu pengembangan lebih lanjut terutama dalam menunjang terciptanya metode pendidikan Bahasa Jepang di Indonesia yang lebih baik. Akan tetapi penulis yakin,bahwa sebagai langkah awal ke arah penelitian yang berbobot dengan analisis yang akurat, laporan penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para peminat serta pemerhati pendidikan bahasa Jepang di Indonesia.

Bandung, Mei 2007 Penulis


(4)

”Comparison between the Japanese and Indonesian languages regarding the

Use of Idioms concerning Parts of the Body”

- A Contribution towards the Teaching of Japanese

ABSTRACT

Idioms are easily found in various languages in the world. The language user’s thinking pattern influences the existence of idioms in a language. In Indonesian language there is an idiom : “mencoreng arang di muka (put a dirt from a coal on his/her own face), which mean bring shame to his/herself.

Meanwhile, Japanese language uses the word “mud” for the exact same meaning, that is :”kao ni doro wo nuru” (put a mud on his/her own face). In English, we can find find a phrase :” cannnot keep ones mouth shut”, in Chinese there is “tsuichien” (in Japanese : “kuchi ga karui”), in Thai there is “paa’kbao”, and in French there is :”avoir langue bien longue”. This idioms have the exact same idiomatical meaning, which is cannot keep a secret, but they use different words to represent the meaning, those are : “mouth” and “tongue”. In Indonesian we can also find an idioms “bocor mulut” (leacky mouth)(Badudu,1978: 54) which has the same meaning with those idioms mentioned above. Meanwhile, the idiom “ringan mulut” (light mouth) in Indonesian has a different meaning with those in Japanese.

This research is aimed to discuss the characteristic of idioms using parts of human body both in Japanese and Indonesian Languages, compare the similarities and also identify factors influencing the differences..


(5)

KAJIAN KOSAKATA BANDINGAN

IDIOM BAGIAN TUBUH

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG

Kontribusinya terhadap Pendidikan Bahasa Jepang

Abstraksi

Idiom atau ungkapan sering kita jumpai dalam pelbagai bahasa di dunia. Dan kehadiran idiom dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan mencoreng arang di muka (membuat aib), sementara dalam bahasa Jepang untuk arti tersebut digunakan lumpur yaitu kao ni doro wo nuru (mengoleskan lumpur pada muka). Kedua frase ini memiliki lexical meaning dan Idiomatical meaning. Dalam bahasa Inggris, dikenal frase cannnot keep ones mouth shut, dalam bahasa China terdapat kata/frase tsuichien (bahasa Jepang : kuchi ga karui), bahasa Thailand menggunakan paa’kbao, dan bahasa Prancis dikenal dengan frase avoir langue bien longue. Ungkapan di atas memiliki makna idiomatikal yang sama (tidak bisa menyimpan rahasia) tetapi dibentuk oleh kosa kata yang berbeda (mulut dan lidah).

Dalam bahasa Indonesia sendiri kita dapati ungkapan bocor mulur

(Badudu, 1978 : 54). Sementara itu ringan mulut dalam bahasa Indonesia memiliki makna idiomatikal yang berbeda dengan bahasa Jepang.

Makalah ini mencoba membahas karakteristik idiom organ tubuh bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, di samping persamaan-persamaan yang muncul serta menelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tersebut


(6)

DAFTAR ISI Kata Pengantar

Daftar Isi

Abstract i

Abstraksi ii 1 Pendahuluan 1 2 Latar Belakang 1

3 Tujuan 2

4 Definisi Idiom 2 5 Penelitian Terdahulu 4

6 Metode 5

7 Hasil Pengamatan dan Analisi 6 1 Idiom Sekata Semakna 6 2 Idiom Sekata Beda Makna 7 3 Idiom Semakna Beda Kata 9 8 Kontribusinya terhadap Pendidikan Bahasa Jepang 11 9 Simpulan 11 Daftar Pustaka 12


(7)

1

KAJIAN KOSAKATA BANDINGAN

IDIOM BAGIAN TUBUH

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG

Kontribusinya terhadap Pendidikan Bahasa Jepang1

Agus Suherman Suryadimulya2 1. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Seringkali penyampaian sesuatu maksud tertentu secara taklangsung dan bersifat simbolik. Banyak pertimbangan yang menyebabkan penyampaian maksud secara taklangsung, di antaranya menghindari ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu, ada pula yang berpendapat bahwa ungkapan tersebut lebih tepat dan terarah. Secara pokok, dapat dikatakan bahwa hal ini sangat terkait dengan cara masyarakat penutur bahasa tersebut mengungkapkan sesuatu. Bangsa Jepang terkenal dengan sopan santun serta kecenderungan berbasa-basi. Bahasa Jepang pun mengikuti pula pola tingkah orang Jepang yang cenderung menggunakan ungkapan yang taklangsung dan bermakna mendalam. Idiom sering menjadi alternatif yang sering dipakai sebagai alat menyampaikan maksud secara taklangsung dalam bahasa Jepang.

Sapir & Whorf (1964) mengatakan, bahwa perbedaan pola pikir disebabkan oleh adanya perbedaan bahasa akan menyebabkan orang Indonesia menggunakan kata

arang untuk makna keaiban, sementara orang Jepang memakai kata lumpur. Hal ini

karena adanya latar belakang filosofis yang sangat mendasar.

Latar belakang sosiologis tidak terbatas pada struktur internal bahasa, tetapi juga berdasarkan faktor sejarahnya, kaitannya dengan sistem linguistik lain, dan pewarisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam bahasa Jepang terdapat idiom

katatataki ni au dengan makna di-PHK (sinkronik), sementara dalam bahasa Indonesia

kita jumpai idiom penyambung lidah rakyat (diakronik).

2. LATAR BELAKANG

Idiom atau ungkapan sering kita jumpai dalam pelbagai bahasa di dunia. Dan kehadiran idiom dalam suatu bahasa sangat dipengaruhi oleh pola pikir penutur bahasa itu sendiri. Dalam bahasa Indonesia terdapat ungkapan mencoreng arang di muka

(membuat aib), sementara dalam bahasa Jepang untuk arti tersebut digunakan lumpur

1 Disampaikan pada Simposium Kebudayaan Indonesia – Malaysia (SKIM X), Bangi,Selangor,

Malaysia, 29 – 31 Mei 2007

2


(8)

2

yaitu kao ni doro wo nuru (mengoleskan lumpur pada muka). Kedua frase ini memiliki lexical meaning dan Idiomatical meaning. Dalam bahasa Inggris, dikenal frase

cannnot keep ones mouth shut, dalam bahasa China terdapat kata/frase tsuichien

(bahasa Jepang : kuchi ga karui), bahasa Thailand menggunakan paa’kbao, dan bahasa Prancis dikenal dengan frase avoir langue bien longue. Ungkapan di atas memiliki makna idiomatikal yang sama (tidak bisa menyimpan rahasia) tetapi dibentuk oleh kosa kata yang berbeda (mulut dan lidah).

Dalam bahasa Indonesia sendiri kita dapati ungkapan bocor mulur (Badudu, 1978 : 54). Sementara itu ringan mulut dalam bahasa Indonesia memiliki makna idiomatikal yang berbeda dengan bahasa Jepang.

3. TUJUAN

Seringkali pembelajar bahasa Jepang yang sudah menguasai bahasa Jepang dengan baik, mendapat kesulitan untuk berbicara dengan nuansa yang alami atau ingin mengungkapkan sesuatu dengan tepat. Hal ini dikarenakan penguasaan idiom yang dirasakan sangat terbatas, sehingga apa yang ingin diungkapkan tidak tepat pada sasaran yang dimaksud. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sbb: 1. Mencari karakteristik idiom bahasa Jepang dan padanannya dalam bahasa

Indonesia

2. Dalam proses pembelajaran, idiom apa yang mudah dicerna serta dihafalkan dan idiom apa yang sulit dipahami maupun diingat.

3. Mengamati idiom satu persatu dengan melihatnya dalam wacana sehingga dapat diketahui cara penggunaannya.

4. Menemukan metode/teori dalam mengajarkan idiom bahasa Jepang kepada orang Indonesia.

4. DEFINISI IDIOM

Dalam bab ini dikupas beberapa teori tentang makna idiom sekaligus merangkumnya dan penulis mencoba mengemukakan pendapat tentang peranan idiom dalam kehidupan berbahasa.

Idiom merupakan bentuk ungkapan yang sudah tidak mengikuti aturan tata bahasa yang berlaku pada bahasa yang bersangkutan. Kunihiro.T,(1985:4) menyebutkan keterangan tentang idiom secara lengkap seperti berikut ini.

“…


(9)

3

✙✮✲✮❅☎❉✱✸☛✡✥❊☎❋✷✲✘●☎✲✮❃☎❍✷✻✌❅✝■✱✰✮❏

Penjelasan tersebut memberikan batasan mengenai karakteristik idiom dalam bahasa Jepang. Idiom merupakan bentuk ungkapan yang dipermasalahkan terkait dengan karakteristik idiom tersebut yang tidak bisa diduga seperti makna kata pada umumnya dengan aturan tata bahasa dan teori semantik bahasa yang bersangkutan. Bentuk ungkapan ini memiliki makna yang sudah ditetapkan secara konvensional oleh masyarakat penutur bahasa yang bersangkutan dan biasanya tidak bisa ditelusuri makna idiom yang dihasilkan berdasarkan pada makna gabungan kata pembentuk idiom tersebut menurut aturan tata bahasa.

