2. KodeMonyet
Kode atau Monyet digambarkan sebagai binatang yang jahat. Dilihat dari fisiknya, ia memiliki wajah yang menakutkan. Kemudian Monyet dahulu hingga
sekarang adalah musuh para petani, karena masyarakat Manggarai Barat pada masa itu mayoritas petani. Sekelompok monyet bisa menghabiskan dan merusak
kebun dalam satu malam. Monyet menjadi binatang yang sangat dijaga oleh para petani baik siang maupun malam. Masyarakat Manggarai Barat pun sangat
membenci monyet. Sehingga Kode atau Monyet mencerminkan sifat manusia, yaitu penipu,
egois, dan pengikar janji. Ia melukai dan mengikari janjinya kepada Orong yang telah membantunya mengeluarkan ulat
mbahong
dari dalam hidungnya. Perbuatan jahatnya itu membawa ia kepada kematian sebagai ganjaran dari perbuatannya.
Dari gambaran tokoh-tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Manggarai Barat menciptakan sebuah cerita, salah satunya dengan tujuan untuk
menyindir orang-orang yang yang memiliki sifat buruk seperti yang digambarkan pada tokoh Kode, yaitu penipu, egois, dan pengingkar janji. Selain itu mereka
memilih tokoh cerita sesuai dengan keadaan atau situasi masyarakat pada zaman itu.
5.2.2 Makna Pendidikan
Hampir semua cerita rakyat yang ada di Indonesia mengandung pendidikan yang baik untuk anak-anak. Dongeng OAK juga mengandung makna
pendidikan. Dongeng ini mengajarkan bagaimana bersikap antar sesama. Mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak menipu, egois, dan pengingkar janji,
seperti yang dilakukan Kode terhadap Orong. Ia menipu dan mengingkar janjinya pada Orong, bahwa ia akan memberikan ulat
mbahong
nya kepada Orong jika Orong dapat mengeluarkan ulat itu dari dalam lubang hidungnya, tetapi ketika ia
mengetahui ulatnya telah dimakan Orong, ia sangat marah. Saking marahnya ia mencabuti semua bulu Orong hingga habis dan Orong tak dapat terbang lagi.
Kode juga memiliki sifat egois. Ia tidak mendengarkan peringatan dari monyet betina akan adanya bahaya jika ia tetap mengikuti ajakan Orong. Ia malah
tergiur dengan ajakan Orong. Ia tidak memikirkan bahaya yang akan menimpanya dan teman-temannya sesama monyet, jika ia tetap mengikuti ajakan Orong. Hal
ini mengajarkan pada anak-anak untuk tidak memiliki sifat egois atau memikirkan diri sendiri karena selain membahayakan diri sendiri akan membahayakan orang
lain juga. Menurut Bapak Teodorus Matung 72 tahun, dongeng ini selain
bermanfaat untuk mendidik anak-anak, dongeng ini juga bermanfaat untuk melatih pikiran anak-anak, misalnya melatih berimajinasi. Anak-anak
didongengkan kemudian dengan sendirinya mereka akan membayangkan karakter-karakter tokoh dalam cerita tersebut. Sehingga anak-anak sudah terlatih
sejak kecil berimajinasi dan dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya.
5.2.3 Makna Religius
Selain bermakna pendidikan, dongeng
Orong Agu Kode
juga bermakna religius. Makna religius pada dongeng OAK terdapat kepercayaan mistik.
Kepercayaan ini menggambarkan situasi masyarakat Mabar pada zaman itu. Kepercayaan itu ialah kepercayaan akan kekuatan dari sinar matahari. Masyarakat
Manggarai Barat mempercayai bahwa bentuk dari kekuatan Tuhan ialah sinar Matahari atau
Leso
. Diceritakan kepercayaan akan kekuatan sinar Matahari dipercayai oleh
Orong. Ketika bulu-bulunya dicabuti oleh Kode, ia tak dapat terbang karena tak ada satu pun bulu yang ada pada tubuhnya. Karena ia tidak memiliki bulu lagi, ia
pun berdoa kepada Tuhan atau yang biasa disebut
Mori
sambil menghadap ke arah Matahari atau
Leso
agar bulu-bulunya ditumbuhkan kembali. Orong percaya bahwa sinar Matahari memiliki kekuatan yang dapat menumbuhkan bulu-bulunya.
Ia pun bernyanyi
Paro leso paro mai leso todo taung wulu gaku
atau
Par cunung lau hau O leso
sambil menghadap ke arah Matahari. Setelah ia menyanyikan lagu itu, dengan ajaib bulu-bulunya pun tumbuh kembali. Ia pun merasa senang karena
ia dapat terbang lagi. Menurut Ibu Bernadeta Liun 52 tahun, masyarakat Manggarai Barat
pada zaman nenek moyang tidak memiliki agama. Sehingga mereka mempercayai bahwa Tuhan atau yang biasa mereka sebut
Mori
berada di tempat-tempat seperti bebatuan, pepohanan, dan sebagainya. Bagi mereka sinar Matahari merupakan
bentuk kuasa atau bentuk kekekuatan dari
Mori
. Sebagai ucapan syukur mereka