Sosialisasi Pemanfaatan Program Kesehatan Masyarakat

17

2.2 Sosialisasi Pemanfaatan Program Kesehatan Masyarakat

Proses pembentukan nilai-nilai dan norma sosial secara garis besar dibedakan dalam dua bagian, yaitu: 1 nilai-nilai dan norma sosial terbentuk secara alamiah akibat dari interaksi sosial, dan 2 nilai-nilai dan norma sosial terbentuk melalui unsur kesengajaan, dalam arti terbentuknya nilai-nilai dan norma sosial memang merupakan kebutuhan pada saat tertentu akibat dari berbagai pelanggaran yang dilakukan sebagian anggota masyarakat. Perwujudan dari proses terbentuknya nilai-nilai dan norma sosial secara disengaja dapat dilihat dari berbagai bentuk peraturan-peraturan sosial secara formal. Peraturan sosial ini disebut norma sosial. Norma sosial dibentuk dalam satu kesatuan sistem yang relatif tertib, tidak saling bertentangan, sehingga karena perwujudan keadaanya sering disebut tertib normatif. Akan tetapi, bagaimanakah wujud dari tata aturan tersebut maka masyarakat perlu mengetahui dan memahaminya, sebab tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan nilai-nilai dan norma sosial bukanlah terjadi secara adikodrati, melainkan harus dikenalkan melaui berbagai proses pemahaman dan pembelajaran. Dengan demikian, para anggota masyarakat menguasai sejumlah tata aturan melalui sebuah proses, yaitu proses belajar atau dalam terminasi sosiologi disebut sosialisasi Elly dan Usman, 2011:151-152. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory, karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang Universitas Sumatera Utara 18 harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam memanfaatkan Program Jaminan Persalinan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer dalam keluarga dan sosialisasi sekunder dalam masyarakat. Kamanto Sunarto, 1993:23. Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi.Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan role theory. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini masyarakat yang dibarengi dengan yang namanya pemahaman tentang peran-peran secara otomatis akan lebih paham dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, karena segala sesuatu yang diajarkan dengan peran adalah salah satu fakor utama dalam mencapai kepuasan tersendiri bagi individu untuk menjalankan sebuah fungsi. Hal ini dikaitkan dengan bagaimana seorang individu atau masyarakat memahami apa yang dilakukan oleh agen sosialisasi. Oleh karena itu diperlukan peran yang aktif dalam proses pensosialisasian atas individu atau masyarakat agar tercapai keinginan yang disepakati. Universitas Sumatera Utara 19 Sosialisasi primer didefenisikan Peter L. Berger dan Luckman sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat keluarga. Dalam hal ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi yang baik dan benar oleh pihak yang berkewajiban, apalagi program tersebut adalah salah satu program pertama kalinya didirikan di perdesaan sehingga secara bertahap masyarakat mampu dalam menerima bagaimana fasilitas program tersebut bisa didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana memanfaatkan Program Jaminan Persalinan. Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan tingkat kesehatan masyarakat dalam hal mereduksi angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Kamanto Sunarto, 1993:31. Fuuler dan Jacobs dalam Kamanto Sunarto 1993;30-35 mengidentifikasi- kan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak Universitas Sumatera Utara 20 yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi dalam menjalankan persalinan sehat kepada masyarakat desa melalui pemanfaatan Program Jaminan Persalinan adalah Tim Pelaksana Kegiatan seperti tenaga kesehatan professional, Kepala Desa Kades serta tokoh-tokoh masyarakat yang mengambil andil dalam mensukseskan program tersebut. Agar sosialisasi dapat berjalan dengan lancar tertib dan berlangsung terus menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi yaitu sosialisasi formal dan sosialisasi informal. Sosialisasi formal adalah sosialisasi yang terbentuk melalui lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah peningkatan kesehatan di masyarakat perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan program jaminan persalinan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan program jaminan persalinan tersebut. http:sharenexchange.blogspot.com201002sosialisasi-masyarakat8061.html Universitas Sumatera Utara 21 2.3Interaksi Sosial Bidan Desa dengan Masyarakat Perubahan dan perkembagan masyarakat yang mewujudkan segi dinamikanya, disebabkan karena para warganya mengadakan hubungan satu dengan lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok sosial. Sebelum hubungan-hubungan itu memiliki bentuk yang konkrit, maka akan dialami suatu proses sosial ke arah bentuk yang konkrit yang sesuia dengan nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat Badrujaman, 2008: 32. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial yang juga dapat dinamakan proses sosial karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial Soerjono Soekanto, 2005: 55. Sebagaimana diketahui bahwa masyarakat atau seseorang terkait dengan sisi dinamis dan sisi statis masyarakat. Struktur sosial misalnya jenis kelamin, usia, atau warna kulit merupakan aspek statis masyarakat. Sedangkan proses sosial atau interaksi sosial merupakan aspek dinamis masyarakat Soerjono Soekanto, 2005: 59. Proses sosial adalah cara-cara hubungan yang dilihat apabila orang perorangan dan kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk-bentuk hubungan atau sesuatu hal yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dalam proses sosial terjadi peristiwa hubungan dan pengaruh timbal Universitas Sumatera Utara 22 balik antara berbagai segi kehidupan bersama dan antara berbagai komponen yang terkait. Bentuk umum proses sosial tersebut adalah interaksi sosial yang merupakan prasyarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial yang lainnya. Interaksi sosial terjadi dalam pola yang beraneka ragam misalnya interaksi antar-individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Beberapa komponen yang membentuk terjadinya interksi sosial adalah sebagai berikut:

a. Adanya kontak sosial sosial contact

Dokumen yang terkait

Respon Bidan PTT Terhadap Program Jaminan Persalinan di Kabupaten Langkat Tahun 2013

1 94 178

Gambaran Perilaku Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Dalam Melakukan Persalinan Di Puskesmas Namorambe Kabupaten Deli Serdang

0 30 76

KEBERHASILAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) (Studi Deskriptif Di Desa Pakis Kecamatan Panti Kabupaten Jember)

2 89 79

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO.

0 3 84

ANALISIS BIAYA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) (STUDI KASUS PADA SALAH SATU BIDAN PRAKTEK SWASTA KOTA PADANG)

0 0 7

Evaluasi Pelayanan Persalinan oleh Bidan Desa Selama Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan Di Puskesmas Salomekko Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Tahun 2012

0 1 7

Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 13

Peran Bidan Desa Mensosialisasikan Persalinan Sehat Pada Masyarakat Tradisional Melalui Program Jaminan Persalinan” (Studi Kasus Mayarakat Lae Soraya Desa Gunung Bakti, Kecamatan Sultan Daulat, Kota Subulussalam),

0 0 10

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN OLEH BIDAN PRAKTIK DI DESA TENGGULUNAN KABUPATEN SIDOARJO

0 0 18