Seperti apa yang sering kita ketahui bahwa makna idiom adalah makna dari gabungan dua kata atau lebih yang sudah ditetapkan, dan makna idiom yang dihasilkan tidak bisa dicerna dari makna leksikal maupun makna gramatikal gabungan kata pembentuk idiom (Momiyama.Y,1996:29). Walaupun dikatakan makna idiom tidak bisa ‘ditarik’ menurut kaidah umum gramatikal yang berlaku atau tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, namun untuk idiom jenis tertentu masih bisa diprediksikan makna idiom yang ditimbulkan secara historis komparatif dan etimologis serta asosiasi terhadap lambang yang dipakai, karena masih terlihat adanya “hubungan” antara makna keseluruhan (makna idiomatik) dengan makna leksikal unsur kata pembentuk idiom. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Kunihiro (1996:26) yang menyebutkan ihwal pemerian makna idiom dalam bahasa Jepang, pada salah satu poinnya menunjukkan bahwa makna idiomatik terjadi dari makna kata unsur pembentuknya menunjukkan makna perbandingan dan makna kata masih terlihat. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan penelitian Momiyama (1997) yang membuat pemerian idiom bahasa Jepang terbaru ditinjau dari sudut ada tidaknya hubungan antara makna leksikal gabungan kata pembentuk idiom dengan makna idiom yang dihasilkan. Selain itu, Miyaji (1988:242) mengemukakan pernyataan tentang salah satu dimensi idiom bahasa Jepang yakni:

“…

✲☎❑✱❂✎✞✂✍✮✏☎✑✳✶✚✒▲✔✳✖☎✶✳✞✬✁☛✲✜▼✱◆✳❖✎P✂▼✘◗☛❘✌❙✷❉✜❚✣✻✮❯✝❂✂✰

✙✥★✳■

✰✪✙✱✡✮❂

✙✜✛✱✍✜✤✘✦✝✧✷✲✜✏✘✑✎✶✣✒❱✔✳✖☎✶✮❲✱❊✪✲✘✴✜❳✳❘✱❨✣❩❬☞✳✡✜✰✪✙❬❭✝❪✎✯✂✰

Oleh karena itu, Peneliti sependapat dengan pernyataan tersebut di atas. Hal ini sangatlah terkait dengan ihwal manusia menciptakan kata tertentu pasti disertai pula konsep kata tersebut. Sesuatu barang dinamakan meja, dengan ciri-ciri terbuat dari


(10)

4

kayu maupun besi berbentuk persegi empat atau bulat, memiliki kaki yang selanjutnya disebut dengan kaki meja, fungsinya bisa dipakai untuk menaruh sesuatu, tempat makan, tempat belajar dlsb. Mengapa barang tersebut dinamakan meja, mengapa tidak dinamakan kursi atau yang lainnya. Karakteristik bahasa seperti ini, disebut dengan ciri bahasa yang bersifat arbitrer (manasuka). Artinya tidak ada hubungan yang mengikat dan wajib antara lambang dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Namun, sebuah konsep yang dilukiskan oleh suatu lambang tertentu telah disepakati oleh penutur bahasa tersebut sehingga bersifat tetap dan konstan. Artinya, sesuatu benda yang memiliki ciri-ciri tertentu dinamakan meja, dan jika ada benda yang sama atau hampir sama bentuk maupun fungsinya akan tetap disebut dengan meja. Terkait dengan fungsi bahasa seperti ini, Chaer.A (1994:47) menyebutnya dengan istilah bahasa itu konvensional. Maksudnya bahwa masyarakat bahasa mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya (keajegan makna). Pemikiran ini peneliti pergunakan dalam menjelaskan makna idiom jenis metafora dalam hubungannya dengan konsep dari unsur kata pembentuk idiom tersebut. Penelitian ini berusaha menguak keterkaitan hubungan antara makna idiom jenis metafora melalui penjelasan dari makna gabungan unsur pembentuk idiom tersebut yang menghasilkan makna kiasan atau makna tambahan.

5. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang penulis lakukan semasa menyelesaikan tesis master. Sehingga ditemukan beberapa karakter dan cara pemakaiannya dalam wacana.

Makna idiom sudah diakui dan digunakan masyarakat penutur bahasa tersebut untuk berkomunikasi dengan lawan bicara untuk menyampaikan suatu pendapat atau gagasan-gagasan tertentu. Karena makna idiom ini merupakan makna yang sudah di tetapkan, maka tidak ada cara lain selain menghafal semua makna-makna idiom tersebut tanpa kecuali. Sehingga bagi pembelajar bahasa merasa kesulitan dalam menghafal beribu-ribu idiom yang ada, apalagi jika sebagai pembelajar bahasa asing, Hal ini merupakan suatu kendala yang sangat penting. Faktor ini mendorong peneliti untuk meneliti idiom dalam bahasa Jepang. Fenomena ini sesuai dengan hasil kajian Suryadimulya,A (1998) melakukan penelitian tentang kemampuan pemahaman idiom bahasa Jepang terhadap dua sampel penelitian yang berbeda, yakni penutur asli bahasa Jepang, dan pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia. Simpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut secara pokok ada dua hal, yakni:

1. Derajat pemahaman makna idiom pembelajar bahasa Jepang dari Indonesia terutama yang tidak/belum pernah belajar di Jepang, masih rendah.


(11)

5

diciptakan guna pemahaman makna idiom.

Penelitian-penelitian yang membahas mengenai idiom dan majas perbandingan dalam bahasa Jepang tidaklah sedikit jumlahnya. Namun, peneliti merasakan adanya sesuatu yang kurang jelas dari hasil penelitian yang ada. Penelitian Momiyama (1997) membuat deskripsi tentang klasifikasi idiom yang menghasilkan makna kiasan (Miyaji menyebut idiom jenis ini sebagai Hiyutekikanyouku) dengan cara mendeteksi ada tidaknya hubungan antara makna leksikal gabungan kata pembentuk idiom dengan makna idiomatiknya. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti memperoleh pemikiran bahwa idiom jenis majas metafora antara makna leksikal gabungan kata pembentuknya dengan makna idiomatik yang dihasilkan memiliki hubungan dalam hal persamaan ‘ruijisei’. Persamaan yang dimaksud Momiyama dalam penelitiannya tidak disertai dengan penjelasan yang memadai sehingga mendorong peneliti untuk menyambung konsep yang dikemukakan beliau. Dalam ungkapan lain, persamaan yang dihasilkan dari hubungan kedua makna tersebut menunjukkan kesamaan dalam hal apa, atau dengan apa hal tersebut dipersamakan, masih belum dibahas. Penelitian yang berusaha menjelaskan permasalahan tersebut terkait dengan idiom jenis majas metafora belum banyak jumlahnya. Hal ini menjadi faktor pendorong peneliti untuk meneliti permasalahan tersebut.

Pemahaman mendalam terhadap bagaimana orang Jepang mengungkapkan sesuatu maksud dengan ungkapan-ungkapan taklangsung dan bersifat simbolik, tidaklah sedikit yang berkaitan dengan perilaku, pemikiran, kondisi sosial dan budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, melalui pemahaman idiom akan sedikit banyak berkontribusi dalam pemahaman budaya bangsa Jepang.

6. METODE PENELITIAN 1. Objek penelitian

Data yang diambil dari berbagai kamus sebagai objek penelitian ini adalah seluruh idiom kedua bahasa yang memakai anggota badan bagian luar dan dianggap masih banyak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Data tersebut terhimpun sebagai berikut :

Tabel 1

No. Bagian tubuh B.Jepang B.Ind No. Bagian tubuh B.Jepang B.Ind

1. ❫ (kepala) 59 27 13. ❴ (dahi) 11 10

2. ❵ (muka) 55 63 14. ❛ (bibir) 6 14

3. ❜ (mata) 103 103 15. ❝ (gigi) 22 6

4. ❞ (mulut) 67 82 16. ❡ (dagu) 15 2

5. ❢ (telinga) 44 26 17. ❣ (bahu) 24 2


(12)

6

7. ❥ (lidah) 26 70 19. ❦ (jari) 6 3

8. ❧ (leher) 33 13 20. ♠ (kuku) 7 7

9. ♥ (dada) 101 24 21. ♦ (pinggang) 27 6

10. ♣ (perut) 100 28 22. q (pantat) 61 6

11. r (tangan) 228 128 23. s (lutut) 21 7

12. t (kaki) 74 28

Jumlah 1161 678

2. Menentukan standar pemilihan data

Kamus Bahasa Jepang yang dipakai sebagai objek pemilihan data adalah sbb:

Nihonkokugo Daijiten (Kamus Besar Bahasa Nasional Jepang)

Kojien (CD-ROM) (Kamus Besar Bahasa Jepang)

Kokugo Kanyoku Jiten (Kamus Idiom bahasa Nasional Jepang)

Kotowaza② Kanyoku Jiten (Kamus Idiom dan Peribahasa)

Sementara itu idiom bahasa Indonesia, diambil dari kamus sebagai berikut :

Kamus Idiom Bahasa Indonesia

Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kamus Ungkapan dan Peribahasa Indonesia

Idiom yang terkumpul diamati penggunaannya dengan disertai pemakaiannya dalam kalimat. Selanjutnya diperiksa, diseminarkan beberapa kali di hadapan para ahli bahasa Indonesia dan bahasa Jepang untuk menentukan layak tidaknya dipakai sebagai data objek penelitian. Didapati beberapa idiom pada kedua bahasa itu yang kini sudah dianggap idiom mati (shigo).

3. Permasalahan

Beberapa permasalah yang muncul saat pengumpulan data adalah sulitnya menemukan ahli linguistik bahasa Indonesia di Jepang yang berbahasa ibu Bahasa Indonesia sehingga penulis mendiskusikannya di Indonesia.

7. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS

Pada bagian ini penulis mencoba membuat 3 klasifikasi idiom-idiom sebagai berikut : 1. Idiom sekata semakna


(13)

7

❼❾❽ ❿ ➀➂➁➄➃✾➅➇➆➉➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒→➔↔➣↕➔↔➎➙ ➛ ➜➞➝➠➟ ➒➢➡↔➣➤➊➏➥➊➋➡ ➅➽➼✾➾ ➚ ➝➠➪➞➶ ➎➒➏➣ ❿ ➀➇➹➭➘✾➴➵➷➭➬✌➀➇➹➄➮➭➱❐✃

➆➈➞➊❾➌❾➍➏➎❮❒⑤➔→➡➔➑❰Ï➎

➊➓Ð➢➈➞➊❾➌❾➍➏➎❮❒⑤➔→➡Ñ➏➊➋➐Ò➊❾➣➤➊❾➙ Ó ❽

➡➊➞➡➊

➚ ➣➂➊➢➥➊➞➡ Ô➨Õ✾Ö ➷➲➼✥➾ ➜➞➝➠➟➶ ➎➒➏➣ ➶ ➎ ➟ ➎ ❿ ➀➇➹➭×➄Ø➇➆➉➈➋➊❾➌❾➍➏➎❮❒⑤➔➂➍➏➎ ➟ ➒↔➈➞➊➞➙ Ù ❽ ➛ ➜ ➊➓➈➑➒➤➣➤➊➢➥➊➞➡ Ú➨Û ➧➲Ü Õ✜Ý➇Þ ➅❐ßáà➨➁➨â ➫äã✬å ➷ ➣➤➊➢➥➒↔➎ ➜➞➝➠➟➜ ➎➌➋➒ ➟ ➒→Ñ ➝ ➡ ➝ ➥➒↔➍ ➜❾➝➠➟➶ ➎➒➓➣ ➶ ➎ ➟ ➎ ❿ ➀➂➁➭æ✬➅➇➆➉➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➈➑➒ ➟ ➊➢➎➙ çè❽ ➛ ➟ ➎ ➪ ➐➓➒ ➪ ➣➤➊➏➥➊➋➡

➥➎➡➒↔➍↕➣➤➊➏➥➊➋➡✱éê➀ë➁➨æ✌➅✳ì

í✬Ý➇Þ➄î ➅➭ï ➺ ➅➄ð➨ñ➲➹❐➬ Ö ➱➇â ➫ Þ ➫ò➧ôó ➡➎ ➶ ➒➓➈ ➜ ➎Ñ❾➒õ➣ ➝↔➪➞ö ➎➣ ➚ ➒ ➪ ➟ ➒↔➍❾➒➏Ñ❾➎➒ ❿ ➀➤÷✜➅➇➆➉➈ø➊➢➌❾➍➢➎➐➠➎➡➒

