Ada beberapa pokok pikiran Propp yang penting, yaitu a unsur dongeng yang paling stabil dan tak berubah bukankah tokoh atau motifnya, melainkan
fungsi atau peranannya. Sekalipun pelaku dan penderita dalam setiap dongeng berubah, tetapi fungsinya tidak berubah, b fungsi dalam dongeng jumlahnya
terbatas dan merupakan satuan pokok dalam alur cerita. Propp menyebut jumlahnya 31 fungsi, c urutan-urutan fungsi di dalam dongeng selalu sama, dan
d dari segi sturktur semua dongeng memiliki hanya satu tipe saja Taum, 2011:125-126.
Dari ke-31 fungsi yang dijelaskan di atas kemudian dikelompokan ke dalam
„lingkaran’, yaitu lingkaran pertama: pengenalan, lingkaran kedua: isi cerita, lingkaran ketiga: lingkaran donor, dan lingkaran keempat: kembalinya sang
pahlawan. Fungsi adalah tindakan tokoh yang dibatasi dari segi maknanya untuk jalan lakonnya.
4.2.1 Dongeng
Orong Agu Kode Orong Agu Kode
Bangau dan Monyet
”Perbuatan jahat akan dibalas dengan kejahatan. Perbuatan baik akan dibalas dengan kebaikan”. Dahulu kala makanan yang paling enak adalah ulat
mbahong
. Kalau digoreng aromanya sangat wangi. Suatu hari Orong dan Kode bersepakat untul mencari
mbahong
. Kode yang menemukan pertama
mbahong
itu. Ia pun mencongke ulat itu dari dalam pohon. Ketika ia sedang mencongkel,
seeokor
mbahong
melompat masuk ke dalam hidung si Kode. Si Kode pun menangis
“Tolong
kela
. Habislah saya”. “Apa yang terjadi denganmu,
kela
?” tanya Orong. “Seekor ulat masuk ke dalam hidung saya,
kela
.” “Sengsara,
kela
. Habislah
ite
” Kata Orong. Kode pun memohon, “Bantulah saya,
kela
. “Biarlah saya yang mencatok
mbahong
itu
kela
. Akan tetapi
mbahong
itu akan tertelan”, kata Orong.
“Tidak apa
kela
yang penting saya hidup”, jawab Kode. Orong berkata, “Jangan cemas
kela
Saya kan saudaramu”. Orong pun mencatok ulat itu dan langsung menelannya. Kemudian Kode bertanya lagi,
“Bagaimana dengan ulatnya,
kela
?” Jawab Orong, “Ah.. sudah masuk dalam perut saya”.
“Astaga. Kamu malah memakan mbahong itu”. Kode sangat marah. Lalu ia menangkap si Orong dan mencabuti semua bulunya sampai habis.
Orong pun menangis karena ia tak dapat terbang lagi. Orong pun menaiki sebuah batu dan berdoa kepada Matahari.
Paro Leso paro mai Leso todo taung wulu gaku Todo taung onr racap na
Paro Leso mai eta mai Leso todo taung wulu gaku Todo taung wulu kelor, todo taung eta tuni musi na. Mane kole tana,
mai jaong de Orong ho’o
Paro Leso mai sale mai Leso todo taung wulu gaku Todo taung wulu racap na
Terjemahan
Terbitlah Matahari dari Timur tumbuhkan semua buluku Bulu-bulu di badannya mulai tumbuh
Terbitlah Matahari dari atas tumbuhkan semua buluku
Bulu di ekornya tumbuh, tumbuh semua bulu di b. Hingga sore hari Orong menyanyi lagi
Terbitlah Matahari dari Barat tumbuhkan semua buluku Tumbuhlah semua bulu di tubuhnya
Setelah semua bulu Orong tumbuh kembali, ia pun bisa terbang lagi. Ia terbang kesana kemari saking senangnya. Ia pun bernyanyi lagi untuk mengucap
syukur.
Pas pas pas naring Mori todo taung wulu gaku
Di’a Mori go
Pas pas pas naring Mori todo taung wulu gaku
Di’a Mori go
Terjemahan
Puji Tuhan semua buluku tumbuh kembali Tuhan maha baik
Puji Tuhan semua buluku tumbuh kembali Tuhan maha baik
Ketika sedang terbang, ia melihat ke bawah ada buah
kenanek
yang sudah masak. Setelah memetik buah
kenanek
, ia pun pulang sambil membawa buah itu. Saat ia sedang bertengger di atas pohon sambil memakan buah
kenanek
, tiba-tiba kulit buah
kenanek-
nya jatuh dan dilihat sama Kode. Kode pun memakan kulit
kenenak
itu dan rasanya sangat enak. “Oe
kela
Orong. Berikan saya sebagian dari buah itu”