Pengantar STRUKTUR MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI PELAKU
Orong berkata, “Maaf
kela
. Buahnya sudah habis. Kalau
kela
ingin buah ini, di pulau Dima banyak buah
kenanek
yang sudah masak. Ya sudah, kalian semua berkumpul untuk pergi ke pulau Dima. Saya yang akan membuat
perahunya”. “Baiklah
kela
. Nanti saya kumpulkan semua keluarga besar monyet. Benaran di sana ada banyak buah
kenanek
yang masak, kela?” “Banyak
kenanek
yang sudah masak,
kela
. Jangan tanya lagi
kela
terlalu banyak”, jawab Orong.
Ada seekor monyet yang sedang bunting tak ingin ikut. Ternyata sebelumnya ia bermimpi bahwa perkataan Orong hanyalah niat jahatnya terhadap
para monyet.
Beberapa hari kemudian, semua monyet naik ke perahu yang dibuat oleh Orong. Mereka tidak tahu kalau perahu itu hanya terbuat dari satu kayu dan
didominasi oleh tanah. Monyet bunting pun bernyanyi, Oe watu Kode, adong par de Orong leko pande da’at ite
Towel sopel copel mose, Kole ko watu Kode
Terjemahan
Hai para monyet, Bangau hanya berbohong pada kalian untuk melakukan kejahatan
Pulanglah hai para monyet “Dengarkanlah, mengapa ia bertanya seperti itu?” tanya Kode.
“Jangan dengar monyet bunting itu bernyanyi Ayo jalan Kalian tidak ingin makan
kenanek
masak?” teriak Orong. Monyet bunting bernyanyi lagi,
Oe watu Kode, adong par de Orong leko pande da’at ite
Towel sopel copel mose, Kole ko watu Kode
Terjemahan
Hai para monyet, Bangau hanya berbohong pada kalian untuk melakukan kejahatan
Pulanglah hai para monyet “Dengarkanlah Mengapa ia bernyayi seperti itu?” tanya Kode lagi.
Tetapi Tetua para monyet berkata, “Jangan dengar monyet bunting itu benyanyi kita tetap lanjutkan perjalanan. Apakah kalian tidak ingin menikmati
kenanek
masak?” Monyet bunting itu bernyanyi sampai tiga kali tetapi para monyet tidak menghiraukannya.
Sesampainya mereka di tengah laut, Orong melihat perahunya mulai retak. Orong pun berkata, “
Kela
, saya berangkat lebih dulu ya”. Orong langsung menendang perahu itu sampai hancur. Semua monyet mati tenggelam. Orong
berkata lagi, “Dulu kamu mencabuti semua bulu saya, itulah akibatnya. Kamu harus rasakan sengsaranya sama seperti yang saya rasakan. Perbuatan jahat akan
dibalas dengan kejahatan. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan”. Semua monyet mati kecuali monyet bunting tetap hidup. Itulah mengapa monyet masih
ada sampai sekarang. Kolofon:
Penutur Bpk. Adrianus Hamut, 57 tahun, Pengawas TKSD. Direkam pada tanggal 7 Januari 2014
oleh Metildis Ruth Sahu, 21 tahun dan Gregorius A. Sahu, 25 tahun