➪ ➒↔➎➙ ù➠❽ ➛ ➈✕➔➏➡➔ ➟ ➣➂➊➢➥➊➞➡úéê➀ë➁❐÷✜➅✳ì û❬ü í ➅➇ý➨➁❬þ➄ÿ Ü➄➦ ➷➭➬✁✬➅ í✄✂ Ü û ➹ í ó ➣ ➝↔➪ ➐↔➒❾➡➒➠➈ ➒

➪ Ñ ➝ Ñ➢➊➢➒❾➡➉➊ ➶➏➝➠➪ ➐↔➒ ➪

➈➑➒➢➡➒✆☎Ï➈ø➒➢➡➒

ö

➐ë➈ ➔➏➡➔

✝ ❽ ❿ ✞✬➹✠✟☛✡ Ö✌☞

✞✬➹✠✟☛✡✎✍❐➷✑✏✒✞❬➁✔✓

ó

➆➉➈ø➊➢➌❾➍➢➎✕❒⑤➔ ➒➋❒ ➒❾Ñ➏➊➓Ð➢➈➞➊➞➌➢➍➏➎❮❒ ➔➤➒➞❒ ➒❾Ñ

➝↔➟ ➊➏Ð➏➈➋➊❾➌➢➍➢➎➑➐➓➒ä➒↔➊❾➙ ➛ ➜➞➝➠➟ ➡ ➝ ➣➂➊↕➣➤➊➓➈ ➒➽é✁✞❬➁✔✓ ó ì é✁✕✎✖✚ì✗✓ ó ➜➞➝➠➟ ➡ ➝ ➣➂➊ Ñ ➝ ➌➋➒ ➟ ➒➤➈ ➝↔➜➢➝

➡➊➏➥➒

✘➠❽ ❿ ✙✔✞❬➆➉➈➔➠➊❾➐➏➒

➪ ➙ ➛ ➡ ➝↔➜ ➒↔➥➋➣➤➊➢➈ø➒ ✙☛✚ ➧✌➫ ➅á➬✠✛☛✜ ➸✠✢ ➡➎ ➶

➒➓➈ ➡➒↔➍➏➊↕➣→➒↔➥➊ ✣ ❽ ❿ ✞➄➁✎✤✾Ø

➷✦✥✧✞✬➹★✤✾Ø

Ö

➷ ➆➈➑➒➢➔ä➐➓➒ä➒↔➈ø➒➓➈➞➊

➊➏Ð ➈ ➒➏➔ê❒⑤➔ä➒➠➈➒➠➈➞➊ Ñ➏➊

➟ ➊➞➙ ➛ ➣ ➝➓➟ ➒↔➍→➣➤➊➢➈ø➒ ✤✾➅✩✞ ✪ Ý➇Þ✦✫✌Ý ñ Ö ➷➄➬✬✛ ✢ ✚ ➫ ➁❬➷á➼✾➾ ➣→➒➓➥➊

✭ ❽ ❿ ✮✾➅✩✞✬➹

Ö

➷❐➆➒➓➣→➒➓➎➞➈ø➒❾➔↕❒ ➔äÑ➢➊

➟ ➊❾➙ ➛ ➜➞➝➠➟ ➣➂➊➏➈ø➒ä➣→➒ ➪ ➎Ñ ✯ Ü☛✰✠✱ Ö ➬✳✲✵✴ ➺★✶✦✷ ➹❬ñ➻➷➭➬✹✸ ➫ ➅ ✶✺✷ ➹✼✻✽✍✎➷ Ð➲➣ ➝ ➣ ➚ ➝➓➟ ➥➎➍➞➒➢➡➈➑➒

Ñ❾➎➈➑➒

➒➓➣→➒↔➍ ❼✿✾➠❽ ❿ ❀➲➁❂❁✬➅➇➆➡

➝ ➐↔➒ ➪ ➒➏➐➏➒↔➎➙ ➛ ➚ ➒ ➪ ❰➒ ➪ ➐→➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é ➚ ➒ ➪ ❰➒ ➪ ➐❄❃❅❁✌➅á➬☛➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ❃✆❀✟ì ➆➡➒

➪ ➐➓➒ ➪ ➚ ➒ ➪ ❰➉➒ ➪ ➐➏➙ ❆★❇ ➚ ➝➠➪ ➌❾➊ ➟ ➎

❼➢❼❾❽ ❿ ❈✔❀❂❉❂❊➲➆➔➏➡

➝ ➒➢➐ ➝ ➙ ➛ ➒ ➪ ➐➠➈➑➒❾➡➓➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é⑦➒ ➪

➐➠➈➑➒➢➡❋❃✁❉❂❊➨➷➭➬ ➡➒

➪ ➐↔➒ ➪ ❃ ❀✟ì ●■❍✔❏ ➧ Ý ß★❑ ✶ ➹✦▲✌× Ö ➷❂▼✾➁ ➺ Øá➬❖◆ ó❂P✔✰❐➺✥➸á➺ ➅➵➼✥➾➭➬✦◗✑❘ ➣ ➝➓➪➋ö➢➝↔➟ ➒➓➍ä➈ø➒↔➥➒↔➍ ❼ Ó ❽ ❿ ❀➄➹➄➮ ➺ ➱➇➆➡

❒ ➔ä➡Ñ➏➊

➪ ➒➢➐➠➊❾➙ ➛ ➜➞➝➠➟ ➐↔➒ ➪❾➶➓➝➠➪ ➐↔➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é❙❀➄➹✄❚✬➱✷ì ➜➞➝➠➟ ➚ ➝ ➐↔➒ ➪ ➐➏➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é❙❀➄➹✄❚✬➱✷ì ❯☛❱

Ø ➫ ➬❳❲✥➅ P✠❨❂❩✂➫➵➦➭ó ➬ ❨✦❩

Ö

➷❐➆ ➜➞➝

➝➠➟

❰➒➢Ñ❾➒➏➣→➒➠Ð➞Ñ➞➒↔➥➎

➪ ➐➤➣ ➝ ➣ ➜ ➒ ➪ ➡➉➊➞➙

2. Idiom sekata beda makna


(14)

8

❿ ➀ë➁✵❬❬➅ ➆➉➈➋➊➢➌❾➍➢➎ø➐➏➒ë➈ ➒➢➡➒➓➎➙

➅➄ï ➺ ➅➭ð➭ñ ➬✑❭✎❪ P ✡ ➺ ➅ ➶ ➒ ➚ ➒❾➡➠➣ ➝ ➣ ➝ ➐➓➒ ➪ ➐ ➟ ➒↔➍➢➒❾Ñ➢➎➒ ❼❾❽ ➛ ➈ ➝↔➟

➒❾Ñ↕➣➤➊➏➥➊➋➡ ❫✦❴

➺ ◆ Ü Ö ➱❛❵✜ï➲ß❬ñ í✦❜ ➺ ➅ ➚ ➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐➤➣ ➝➠➪øö➢➝↔➟ ➒➓➍ ➶ ➒↔➥➒➏➣✌Ñ ➝

➡➎➒ ➚ä➚ ➝➠➟➶↔➝↔➜ ➒❾➡➒ ➪ ❿ ➀➻➹➨➘✬➴➽➷ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎❮❒⑤➔→➡➔➑❰Ï➎ ➟ ➊ Ô➭Õ✥Ö ➷á➼✾➾ ➜❾➝➓➟➶ ➎➒➓➣ ➶ ➎ ➟ ➎ Ó ❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➊➞➡➊ ➚

➣➂➊➢➥➊➞➡ ❝❂❞✥➹✑❡✥➷➄➬✔❢✔❣

Ö ➷➭Ð❾➣ ➝↔➪øö ➊❾➒ ➚ ❿ ➀ë➁✦✌➅ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒ ❒ ➒

➊➢➎

à P❛❤✬➧ Û ➷✎✐ óá➺ ð➨ñ➲➹✄❥✔❦ Ü

í

ó Ø✄✍➲➁ ➦ ➷✦❧❬ß ➧

ß ➧ í ó ü Ü î ➺ Ø➲➬ Ú ó ➅ ó✑♠✦♥❬Ü❬➦ ➷ ➣ ➝

➣➤➎➥➎➈➋➎➞➈ ➝➓➜ ➎➒❾Ñ❾➒➏➒ ➪ ➣ ➝↔➪ ➐↔➒❾➡➒➠➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➏➊❾➒❾➡➉➊ ➶↔➝↔➪ ➐➏➒ ➪

➈➑➒➢➡➒✆☎Ï➈ø➒➢➡➒ë➈ ➔➏➡➔

✏➣ ➝↔➪➋ö

➒➠➈➋➎➡➈➑➒ ➪ ➶ ➒ ➪ ➡➎ ➶ ➒➠➈ ➶ ➎Ñ➏➊➏➈➑➒➓➎➑➔ ➟ ➒ ➪ ➐Ò❽ Ù ❽ ➛ ➜ ➊ ➟ ➊➏➈⑤➣➤➊➢➥➊➞➡ û✥ü í ➅➵ý➭➁➄þ❬ÿ Ü❬➦ ➷➄➬✄✌➅ í★✂ Ü û ➹ í ó ➣ ➝➓➪ ➐➏➒➢➡➒↔➈ø➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊➢➒❾➡➊ ➶↔➝➓➪ ➐➓➒ ➪

➈➑➒❾➡➒✆☎Ï➈ø➒❾➡➒

ö ➒ ➪ ➐→➡➎ ➶ ➒➓➈ ➜ ➒↔➎➈

çè❽ ❿ ✞✌➹✦♦

Ö ➈➑➒❾➔ê❒ ➔ ➈➑➒↔➈➋➊❾Ñ➢➊ ♣ ➹✠q Ö ➣ ➝↔➪ ➐Ò➍➢➎➥➒

➪ ➐ ➛ ➣ ➝↔➪ ➊➞➡➊ ➚ ➣➂➊➢➈ø➒ ✞✌➹✪é❙❀ Ü ìr♦ Ö ✜ ➸➻➺ ➅✠s ➩ ➹ Ö ➷➄➬✠❦ P✬➫ë➺ ➅➲➬✠t❂✉ Ö ➷ ➚ ➊ ➟ ➒✈☎ ➚ ➊ ➟ ➒→➡➎ ➶

➒➓➈ ➡➒↔➍➏➊➏Ð➞➡➒➠➈

➝➢➶ ➊➢➥➎

ù➠❽ ❿ ✞✌➹✄✤✬Ø

Ö ➷ ✪ Ý➵Þ❂✫✬Ý ñ Ö ➷➭➬✠✛ ✢ ✚ ➫ ➁➄➷➲➼✥➾ ➛ ➣➤➊➏➈➑➒ä➣ ➝➠➟ ➒➠➍ ✞❬➁❂✤✬➅ ➆➈➑➒➢➔ä➐➓➒ ➒↔➈➑➒↔➎➙ ✇ ➷ ➣ä➒ ➟ ➒↔➍

✝ ❽ ❿ ✞✌➹✠①❬➷ ➆➈➑➒➢➔ê❒⑤➔ë➊

➟ ➊➞➙ ✴★② ü à P④③⑥⑤ ü✠⑦ ➹✄✜ Ý➵Þ ✰➄➸➨ó ß å✦P ✯ ✚ Ö ➷ ➣ ➝ ➥➒↔➈➋➊➏➈ø➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊➢➒❾➡➊↕➒➢➐➓➒ ➟➓➶ ➎➈ ➝

➡➒➓➍➓➊➢➎✏

➶ ➎➈ ➝ ➥➒ ➪ ➔ ➟ ➒ ➪ ➐➓➙ ➛ ➣ ➝↔➪ ❰Ï➊➢➒➓➥➋➣➤➊➏➈ø➒ ✞✌➹✠①❬➷ ➣ ➝ ➣ ➚ ➝↔➟ ➒❾➐↔➒↔➈➑➒ ➪ê➶ ➎ ➟ ➎ ③⑧⑤ ➹✄⑨✎⑩ Ö ➷

✘➠❽ ❿ ✞✎✟☛✡✎✍ ❶✔✓✥➬✄❪✎❶

➜➞➝↔➟ ➍❾➒ ➶ ➒ ➚ ➒ ➪ ✏ ➚ ➝↔➟ ➈ ➝↔➪ ➒➓➥➒ ➪ ➛ ➡ ➝ ➣➂➊↕➣➤➊➏➈➑➒ ✓❂✟✥➬★❷✔✓ ➚ ➝↔➟ ➡ ➝ ➣ë➊➞➒ ➪ ✣

❽ ❿ ❀✟➁❸❉✪➁ ➷ ➡

➝ ➐➏➒ ➒➢➐➓➒ ➟ ➊ ❹❂❺ ➁☛❉✄❻ Ö ➷➄➬✄❼✵❽á➁☛❉✦❀ Pá➺ ➷✣é❙❉✦❀✣ì ➚ ➒ ➪❾➶ ➒↔➎➋➣ ➝➓➪ ➊➢➥➎Ñ→➍➏➊

➟ ➊❿❾ ➛ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ä➪

➒➓➎➈ Ñ

➥➒➓➥➊↕➣ ➝↔➪ ➒ ➪ ➐ ➶ ➒↔➥➒➏➣ ➚ ➝↔➟ ❰Ï➊ ➶ ➎➒ ➪ ➅➨➮ ✰✠➀ ➮✪é✁➁✮ï✩➂ Ü ì✗➃✓é➅➄ ➀ ì

✭ ❽ ❿ ❀❐➁☛➆✥➅

➡ ➝ ➐↔➒➤➍❾➒ ö ➒➓➎ ➇ ➂➨➁✵➆❬➅➲➬ û ➂ ü❛➈❂➉ ➁ Þ ❍✔➊✎❍ ñ

➫ Þ✔➋★➌ Ü➄➦ ➷➭➬ ❀✎➆❬➅☛é✁➍ ➌ ì✎➣ ➝➓➪ ➐ ➝➠➟ ❰➒➠➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ❾➊➢➒❾➡➉➊ ➶↔➝↔➪ ➐➓➒ ➪ ➌ ➝ ➚ ➒❾➡ ➛ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ➌ ➝ ➚

➒❾➡ Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝↔➪ ➌ø➔ ➚ ➝ ➡ ér✐❬Ø❛➎✾✃❐➬✦❀✄➏➄➁✦✌➅✷ì➞é ❆★❇ ì

❼✿✾➠❽ ❿ ❀❐➁✎➐✾Ø ➡

➝ ➐➏➒➤➒➓➈➞➊ ➇ ➂ ü ❍

Û åáÜ ➬ ➧ ß➭➬

➇ ➂➭➁✵➑✑➒✎➓✜ñ ➫ Þ☛➔ ➧❂P➲➺ ➷✎❧ é➅→✪ì ❒⑤➒↔➈✕➡➉➊→➥➊➢➒ ➪ ➐


(15)

9

➡➒ ➐↔➒ ➍❾➒➓➣

➒r↔ ↕ ➡➒

➪ ➐↔➒ ➪ ➍❾➒➓➣ ➚ ➒➛➙

➡➎ ➒↔➈ ➣ ➣ ➒➋❒ ➒ä➒

➚ ➒✆☎➉➒ ➚ ➒ é ✰✠➜ ß ➺ ➅➵➼✥➾✣ì➞é➝❀✦➞ ➸ ì

↕ ➡➎

➶ ➒↔➈ ➣ ➝↔➪➞➶ ➒ ➚ ➒❾➡➈ø➒ ➪ ➒ ➚ ➒✈☎➉➒ ➚ ➒ é ✯ ✰✠➟ ➷✬ð➨ñ ➺ Ø☛ì➋é➛t ➠ ì

❼➢❼❾❽ ❿ ❀ ➹❸➡

Ö ➡ ➝ ❒ ➔ ➍❾➒ ➪ ➒❾Ñ➏➊ ➜ Ý➵Þ ➅➻➷ ✰ ü ➹ ③⑧⑤ ü ❀ ✱ ✚ ➸ ➡ Ö ➬✔❀★➡ Ö ➣ ➝➓➪➋ö❾➝➠➟ ➒↔➍➏➈ø➒ ➪ä➜ ➒ ➟ ➒ ➪

➐➂➣➤➎➥➎➈ Ñ ➝↔➪➞➶ ➎ ➟ ➎➞➈ ➝ ➚ ➒ ➶ ➒↕➔ ➟ ➒ ➪ ➐➂➥➒↔➎ ➪ ➛ ➣ ➥ ➝ ➚ ➒➢Ñ⑤➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ↔ ↕ ➥ ➝ ➚ ➒➢Ñ⑤➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ➙ ➡➎ ➶ ➒➓➈ ➜❾➝➠➟ ➡➒ ➪ ➐➢➐Ò➊ ➪

➐ ❰➉➒➞❒ ➒

t☛➢★➤ ➡➎

➒➓➈ ➎➈➋➊➞➡➓➌➞➒➓➣

t④➥✠➦

❼ Ó ❽ ❿ ❀❐æ ➡

➝ ➐➓➒ ➟ ➊ ➧☛➨ Ü ß✔➩ Ö ➅➄ð➨ñá➬✔❀★➫➭➁☛✚✦✚ ➸➻➺ ➅➭ð➭ñ➻➬✠➧✵➭➄➬áæ ➯ ➬✄➲✦➳ ü✠➵ ➋ ➺ ð➭ñò➆ ➶➏➝➠➪ ➐↔➒ ➪ ➙è➣➤➊ ➶ ➒➠➍➏Ð ➟ ➎ ➪ ➐➏➒ ➪ ➛ ➟ ➎ ➪ ➐↔➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐↔➒ ➪ Ñ➢➊➓➈ ➒ ➜❾➝ ➈ ➝➠➟ ❰➒➽ér✐❬Ø✩➸✜Ø✳ì✗➸ ❍✔➺ Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝↔➪ ➔↔➥➔ ➪ ➐➵ér✐❬Ø❛➻➭â✥➹ Ö ➷✣ì✗➻➭â✔➼ ❍

3. Idiom semakna beda kata

③⑤④⑦⑥ ⑧✮⑨✂⑩✾❶ ❷✮❸✮❹ ❺✘❻

❼❾❽ ❿ ➀ë➁➨æ✌➅

➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➈➑➒ ➟ ➊➢➎ ➛ ➜ ➔➓➌➋➔ ➟ ➣➤➊➢➥➊➞➡ é↕➀➂➁✦➽ Û ➷✟ì í✌Ý➵Þ❬î ➅➄ï ➺ ➅➭ð➭ñá➹➨➬ Ö ➱➵â ➫ Þ ➫➽➧➄ó ➡➎ ➶ ➒➓➈ ➚ ➒ ➪➞➶ ➒➓➎➋➣ ➝↔➪➋ö ➎➣ ➚ ➒ ➪ä➟ ➒↔➍➢➒❾Ñ➏➎➒

Ó ❽ ❿ ➀❛✚

➸✄➾☛P✠➚✥➧ Û ➷ ➛ ➜❾➝ Ñ❾➒ ➟ ➣➤➊➢➥➊➞➡ é↕➀➂➁☛✴ ❍ ➅✳ì ✐❬Ø ➫➲➯➵➳ ➷ Ñ➢➊➓➈ ➒ ➜❾➝➠➟➜ ➊❾➒↔➥Ð➋Ñ➢➊➏➈ø➒ ➜➢➝↔➟➜ ➎➌➋➒ ➟ ➒ ❿ ➀ë➁ Ö ➳ ➷ Ù ❽ ➛ ➣➤➊➏➥➊➋➡ ö ➒ ➪ ➐✂➡ ➝↔➟➶ ➔ ➟ ➔ ➪ ➐

é➝➪✎➶ Û ß✬➀☎ì

í✜Ý➇Þ✥î ➅❬ï ➺ ➅❬ð➭ñ★➩➭➬ í ✡ ➺ Ø Þ ✰ ➅➄➅➄ð➄ñ➲➹➭➬❬➮ ➅ ➫á➯➇➳ ➷➲➼✥➾ ➣➂➊ ➶ ➒➓➍↕➣ ➝ ➣ ➜ ➎➌➋➒ ➟ ➒↔➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊❾➒➢➡➊ ö ➒ ➪ ➐ ➶ ➎➒ ➪ ➐➓➐➓➒ ➚ ➟ ➒➠➍❾➒➢Ñ➢➎➒

çè❽ ❿ ➀ë➁

ó ➷❂➶✥➅ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➊ ➟ ➊➞Ñ➞➒↔➎ ➛ ➐➓➒ ➚

➎➥ø➣➂➊➢➥➊➞➡ ➀➻➹✠➹☛➘ Ö ➷ ➅★➴❬➅★➴✥ñ ó ✡✎➶áâ✵➩✠➷✎➬❬➬✄➮✦➱✬➹ Ö ➷✦❧ ➧ ß✦➶✦➶✥➅ ➺ ð➭ñ Ü ➅✦✃➭➅✦✃✠❐ í ➹ í ó Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝↔➪ ➐↔➈ ➟

➎➡➎➈➞Ð➢➣ ➝↔➪

➐➠➍➏➎

ù➠❽ ❿ ➀➂÷✌➅ ➆➉➈➋➊➞➌➢➍➢➎➐➠➎➡➒

➪ ➒➓➎➙ ➛ ➜ ➊➞Ñ➏➊➢➈⑤➣➤➊➏➥➊➋➡ é↕➀➂➁✦❒❬➷✣ì û✥ü í

➅➵ý➭➁➄þ❬ÿ Ü❬➦ ➷➄➬✄✌➅ í★✂ Ü û ➹ í ó ➣ ➝➓➪ ➐➏➒➢➡➒↔➈ø➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊➢➒❾➡➊ ➶↔➝➓➪ ➐➓➒ ➪

➈➑➒❾➡➒✆☎Ï➈ø➒❾➡➒

ö ➒ ➪ ➐➂➈➑➔➏➡➔ ➟ ❿ ➀ë➁✥×✔✚ ➺ ➅ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➍➏➎ ➟ ➒➠➈ ➒ ➪ ➒↔➎ ✝ ❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➐➠➊ ➪ ➌❾➎ø➣➂➊➢➥➊➞➡ é↕➀ P✑❮ ➹✔✚✾ï➻➷✟ì û ➁ í❂❜ ➺ ➅ Ñ ➝➠➪ ➐➓➒✕❰➉➒ ➜➢➝↔➟➶ ➎➒➓➣ ➶ ➎ ➟ ➎


(16)

10 ❿ ✞ P ➹✔❰➨➷ ➈➑➒➢➔ ➪ ➎ ➶ ➔ ➟ ➔↕❒ ➔ ➪ ➊ ➟ ➊ ✘➠❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➌➋➔ ➟➝↔➪ ➐➤➒ ➟ ➒ ➪ ➐ ➶ ➎ ➣➤➊➏➈➑➒➋é✁✞ P❛Ï✥Ü ✚ ❍ ➺ ➱á➷✟ì ×✩Ø✁×✑ÙÛÚÝÜÝÞ✁ÜàßÙ

❿ ✞❬➁✔á✜➅ ➆➈➑➒➢➔ä➐➓➒ ➍➏➎ ➟ ➔➠➎➙ ✣ ❽ ➛ ➚ ➊ ➪➞ö ➒➤➣➤➊➏➈ø➒ é✁✞✬➹ ➜ Ý➇Þ ➅á➷✟ì â ❍ ✟✜➅ ü★ã✵ä ➁✎✴ ❍

Ø✔✐➄Ø✠✜ ➸ Û

Þ ➅➻➷ ➜ ➒ ➪➞ö ➒↔➈ ➶ ➎➈ ➝↔➪ ➒➓➥➑➔ ➟ ➒ ➪ ➐ÒÐ❾➣➤➊ ➶ ➒➠➍→➣ ➝ ➥➒➓➈➞➊➏➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➏➊➢➒❾➡➊ ➈➑➒ ➟➝➠➪ ➒ ➶ ➎➈ ➝➓➪ ➒➓➥ ➜ ➒ ➪øö ➒↔➈ ➔ ➟ ➒ ➪ ➐Ò❽ ❿ ✞✌➹➭➮✄➞ Ö

➈➑➒➢➔↕❒ ➔ä➡Ñ➏➊

➜ ➊➞Ñ➢➊ ✭ ❽ ➛ ➈ ➝

➍➏➎➥➒

➪ ➐➓➒ ➪ ➣➤➊➏➈ø➒ ✞✌➹★å ó ⑦✦æ ➹✑ç✌➮❬ï➇➷➄➬✑✛✌➹★✚❂✚❂✍➨➷ ➣ ➝➓➪❾➶ ➒ ➚ ➒➢➡↔➣→➒↔➥➊ ❿ ✞✌➹★s✾Ø ➸❐➧ Ö

➈➑➒➢➔↕❒ ➔❳❾➊➓➈➋➊

➟ ➒➏➣→➒➏Ñ➢➊ ❼✿✾➠❽ ➛ ➣➨➜❾➝↔➟ ➣➂➊➏➈ø➒→➒➢Ñ❾➒➓➣ Ö✥Ý✠è ➅✩✞✬➹ Ö ➷ ↕ ➣➤➊➢➈➑➒ ➪➋ö

➒ ❰➉➒➢➡➊➓➍→➈

➝ ➡➒ ➪ ➒↔➍ Ú ü ✞➄➁❂é❂❶ P ➓ê✃ ➷ ✇ ➷➭➬ ❍ ❊✦ë➲➁❂✬➅➲➬★ì✔í Ü❬➦ ➷➲➼✥➾➭➬❬➅★➩ ➺ ❦ ➜ ✃➲➹ î ✡ Ö ➬★ì ➵❂ï☛ð ➚ ➝↔➟ ➒➢Ñ➞➒➓➒ ➪ ➡➎ ➶ ➒↔➈ Ñ ➝➠➪ ➒ ➪ ➐ÒÐ➋➡➎ ➶ ➒↔➈ ➚ ➊❾➒➢Ñ ❿ ➣ ✞❖✚ ➸✄ñ ➁êò➻➷ ➈➑➒➢➔ë➈➑➒ ➟ ➒➂➍➢➎➑➐➓➒ ➶➏➝➠➟ ➊ ↕ ✞ P✩ó ✂ ➹✄ô Ö ➈➑➒➢➔ ➪ ➎➞➈➑➔➠➊ ö

➔Ò➊ ❒ ➔ ➌❾➍➢➎ ➟ ➒❾Ñ➏➊ õ ✞■ö➄ï➵➁ Ü ❍ ➺ ➅ ➈➑➒➢➔↔➣➤➊➓➈ ➝ ➍❾➒ ➶➓➝ ➈ø➎ ➪ ➒➓➎ ÷ ✟✵✡❂✍➨➷✠✞❬➁ ➺ ➅ ➒➞❒⑤➒➢Ñ ➝↔➟ ➊ä➈➑➒➢➔ä➐➓➒ ➪ ➒➓➎ ❼➢❼❾❽ ➛ ➣➤➊➏➈➑➒ä➣ ➝➠➟ ➒➠➍

✞❬➁❂✤✬➅ ➈ ➒➢➔→➐↔➒→➒➠➈ ➒↔➎

✛ ✢ ✚ ➫ ➅➵➼✥➾ ➣ ➝➓➪❾➶ ➒ ➚ ➒➢➡↔➣→➒↔➥➊ ❿ ❀❐➁☛➆✥➅ùø ➡ ➝ ➐↔➒➤➍❾➒ ö ➒➓➎ ❼ Ó ❽

➛ ➜❾➝↔➟ ➣ä➒➓➎ ➪ ➚ ➒ ➪ ❰➉➒ ➪ ➐ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é✗❁✬➅✄❀ Ü★ú ➞✚ì Ö ➱ P✄û✔♠④P ❀❬➹✎ò Ö ➬ û ñ Ö ➱ P✦ü✑ý ✥ ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ✬➹ ➞➄➬ û✔♠ ñ❛✜ ➩ ✟ Ý➵Þ ➬ Ö ➱ ü✑ý ✥ ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ✬➹ ➞ é➛➼✂✁✓ì ➚ ➒ ➪❾➶ ➒↔➎➋➣ ➝➓➟ ➒ ö ➊➓Ð ➚ ➒ ➪❾➶ ➒↔➎ø➣ ➝↔➪ ➌➋➒ ➟ ➎ø➒➠➈ ➒↔➥➋➒❾➐↔➒ ➟➓➶ ➒ ➚ ➒❾➡ ➣ ➝➓➪❾➶➏➝ ➈ ➒➢➡➎

➚ ➝↔➟➝ ➣ ➚ ➊➢➒ ➪


(17)

11

❿ ❀❐➁☛➆✥➅☎✄➓➡ ➐➓➒➂➍➢➒ ➒➓➎

❼ Ù ❽ ➛ ➟ ➎ ➪ ➐↔➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é ❀ ➁➭æ✬➅✷ì ➱ ➺ ➱➻➷ ➺ ◆ ❩ ➹✔s➨➷ ó Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝ ➣ë➊➢➈➞➊➢➥

❿ ❀❬➹✝✞❬➷ ➡

➝ ❒ ➔ ➪ ➎➐➠➎ ➟ ➊ ❼✕çè❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➐➠➊➢➥➊ ➟ ➈ø➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é❙❀➄➹✝✟ ➊ Ö ì ❀✓➹✡✠ ➩ ✟ Ý✎Þ ❨ ❩ Ö ➷ ❧☞☛ ➝ ➈ ➝↔➟ ❰➒✓Ñ➞➒➓➣→➒➠Ð➄Ñ➏➊➢➈ø➒ ➣ ➝ ➣ ➜❾➝↔➟ ➎➈ø➒ ➪→➜ ➒ ➪ ➡➊❾➒ ➪ ❯✍✌ ➩ Ö ➷ ❿ ❀❬➹✎ò Ö ➡ ➝ ❒ ➔ ➶ ➒➏Ñ➢➊ ❼➑ù➠❽ ➛ ➌➋➒➏➣ ➚ ➊ ➟ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é❙❀➄➹✝✎✑✏❬➷✟ì Ú ü ➂ P✦ü✑ý ✥ ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ Ö ➷➭➬✦✚✦✚❂✡ ➩ ✟ ó é➝❀❖ò ➫ Ö ➷✟ì ➎➈➋➊➞➡➓➌➞➒➏➣ ➚ ➊ ➟ ➊ ➟ ➊➋Ñ❾➒ ➪ ➥➒➓➎ ➪

❿ ❈✦❀✦❉✎❊ ➔➢➡

➒❾➐

❼ ✝ ❽

➛ ➣ ➝↔➪ ➌❾➎➊➢➣✌➡ ➝ ➥➒ ➚ ➒↔➈ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é➅❀ ü ➔ ➸✦P✝✒ ✓ Ö ➷✣ì ●❖❍✠❏ ➧ Ý ß✑❑ ✶ ➹✄▲✥× Ö ➷✔▼➨➁ ➺ Ø➲➬✵◆ ó✦P✦✰➲➺✾➸➻➺ ➅➵➼✥➾➭➬✦◗✑❘ ➣ ➝➓➪➋ö❾➝➠➟ ➒↔➍➏Ð ➜❾➝➠➟ ➡ ➝

➈ø➊➓➈ ➥➊➞➡➊➞➡

Selanjutnya dianalisis untuk menemukan karakteristiknya hingga muncul perbedaan dan kesamaan makna. Di sini pula penulis mencoba membahas hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengajaran idiom yang maknanya hampir mirip untuk menghindari kesalahpahaman dalam penggunaannya.

8. KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

Dari pengamatan terhadap setiap idiom ini, bisa beberapa hipotesis tentang adanya budaya yang melatarbelakangi lahirnya idiom-idiom tersebut. Sehingga para pengajar dapat sekaligus mengetahui dan memaparkan budaya Jepang melalui pengajaran idiom.

9. SIMPULAN

Pada bagian ini penulis memaparkan karakteristik setiap idiom terutama pada idiom-idiom yang maknanya mirip, seperti misalnya : te wo kumu, te wo musubu, te wo

tsunagu. Dalam bahasa Indonesia didapati padanan katanya, yaitu “bergandengan

tangan”, tetapi setelah mengamati setiap kalimat yang menggunakan idiom itu, bahasa Jepang tersebut di atas, ternyata nuansa maknanya berbeda. Walaupun idiom tersebut bermakna “bekerja sama”, namun untuk “te wo kumu” mengandung nuansa yang negatif dan hanya dipakai oleh sekelompok tertentu (dunia mafia) yang melakukan kegiatan negatif.

Selanjutnya, diambil simpulan, bahwa “te wo nigiru” (menggenggam tangan) yang dalam bahwa Jepang bermakna “memberikan bantuan”, dalam bahasa Indonesia bermakna “pelit”. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa imajinasi “te” (tangan) dalam “te wo nigiru” adalah tangan orang lain, sementara “menggenggam tangan”


(18)

12

dalam bahasa Indonesia adalah tangan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA ✔✖✕✘✗

✍☎✙✛✚✢✜✤✣✦✥✧✥✩★✫✪✭✬✧✮✖✯✱✰✢✲✘✳

✔✖✴✶✵✸✷✶✹

✲✻✺✽✼✝✁✖✾❀✿✳✞✂✠✷❄✌✰✮✤✝✦☎✧✷✲✬✄✝✆❂❁➠✍❄❃❆❅❂❇

✺✝✼✝✁

✾❀✿✖❈✖❉❋❊✽●✳✍✸✣■❍❏✣▲❑▼✣✦◆✩❍ ✍☎❅❀❇☎❖

✵◗P❙❘❯❚

✁✘✄☎✆✖❱

❲✖❳✸❨◗❩ ❬❏❭✧❪✧❪✧❪❴❫

❃▲❵✘❛

✙✾❪✸❜❀❝➄✤☎✦☎✧✶❞✶❡✘❈è✍✖❢☎❣◗❤

✐✸❥☞❦♠❧ ❬ ✣♥✥✧✥✫★ ❫ ❃▲♦✸❞✘♣q❝✍❉✘r☎s◗❈❄✜✉t✇✈①❑③②⑤④✽⑥✡s✖✪ø✍☎⑦✖⑧◗⑨❄⑩

❶✸❷❄❸❺❹

❝❼❻❼❽✘❾ ❨❀❿ ✜✤✣♥✥✧✥❆❍➀✪➁❃ ❇✘➂✘✞❼➃❂➄✱✰❄➅✖➆➇✺✽✼☎✁❂✳➉➈✑➊❄➋➇➌➍❝➄✠✖➎✸➄✘☞❺➏◗➐✝✸✜✤

✦✝✧

❬➒➑ ❝ ❷❼➓

❈Ò✍☎➔✡→✍✾❯✿

s

➣✖↔✡↕➛➙

❬ ✣✦✥✫✥✧◆ ❫ ❃Ò❍☛✻✌❃✮✁✸❞✶❡✘❈Ò✍☎➜ ✴✖➝

➞✶➟➡➠ ❬ ✣✦✥✫✥✧★ ❫ ❃➓✔✳✖✘❍✷✻✶➢✝❄✬✰✜✤✝✦☎✧✖❞✶❡◗❈Ò✍➤✺✝✼✸➅✶➥ ❦ s


(19)

13

❚ ✵ P

➼❄➽ ➾ ✜✤✣♥✥✫★

✪❴❃➓✤✝✦✘✧☛✲✬✔✳✖☛✙❬✦☎✑✘❈➠✍✸➺❺➻◗⑨

P

➚ ❇❼➪✶➶ ❬ ✣✦✥✫✥✧➹ ❫ ✬↔✤✎✦✝✧✪✲❙➘✘➴✷✶✖➷✖➬✸➮q➱❄✃☞❝✍❐❂✃☞❝✍❒◗✃✪✞➛❮❀❰✡Ï✾✤✝✦☛✶✂✔✳✖✳✲❺Ð✡Ñ

❷✍Ò

✞✍➮❀❁☎❃

❈Ò✍❄Ó✸Ô❄Õ◗❖

Ö

❶☎×

❙Ø✜✤✣♥✥✫★✩❍➀✪ ❃▲❮✸ÙÚ✺✝✼✝✁➇Û✝❈Ò✍✖Ü❄Ý◗⑨☎⑩

Þ✢ßáàâ❆ãåä✝ã

✚æç✚❆✜③✣✦✥✧✥✫➹✫✪ ❭➀❪✧❪

✣çè

ãêé❆ãêëáì✧í✦ì➲ãåë❆î❴ï➒ë❆ðòñàí✫ó✂ôîêàõåä✝í ❬❏❭➀❪✧❪

✣❺✺✽✼☎✁✱✤✝✦☎✧q❝✍ö✘✁❯✮❙÷

ø❴ù✶ú ❫üû

æ

ìáý✸þ⑤õ➀ÿ ß ✁✄✂

ã➀ÿÿõêë✆☎✖í➍ï î✞✝✆✟áã✆✠✉àõêë❆ãêñ

û

ôë✡✟

ã✧î✞✝✩î☛✝

û

è➀✚✙✛✚❆✜③✣✦✥✫✥✫➩✫✪✌☞

ãêä✍✝✩í✏✎✛ëáðêß▲ãåé❆ãêë

ãêóáã➀í✦ã✍ôë❆î✫õêë❆ì✧í✫àã û❀❬

✮✖✯✱✰ç✲✘✳

✁✘✤☎✦☎✧✶❞✶❡

ãêëáî☛✝➀ëáð

û

✑✒✝✩í✓✠ãåß■ã✔✑➒ÿ àä➍ã

t

óáã➀ì➀ÿ

û

Þ

✚ ✜✤✣✦✥✫✥❆❍➀✪✕☞

ãåä✏✝✩í➲ôîêàõåä

ãêóáã✧í✦ã✍ôë❆î✫õêë❆ì✫í✩àã ô

❬ ✮✖✯➇✰ç✲◗✳

✁✱✤☎✦✝✧✖❞✶❡

ô

❫⑤û

✖òñõåÿì✧í

û

æ

✝✩í♥ã✍ôë❆î✧ãêó

t

óáãòë✧àã➀ð✧õ ûæç✚

Þ

✚✧✜✤✣✦✥✧✥✩★✫✪✗☞

ã➀ä✘✝✩í✙✎✛ëáðåß▲ãåé❆ãòë î✫ãêë✔✑ ì➀ÿà✚áãêó✩ã✧í♥ã➛ôë❆î✧õêëáì✧í✫àã

❬ ✮✶✯➇✰ç✲✘✳

❪✘❜❀❝➭✤✝✦

✧✖❞✸❡ ❫üû

ãåë❆î☛✝➀ë❆ð

û

✑✌✝❆í✛✠ã➀ß♥ã

ì✆✠àã

✑✒✝✩í♥ã✆✠✜✑➒ìåä✢✚✧àëáã✧ãêë☎î✫ãêë✣✑ ìêë❆ð✧ìåä✘✚❆ãåë❆ð✧ãåë

ãåó❆ã✧í♥ã

✜③✣✦✥✧✥✧➹✩✪✍☞ ãåä✘✝✩í

ì✧í♥ãåÿ

ãåó❆ã✫í✦ã✡ôë❆î✧õêëáì✧í✩àã

❬ ✮✶✯❋✰✢✲✘✳


(20)

14

✁◗❖❄❞✶❡ è ã➀ß▲ã➀ÿ✤✠ã

ãêñãêà✓✑✒✝✩í✓✠ãåß■ã


(1)

➡➒ ➐↔➒ ➍❾➒➓➣

➒r↔ ↕ ➡➒

➪ ➐↔➒ ➪ ➍❾➒➓➣ ➚ ➒➛➙

➡➎ ➒↔➈ ➣ ➣ ➒➋❒ ➒ä➒

➚ ➒✆☎➉➒ ➚ ➒ é ✰✠➜ ß ➺ ➅➵➼✥➾✣ì➞é➝❀✦➞ ➸ ì

↕ ➡➎

➶ ➒↔➈ ➣ ➝↔➪➞➶ ➒ ➚ ➒❾➡➈ø➒ ➪ ➒ ➚ ➒✈☎➉➒ ➚ ➒ é ✯ ✰✠➟ ➷✬ð➨ñ ➺ Ø☛ì➋é➛t ➠ ì

❼➢❼❾❽ ❿ ❀ ➹❸➡

Ö ➡ ➝ ❒ ➔ ➍❾➒ ➪ ➒❾Ñ➏➊ ➜ Ý➵Þ ➅➻➷ ✰ ü ➹ ③⑧⑤ ü ❀ ✱ ✚ ➸ ➡ Ö ➬✔❀★➡ Ö ➣ ➝➓➪➋ö❾➝➠➟ ➒↔➍➏➈ø➒ ➪ä➜ ➒ ➟ ➒ ➪

➐➂➣➤➎➥➎➈ Ñ ➝↔➪➞➶ ➎ ➟ ➎➞➈ ➝ ➚ ➒ ➶ ➒↕➔ ➟ ➒ ➪ ➐➂➥➒↔➎ ➪ ➛ ➣ ➥ ➝ ➚ ➒➢Ñ⑤➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ↔ ↕ ➥ ➝ ➚ ➒➢Ñ⑤➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ ➙ ➡➎ ➶ ➒➓➈ ➜❾➝➠➟ ➡➒ ➪ ➐➢➐Ò➊ ➪

➐ ❰➉➒➞❒ ➒

t☛➢★➤ ➡➎

➒➓➈ ➎➈➋➊➞➡➓➌➞➒➓➣

t④➥✠➦

❼ Ó ❽ ❿ ❀❐æ ➡

➝ ➐➓➒ ➟ ➊ ➧☛➨ Ü ß✔➩ Ö ➅➄ð➨ñá➬✔❀★➫➭➁☛✚✦✚ ➸➻➺ ➅➭ð➭ñ➻➬✠➧✵➭➄➬áæ ➯ ➬✄➲✦➳ ü✠➵ ➋ ➺ ð➭ñò➆ ➶➏➝➠➪ ➐↔➒ ➪ ➙è➣➤➊ ➶ ➒➠➍➏Ð ➟ ➎ ➪ ➐➏➒ ➪ ➛ ➟ ➎ ➪ ➐↔➒ ➪ ➡➒ ➪ ➐↔➒ ➪ Ñ➢➊➓➈ ➒ ➜❾➝ ➈ ➝➠➟ ❰➒➽ér✐❬Ø✩➸✜Ø✳ì✗➸ ❍✔➺ Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝↔➪ ➔↔➥➔ ➪ ➐➵ér✐❬Ø❛➻➭â✥➹ Ö ➷✣ì✗➻➭â✔➼ ❍

3.

Idiom semakna beda kata

③⑤④⑦⑥ ⑧✮⑨✂⑩✾❶ ❷✮❸✮❹ ❺✘❻

❼❾❽ ❿ ➀ë➁➨æ✌➅

➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➈➑➒ ➟ ➊➢➎ ➛ ➜ ➔➓➌➋➔ ➟ ➣➤➊➢➥➊➞➡ é↕➀➂➁✦➽ Û ➷✟ì í✌Ý➵Þ❬î ➅➄ï ➺ ➅➭ð➭ñá➹➨➬ Ö ➱➵â ➫ Þ ➫➽➧➄ó ➡➎ ➶ ➒➓➈ ➚ ➒ ➪➞➶ ➒➓➎➋➣ ➝↔➪➋ö ➎➣ ➚ ➒ ➪ä➟ ➒↔➍➢➒❾Ñ➏➎➒

Ó ❽ ❿ ➀❛✚

➸✄➾☛P✠➚✥➧ Û ➷ ➛ ➜❾➝ Ñ❾➒ ➟ ➣➤➊➢➥➊➞➡ é↕➀➂➁☛✴ ❍ ➅✳ì ✐❬Ø ➫➲➯➵➳ ➷ Ñ➢➊➓➈ ➒ ➜❾➝➠➟➜ ➊❾➒↔➥Ð➋Ñ➢➊➏➈ø➒ ➜➢➝↔➟➜ ➎➌➋➒ ➟ ➒ ❿ ➀ë➁ Ö ➳ ➷ Ù ❽ ➛ ➣➤➊➏➥➊➋➡ ö ➒ ➪ ➐✂➡ ➝↔➟➶ ➔ ➟ ➔ ➪ ➐

é➝➪✎➶ Û ß✬➀☎ì

í✜Ý➇Þ✥î ➅❬ï ➺ ➅❬ð➭ñ★➩➭➬ í ✡ ➺ Ø Þ ✰ ➅➄➅➄ð➄ñ➲➹➭➬❬➮ ➅ ➫á➯➇➳ ➷➲➼✥➾ ➣➂➊ ➶ ➒➓➍↕➣ ➝ ➣ ➜ ➎➌➋➒ ➟ ➒↔➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊❾➒➢➡➊ ö ➒ ➪ ➐ ➶ ➎➒ ➪ ➐➓➐➓➒ ➚ ➟ ➒➠➍❾➒➢Ñ➢➎➒

çè❽ ❿ ➀ë➁

ó ➷❂➶✥➅ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➊ ➟ ➊➞Ñ➞➒↔➎ ➛ ➐➓➒ ➚

➎➥ø➣➂➊➢➥➊➞➡ ➀➻➹✠➹☛➘ Ö ➷ ➅★➴❬➅★➴✥ñ ó ✡✎➶áâ✵➩✠➷✎➬❬➬✄➮✦➱✬➹ Ö ➷✦❧ ➧ ß✦➶✦➶✥➅ ➺ ð➭ñ Ü ➅✦✃➭➅✦✃✠❐ í ➹ í ó Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣ ➝↔➪ ➐↔➈ ➟

➎➡➎➈➞Ð➢➣ ➝↔➪

➐➠➍➏➎

ù➠❽ ❿ ➀➂÷✌➅ ➆➉➈➋➊➞➌➢➍➢➎➐➠➎➡➒

➪ ➒➓➎➙ ➛ ➜ ➊➞Ñ➏➊➢➈⑤➣➤➊➏➥➊➋➡ é↕➀➂➁✦❒❬➷✣ì û✥ü í

➅➵ý➭➁➄þ❬ÿ Ü❬➦ ➷➄➬✄✌➅ í★✂ Ü û ➹ í ó ➣ ➝➓➪ ➐➏➒➢➡➒↔➈ø➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➢➊➢➒❾➡➊ ➶↔➝➓➪ ➐➓➒ ➪

➈➑➒❾➡➒✆☎Ï➈ø➒❾➡➒

ö ➒ ➪ ➐➂➈➑➔➏➡➔ ➟ ❿ ➀ë➁✥×✔✚ ➺ ➅ ➈➋➊❾➌❾➍➏➎➑➐➓➒➂➍➏➎ ➟ ➒➠➈ ➒ ➪ ➒↔➎ ✝ ❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➐➠➊ ➪ ➌❾➎ø➣➂➊➢➥➊➞➡ é↕➀ P✑❮ ➹✔✚✾ï➻➷✟ì û ➁ í❂❜ ➺ ➅ Ñ ➝➠➪ ➐➓➒✕❰➉➒ ➜➢➝↔➟➶ ➎➒➓➣ ➶ ➎ ➟ ➎


(2)

❿ ✞ P ➹✔❰➨➷ ➈➑➒➢➔ ➪ ➎ ➶ ➔ ➟ ➔↕❒ ➔ ➪ ➊ ➟ ➊ ✘➠❽ ➛ ➣ ➝↔➪ ➌➋➔ ➟➝↔➪ ➐➤➒ ➟ ➒ ➪ ➐ ➶ ➎ ➣➤➊➏➈➑➒➋é✁✞ P❛Ï✥Ü ✚ ❍ ➺ ➱á➷✟ì ×✩Ø✁×✑ÙÛÚÝÜÝÞ✁ÜàßÙ

❿ ✞❬➁✔á✜➅ ➆➈➑➒➢➔ä➐➓➒ ➍➏➎ ➟ ➔➠➎➙ ✣ ❽ ➛ ➚ ➊ ➪➞ö ➒➤➣➤➊➏➈ø➒ é✁✞✬➹ ➜ Ý➇Þ ➅á➷✟ì â ❍ ✟✜➅ ü★ã✵ä ➁✎✴ ❍

Ø✔✐➄Ø✠✜ ➸ Û

Þ ➅➻➷ ➜ ➒ ➪➞ö ➒↔➈ ➶ ➎➈ ➝↔➪ ➒➓➥➑➔ ➟ ➒ ➪ ➐ÒÐ❾➣➤➊ ➶ ➒➠➍→➣ ➝ ➥➒➓➈➞➊➏➈➑➒ ➪ Ñ ➝ Ñ➏➊➢➒❾➡➊ ➈➑➒ ➟➝➠➪ ➒ ➶ ➎➈ ➝➓➪ ➒➓➥ ➜ ➒ ➪øö ➒↔➈ ➔ ➟ ➒ ➪ ➐Ò❽ ❿ ✞✌➹➭➮✄➞ Ö

➈➑➒➢➔↕❒ ➔ä➡Ñ➏➊

➜ ➊➞Ñ➢➊ ✭ ❽ ➛ ➈ ➝

➍➏➎➥➒

➪ ➐➓➒ ➪ ➣➤➊➏➈ø➒ ✞✌➹★å ó ⑦✦æ ➹✑ç✌➮❬ï➇➷➄➬✑✛✌➹★✚❂✚❂✍➨➷ ➣ ➝➓➪❾➶ ➒ ➚ ➒➢➡↔➣→➒↔➥➊ ❿ ✞✌➹★s✾Ø ➸❐➧ Ö

➈➑➒➢➔↕❒ ➔❳❾➊➓➈➋➊

➟ ➒➏➣→➒➏Ñ➢➊ ❼✿✾➠❽ ➛ ➣➨➜❾➝↔➟ ➣➂➊➏➈ø➒→➒➢Ñ❾➒➓➣ Ö✥Ý✠è ➅✩✞✬➹ Ö ➷ ↕ ➣➤➊➢➈➑➒ ➪➋ö

➒ ❰➉➒➢➡➊➓➍→➈

➝ ➡➒ ➪ ➒↔➍ Ú ü ✞➄➁❂é❂❶ P ➓ê✃ ➷ ✇ ➷➭➬ ❍ ❊✦ë➲➁❂✬➅➲➬★ì✔í Ü❬➦ ➷➲➼✥➾➭➬❬➅★➩ ➺ ❦ ➜ ✃➲➹ î ✡ Ö ➬★ì ➵❂ï☛ð ➚ ➝↔➟ ➒➢Ñ➞➒➓➒ ➪ ➡➎ ➶ ➒↔➈ Ñ ➝➠➪ ➒ ➪ ➐ÒÐ➋➡➎ ➶ ➒↔➈ ➚ ➊❾➒➢Ñ ❿ ➣ ✞❖✚ ➸✄ñ ➁êò➻➷ ➈➑➒➢➔ë➈➑➒ ➟ ➒➂➍➢➎➑➐➓➒ ➶➏➝➠➟ ➊ ↕ ✞ P✩ó ✂ ➹✄ô Ö ➈➑➒➢➔ ➪ ➎➞➈➑➔➠➊ ö

➔Ò➊ ❒ ➔ ➌❾➍➢➎ ➟ ➒❾Ñ➏➊ õ ✞■ö➄ï➵➁ Ü ❍ ➺ ➅ ➈➑➒➢➔↔➣➤➊➓➈ ➝ ➍❾➒ ➶➓➝ ➈ø➎ ➪ ➒➓➎ ÷ ✟✵✡❂✍➨➷✠✞❬➁ ➺ ➅ ➒➞❒⑤➒➢Ñ ➝↔➟ ➊ä➈➑➒➢➔ä➐➓➒ ➪ ➒➓➎ ❼➢❼❾❽ ➛ ➣➤➊➏➈➑➒ä➣ ➝➠➟ ➒➠➍

✞❬➁❂✤✬➅ ➈ ➒➢➔→➐↔➒→➒➠➈ ➒↔➎

✛ ✢ ✚ ➫ ➅➵➼✥➾ ➣ ➝➓➪❾➶ ➒ ➚ ➒➢➡↔➣→➒↔➥➊ ❿ ❀❐➁☛➆✥➅ùø ➡ ➝ ➐↔➒➤➍❾➒ ö ➒➓➎ ❼ Ó ❽

➛ ➜❾➝↔➟ ➣ä➒➓➎ ➪ ➚ ➒ ➪ ❰➉➒ ➪ ➐ ➡➒ ➪ ➐➓➒ ➪ é✗❁✬➅✄❀ Ü★ú ➞✚ì Ö ➱ P✄û✔♠④P ❀❬➹✎ò Ö ➬ û ñ Ö ➱ P✦ü✑ý ✥ ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ✬➹ ➞➄➬ û✔♠ ñ❛✜ ➩ ✟ Ý➵Þ ➬ Ö ➱ ü✑ý ✥ ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ✬➹ ➞ é➛➼✂✁✓ì ➚ ➒ ➪❾➶ ➒↔➎➋➣ ➝➓➟ ➒ ö ➊➓Ð ➚ ➒ ➪❾➶ ➒↔➎ø➣ ➝↔➪ ➌➋➒ ➟ ➎ø➒➠➈ ➒↔➥➋➒❾➐↔➒ ➟➓➶ ➒ ➚ ➒❾➡ ➣ ➝➓➪❾➶➏➝ ➈ ➒➢➡➎

➚ ➝↔➟➝ ➣ ➚ ➊➢➒ ➪


(3)

❿ ❀❐➁☛➆✥➅☎✄➓➡ ➐➓➒➂➍➢➒ ➒➓➎

Ù

➛ ➟

➐↔➒

➡➒

➐➓➒

é ❀ ➁➭æ✬➅✷ì

➱➻➷

➹✔s➨➷

ó

Ñ➢➊➓➈ ➒➤➣

➣ë➊➢➈➞➊➢➥

❿ ❀❬➹✝✞❬➷ ➡

❒ ➔

➎➐➠➎

❼✕çè❽

➝↔➪ ➐➠➊➢➥➊

➈ø➒

➡➒

➐➓➒

é❙❀➄➹✝✟ ➊ Ö

ì

❀✓➹✡✠

Ý✎Þ ❨ ❩

Ö

➷ ❧☞☛

➝↔➟

❰➒✓Ñ➞➒➓➣→➒➠Ð➄Ñ➏➊➢➈ø➒

➜❾➝↔➟ ➎➈ø➒

➪→➜

➡➊❾➒

❯✍✌

Ö

❿ ❀❬➹✎ò

Ö

❒ ➔

➒➏Ñ➢➊ ❼➑ù➠❽

➌➋➒➏➣

➡➒

➐➓➒

é❙❀➄➹✝✎✑✏❬➷✟ì

Ú

ü

P✦ü✑ý

ü❛ý ✥⑧þ✦ÿ

Ö

➷➭➬✦✚✦✚❂✡

ó

é➝❀❖ò

Ö

➷✟ì ➎➈➋➊➞➡➓➌➞➒➏➣

➊➋Ñ❾➒

➥➒➓➎

❿ ❈✦❀✦❉✎❊ ➔➢➡

➒❾➐

❼ ✝ ❽

➝↔➪ ➌❾➎➊➢➣✌➡

➥➒

➒↔➈ ➡➒

➐➓➒

é➅❀

ü

➔ ➸✦P✝✒

Ö

➷✣ì

●❖❍✠❏ ➧ Ý

ß✑❑

➹✄▲✥×

Ö

➷✔▼➨➁

Ø➲➬✵◆

ó✦P✦✰➲➺✾➸➻➺ ➅➵➼✥➾➭➬✦◗✑❘

➝➓➪➋ö❾➝➠➟ ➒↔➍➏Ð

➜❾➝➠➟

➈ø➊➓➈ ➥➊➞➡➊➞➡

Selanjutnya dianalisis untuk menemukan karakteristiknya hingga muncul

perbedaan dan kesamaan makna. Di sini pula penulis mencoba membahas hal-hal yang

harus diperhatikan dalam melakukan pengajaran idiom yang maknanya hampir mirip

untuk menghindari kesalahpahaman dalam penggunaannya.

8. KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

Dari pengamatan terhadap setiap idiom ini, bisa beberapa hipotesis tentang

adanya budaya yang melatarbelakangi lahirnya idiom-idiom tersebut. Sehingga para

pengajar dapat sekaligus mengetahui dan memaparkan budaya Jepang melalui

pengajaran idiom.

9. SIMPULAN

Pada bagian ini penulis memaparkan karakteristik setiap idiom terutama pada

idiom-idiom yang maknanya mirip, seperti misalnya :

te wo kumu, te wo musubu, te wo

tsunagu

. Dalam bahasa Indonesia didapati padanan katanya, yaitu “bergandengan

tangan”, tetapi setelah mengamati setiap kalimat yang menggunakan idiom itu, bahasa

Jepang tersebut di atas, ternyata nuansa maknanya berbeda. Walaupun idiom tersebut

bermakna

“bekerja sama”

, namun untuk

“te wo kumu”

mengandung nuansa yang

negatif dan hanya dipakai oleh sekelompok tertentu (dunia mafia) yang melakukan

kegiatan negatif.

Selanjutnya, diambil simpulan, bahwa

“te wo nigiru”

(menggenggam tangan)

yang dalam bahwa Jepang bermakna “memberikan bantuan”, dalam bahasa Indonesia

bermakna “pelit”. Simpulan yang dapat diambil adalah bahwa imajinasi “te” (tangan)

dalam

“te wo nigiru”

adalah tangan orang lain, sementara “menggenggam tangan”


(4)

dalam bahasa Indonesia adalah tangan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

✔✖✕✘✗

✍☎✙✛✚✢✜✤✣✦✥✧✥✩★✫✪✭✬✧✮✖✯✱✰✢✲✘✳

✔✖✴✶✵✸✷✶✹

✲✻✺✽✼✝✁✖✾❀✿✳✞✂✠✷❄✌✰✮✤✝✦☎✧✷✲✬✄✝✆❂❁➠✍❄❃❆❅❂❇

✺✝✼✝✁

✾❀✿✖❈✖❉❋❊✽●✳✍✸✣■❍❏✣▲❑▼✣✦◆✩❍ ✍☎❅❀❇☎❖

✵◗P❙❘❯❚

✁✘✄☎✆✖❱

❲✖❳✸❨◗❩ ❬❏❭✧❪✧❪✧❪❴❫

❃▲❵✘❛

✙✾❪✸❜❀❝➄✤☎✦☎✧✶❞✶❡✘❈è✍✖❢☎❣◗❤

✐✸❥☞❦♠❧ ❬ ✣♥✥✧✥✫★ ❫ ❃▲♦✸❞✘♣q❝✍❉✘r☎s◗❈❄✜✉t✇✈①❑③②⑤④✽⑥✡s✖✪ø✍☎⑦✖⑧◗⑨❄⑩

❶✸❷❄❸❺❹

❝❼❻❼❽✘❾ ❨❀❿ ✜✤✣♥✥✧✥❆❍➀✪➁❃ ❇✘➂✘✞❼➃❂➄✱✰❄➅✖➆➇✺✽✼☎✁❂✳➉➈✑➊❄➋➇➌➍❝➄✠✖➎✸➄✘☞❺➏◗➐✝✸✜✤

✦✝✧

❬➒➑ ❝ ❷❼➓

❈Ò✍☎➔✡→✍✾❯✿

s

➣✖↔✡↕➛➙

❬ ✣✦✥✫✥✧◆ ❫ ❃Ò❍☛✻✌❃✮✁✸❞✶❡✘❈Ò✍☎➜ ✴✖➝

➞✶➟➡➠ ❬ ✣✦✥✫✥✧★ ❫ ❃➓✔✳✖✘❍✷✻✶➢✝❄✬✰✜✤✝✦☎✧✖❞✶❡◗❈Ò✍➤✺✝✼✸➅✶➥ ❦ s


(5)

❚ ✵ P

➼❄➽ ➾ ✜✤✣♥✥✫★

✪❴❃➓✤✝✦✘✧☛✲✬✔✳✖☛✙❬✦☎✑✘❈➠✍✸➺❺➻◗⑨

P

➚ ❇❼➪✶➶ ❬ ✣✦✥✫✥✧➹ ❫ ✬↔✤✎✦✝✧✪✲❙➘✘➴✷✶✖➷✖➬✸➮q➱❄✃☞❝✍❐❂✃☞❝✍❒◗✃✪✞➛❮❀❰✡Ï✾✤✝✦☛✶✂✔✳✖✳✲❺Ð✡Ñ

❷✍Ò

✞✍➮❀❁☎❃

❈Ò✍❄Ó✸Ô❄Õ◗❖

Ö

❶☎×

❙Ø✜✤✣♥✥✫★✩❍➀✪ ❃▲❮✸ÙÚ✺✝✼✝✁➇Û✝❈Ò✍✖Ü❄Ý◗⑨☎⑩

Þ✢ßáàâ❆ãåä✝ã

✚æç✚❆✜③✣✦✥✧✥✫➹✫✪ ❭➀❪✧❪

✣çè

ãêé❆ãêëáì✧í✦ì➲ãåë❆î❴ï➒ë❆ðòñàí✫ó✂ôîêàõåä✝í ❬❏❭➀❪✧❪

✣❺✺✽✼☎✁✱✤✝✦☎✧q❝✍ö✘✁❯✮❙÷

ø❴ù✶ú ❫üû

æ

ìáý✸þ⑤õ➀ÿ ß ✁✄✂

ã➀ÿÿõêë✆☎✖í➍ï î✞✝✆✟áã✆✠✉àõêë❆ãêñ

û

ôë✡✟

ã✧î✞✝✩î☛✝

û

è➀✚✙✛✚❆✜③✣✦✥✫✥✫➩✫✪✌☞

ãêä✍✝✩í✏✎✛ëáðêß▲ãåé❆ãêë

ãêóáã➀í✦ã✍ôë❆î✫õêë❆ì✧í✫àã û❀❬

✮✖✯✱✰ç✲✘✳

✁✘✤☎✦☎✧✶❞✶❡

ãêëáî☛✝➀ëáð

û

✑✒✝✩í✓✠ãåß■ã✔✑➒ÿ àä➍ã

t

óáã➀ì➀ÿ

û

Þ

✚ ✜✤✣✦✥✫✥❆❍➀✪✕☞

ãåä✏✝✩í➲ôîêàõåä

ãêóáã✧í✦ã✍ôë❆î✫õêë❆ì✫í✩àã ô

❬ ✮✖✯➇✰ç✲◗✳

✁✱✤☎✦✝✧✖❞✶❡

ô

❫⑤û

✖òñõåÿì✧í

û

æ

✝✩í♥ã✍ôë❆î✧ãêó

t

óáãòë✧àã➀ð✧õ ûæç✚

Þ

✚✧✜✤✣✦✥✧✥✩★✫✪✗☞

ã➀ä✘✝✩í✙✎✛ëáðåß▲ãåé❆ãòë î✫ãêë✔✑ ì➀ÿà✚áãêó✩ã✧í♥ã➛ôë❆î✧õêëáì✧í✫àã

❬ ✮✶✯➇✰ç✲✘✳

❪✘❜❀❝➭✤✝✦

✧✖❞✸❡ ❫üû

ãåë❆î☛✝➀ë❆ð

û

✑✌✝❆í✛✠ã➀ß♥ã

ì✆✠àã

✑✒✝✩í♥ã✆✠✜✑➒ìåä✢✚✧àëáã✧ãêë☎î✫ãêë✣✑ ìêë❆ð✧ìåä✘✚❆ãåë❆ð✧ãåë

ãåó❆ã✧í♥ã

✜③✣✦✥✧✥✧➹✩✪✍☞ ãåä✘✝✩í

ì✧í♥ãåÿ

ãåó❆ã✫í✦ã✡ôë❆î✧õêëáì✧í✩àã

❬ ✮✶✯❋✰✢✲✘✳


(6)

✁◗❖❄❞✶❡ è ã➀ß▲ã➀ÿ✤✠ã

ãêñãêà✓✑✒✝✩í✓✠ãåß■ã